Chapter 42

1900 Words
Kihyeon keluar dari rumah Seo Hye dan bergegas meninggalkan halaman rumah untuk menuju Bukit Terlarang. Dalam perjalanan, ia bertemu dengan Min Hyeok yang datang dari arah berlawanan. "Kau ingin pergi ke mana?" "Bukit Terlarang, mereka sudah menunggu." Min Hyeok mengangguk-anggukkan kepalanya dan berbalik arah mengikuti Kihyeon yang berjalan selangkah di depannya. Netra Min Hyeok melihat sosok Hyeon Woo dan Hoseok yang saat itu berada di halaman rumah Pak Han. Ia pun memberikan isyarat kepada kedua kakak tertua itu untuk mengikuti mereka. Meninggalkan pemukiman, keempatnya menyusuri jalanan setapak yang menanjak di lereng Bukit Terlarang tanpa ada obrolan yang terdengar dan baru membiarkan mulut mereka untuk terbuka ketika langkah mereka telah sampai di puncak Bukit Terlarang, di mana di sana sudah ada ketiga saudara termuda mereka. "Sudah kembali?" Hoseok menyahuti teguran Joo Heon. "Ada masalah apa?" "Distrik 4 jatuh ke tangan militer pagi tadi." Kihyeon menghela napas beratnya. "Bagaimana dengan Distrik 8?" "Kak Han dan Hyung Won berhasil menyampaikan pesan, dan mereka membuat pertahanan sejak semalam di perbatasan. Kali ini Distrik 8 masih aman." "Bagaimana rencana selanjutnya?" ucap Hoseok. Kihyeon menyahut, "tidak ada, hanya mengikuti alur." "Paman Hyun Jae resmi menjadi Ketua Distrik hari ini." Kihyeon bertemu pandang dengan Hyung Won. Namun Hyung Won lebih dulu memutus kontak mata dengannya dan terkesan menghindar. Kihyeon pun lantas berucap, "tidak masalah siapapun yang memimpin Distrik 9. Itu tidak akan bisa menghentikan apapun." Min Hyeok menyahut, "siapapun pimpinan Distrik 9, Hwang Kihyeon akan tetap menjadi panutan kami." Kihyeon tersenyum tipis dan terdapat perasaan canggung ketika ia kembali melihat sosok Hyung Won yang menaruh perhatiannya pada satu tangkai bunga kecil dengan kelopak berwarna biru. Hal kecil yang disukai oleh pemuda itu. Bagaimanapun juga Kihyeon tidak akan bisa menjadi Ketua Distrik, karena Hyung Won lah yang kelak akan mengambil alih posisi dari Jang Hyun Jae sebagai Ketua Distrik 9 selanjutnya. Kihyeon tak menyesal. Dia sama sekali tak menyesal jika ia tidak bisa menjadi Ketua Distrik di masa depan. Yang Kihyeon sesalkan adalah jalan yang harus ia lewati saat ini. Hoseok merangkul bahu Kihyeon dan memberikannya seulas senyum lebar. "Jangan lupakan bahwa kami adalah keluargamu juga." "Maaf, sepertinya aku akan mengambil jalan yang sulit." Hyeon Woo menyahut, "sesulit apapun itu, mari lakukan untuk mempertahankan distrik dan keluarga kita." Usai bercengkrama selama beberapa waktu. Mereka pun membubarkan diri, namun Kihyeon lebih memilih memisahkan diri dari rekan-rekannya dengan tetap tinggal di Bukit Terlarang. Menatap jauh ke depan hingga pendengarannya menangkap pergerakan yang datang mendekat. Kihyeon menoleh ke samping dan saat itu ia menemukan Min Hyeok yang kembali setelah sebelumnya turut bukit bersama rekan-rekan yang lain. "Kenapa kembali?" Min Hyeok mengulas senyumnya. "Aku dengar dari Chang Kyun bahwa kau menetap di sini." Min Hyeok lantas mendudukkan dirinya di samping Kihyeon. Sama-sama menaruh kedua lengannya di atas lutut yang terangkat di depan tubuhnya. Min Hyeok kemudian memandang wajah murung Kihyeon yang menghadap ke depan. "Ada apa?" "Tidak ada." "Kau menyembuhkan sesuatu." Salah satu sudut bibir Kihyeon sekilas terangkat. Min Hyeok kemudian turut menjatuhkan pandangannya jauh menatap ke depan. "Aku pikir masa muda kita tidak berjalan dengan baik," gumam Min Hyeok. "Itu berarti perjuanganmu yang masih asal-asalan." Min Hyeok tersenyum lebar. "Masih terlalu muda. Sangat wajar jika kita mudah untuk dijatuhkan." "Kau saja, aku tidak ikut." Min Hyeok sekilas memandang dan memberikan sebuah cibiran. "Keras kepala!" Kihyeon tak merespon, dan untuk sesaat keadaan benar-benar hening ketika matahari semakin jatuh ke ujung barat dengan sinar yang mulai meredup. Min Hyeok kembali membuka mulutnya untuk mengasingkan perasaan yang mungkin akan mengganggu hubungan mereka ke depannya. "Hwang Kihyeon." "Ada apa?" "Boleh aku menuntutmu?" Kihyeon memandang Min Hyeok dan begitupun sebaliknya. Sempat terdiam sebelum mulut Kihyeon yang memberikan jawaban seiring dengan pemuda itu yang mengalihkan pandangannya. "Katakan." "Apa yang sebenarnya kau lakukan di Distrik 1?" "Apa yang aku lakukan?" Kihyeon balik bertanya dengan pembawaan yang tenang, seakan ia tidak pernah terlibat hal buruk di tempat itu. "Jangan marah. Aku melihatmu kemarin." "Apa?" "Para anggota militer itu mengejarmu. Apa yang sebenarnya kau sembunyikan dari kami?" Kihyeon menjatuhkan pandangannya dengan seulas senyum tipis. "Bukan apa-apa." "Tidak ada orang lain di sini. Katakan padaku." Kihyeon mengangkat pandangannya dan memandang Min Hyeok. "Kau yakin ingin mendengarnya?" "Katakan." "Jangan mengatakan hal ini pada yang lain." "Katakan saja." "Aku telah membunuh salah satu dari mereka." Kedua netra Min Hyeok membulat, menyatakan rasa terkejutnya di saat Kihyeon justru memalingkan wajahnya. "Kau, serius?" "Kim Dae Shik. Benar ... aku lah orang yang sudah membunuhnya di area pembangunan 49, Distrik 1 tahun lalu." "K-kau?" Min Hyeok terperangah dan bahkan tak bisa berucap dengan benar. Kecurigaan yang berkali-kali ia tepis dan sudah pernah disangkal oleh Kihyeon sendiri pada akhirnya diakui oleh Kihyeon setelah satu tahun berlalu. Min Hyeok berucap tak percaya, "kau sudah tidak waras? Katakan bahwa kau hanya bercanda, Hwang Kihyeon." "Akan lebih baik jika kau menganggap hal itu sebagai sebuah lelucon." "Hwang Kihyeon, kau benar-benar membunuh orang?" tuntut Min Hyeok, sedikit tak terima jika rekannya itu benar-benar bisa membunuh orang. Bukannya menjawab, Kihyeon justru berdiam diri tanpa berniat untuk mengurangi rasa penasaran Min Hyeok dan malah membuat rekannya tersebut berpikir keras untuk mencari tahu jawabannya sendiri. "Kihyeon," teguran yang kembali terabaikan. Min Hyeok memalingkan wajahnya dan membawa ingatannya pada hari-hari sebelum mereka duduk di sana saat ini. Semua bermula pada kematian Kijeon. Min Hyeok tak habis pikir bahwa Kihyeon benar-benar akan melakukan hal itu. "Kak Kijeon," satu nama terucap dan membuat Kihyeon memandangnya balik. "Benar, kan?" Kihyeon kembali berpaling dengan pendirian yang sangat keras. Hanya menampilkan seulas senyum tipis. Min Hyeok kembali berucap, "Kim Dae Shik membunuh Kak Kijeon, itu sebabnya kau membunuh Kim Dae Shik. Dan itu sebabnya pula kau menunda kepulanganmu." "Kau tahu bagaimana aku lebih baik dari siapapun." "Hwang Kihyeon." "Jangan biarkan yang lain mengetahui tentang hal ini." "Bagaimana kau bisa melakukan semuanya sendirian seperti ini?" "Jangan cemaskan aku, aku bisa menangani hal ini." Min Hyeok menghembuskan napas beratnya, tampak begitu pasrah. "Mulai sekarang, jangan pernah menginjakkan kaki di Distrik 1 lagi." DISTRICT 9 : FLOWER OF EVIL Hyung Won membuka pintu rumahnya, namun belum sempat ia melangkah masuk dan kedatangannya sudah disambut lebih dulu oleh sang ibu. "Oh! Kau sudah pulang? Kemarilah, ibu ingin minta tolong padamu." Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Hyung Won masuk ke dalam dan menyusul sang ibu yang sebelumnya berjalan menuju dapur. Sesampainya di dapur, Hyung Won mendekati ibunya yang saat itu menata kotak makan di atas meja dan menggunakan kain untuk membungkusnya. "Ayah di mana?" "Ayahmu sedang berada di Kantor Kepala Distrik," ibu Hyung Won menyerahkan bingkisan tersebut pada Hyung Won, "ini, tolong kau antarkan ke rumah Seo Hye." "Kenapa tidak menunggu Kak Han saja?" "Memangnya kakakmu sedang ke mana?" "Dia bersama Kak Hwang di Bukit Terlarang." "Terlalu lama menunggunya. Sudah, kau saja yang mengantarnya. Kasihan Seo Hye, dia pasti belum makan, Chang Kyun juga." Hyung Won memandang bingkisan di tangan ibunya sebelum mengambilnya dengan berat hati. "Kau ini, hanya mengantarkannya saja, apa susahnya? Sudah sana, setelah ini cepat kembali dan makan." "Aku pergi," pamit Hyung Won yang kembali meninggalkan rumahnya dan bergegas menuju rumah Seo Hye yang dalam perjalanan ia sempat ditegur oleh Joo Heon yang tampak sibuk kala itu. "Oh! Kawan, kau ingin ke mana?" lantang Joo Heon ketika jarak di antara keduanya cukup jauh. "Ke rumah Chang Kyun," balas Hyung Won sembari sekilas mengangkat bingkisan di tangannya. "Hati-hati." Hyung Won sekilas mengangkat tangannya ke udara sebagai isyarat. Setidaknya meski ia sangat pendiam, dia akan sedikit lebih banyak berbicara ketika bersama Joo Heon karena usia mereka yang sepantaran. Beberapa menit kemudian Hyung Won sampai di halaman rumah Seo Hye. Sejenak ia menghentikan langkahnya, menatap rumah Kihyeon dan rumah Seo Hye secara bergantian. Mempertimbangkan kemanakah ia akan melangkah setelah ini. Namun pada akhirnya pilihannya jatuh pada rumah Seo Hye. Berhenti di depan pintu. Mengutamakan kesopanan, Hyung Won mengangkat tangan kirinya yang masih memegang setangkai bunga yang ia bawa dari Bukit Terlarang sebelumnya dan mengetuk pintu kayu di hadapannya dengan pelan. Menunggu sang pemilik rumah membukakan pintu di hadapannya. Namun setelah beberapa waktu menunggu dan tak ada respon, Hyung Won pun membuka pintu yang tidak terkunci itu secara perlahan dan pergerakannya sempat terhenti ketika melihat Seo Hye tidur dalam posisi duduk dengan kelapa yang ditaruh di atas meja. Melihat hal itu, Hyung Won lantas berjalan masuk dan mendekati Seo Hye tanpa menutup pintu di belakangnya terlebih dulu. Langkah itu terhenti di depan Seo Hye, lalu kemudian ia taruh bingkisan di tangannya ke atas meja sebelum perhatiannya yang kembali tersita oleh paras cantik yang saat itu tengah terlelap itu. Ekor mata Hyung Won menangkap sudut mata Seo Hye yang terlihat basah, menegaskan bahwa gadis muda itu baru saja menangis. Tanpa memiliki kekhawatiran tentang Kihyeon yang bisa saja tiba-tiba datang dan memergokinya. Tangan Hyung Won terangkat dan dengan lancangnya ia mengusap lembut sudut mata wanita muda milik rekannya tersebut. Menjadi sedikit serakah, jemari Hyung Won turun ke wajah Seo Hye dengan sangat berhati-hati. Namun ia dengan segera menarik kembali tangannya sebelum tangan yang terjatuh ke samping tubuhnya itu mengepal. Tersirat sedikit kepanikan dalam sorot matanya. Ia pun menaruh setangkai bunga kecil di tangannya ke atas bingkisan yang ia bawa sebelum berbalik dan bergegas meninggalkan rumah Seo Hye. Tak berselang lama setelah kepergian Hyung Won. Seo Hye tersentak dari tidurnya bersamaan dengan pintu rumahnya yang terbuka dari luar dan menampakkan Kihyeon yang saat itu baru saja kembali. Seo Hye menegakkan tubuhnya dan sejenak mengucek matanya. "Kau baru kembali?" Kihyeon bergumam sembari menutup pintu dan menghampiri Seo Hye. "Chang Kyun tidak di sini?" "Dia ada di rumah Orabeoni." Pandangan Kihyeon lantas jatuh pada bingkisan di atas meja, namun nentranya sedikit memicing tajam ketika melihat setangkai bunga yang berada di atas bingkisan itu. Tanpa perlu bertanya, ia pun sudah pasti tahu siapa yang mengirimkan bingkisan itu karena hanya Hyung Won lah satu-satunya pemuda di sana yang memiliki ketertarikan terhadap bunga-bunga kecil berwarna biru tua yang tumbuh subur di Bukit Terlarang. Kihyeon lantas mengambil bunga itu. "Hyung Won kemari?" "Jang Hyung Won?" Kihyeon menangkap kebingungan di wajah Seo Hye. Menegaskan bahwa wanita muda itu tidak tahu kapan bingkisan itu ditaruh di sana. "Siapa yang mengantarkan bingkisan ini?" "Aku tidak tahu, aku ketiduran di sini dan baru bangun saat kau datang tadi." "Kau benar-benar tidak tahu?" tatapan penuh selidik yang sayangnya tak mampu disadari oleh Seo Hye. "Ada apa?" "Tidak ada, lupakan." Dengan ringannya tangan Kihyeon membuang bunga di tangannya ke lantai. "Lalu siapa yang menaruh ini di sini?" gumam Seo Hye. "Mungkin dari ibunya Hyung Won. Aku akan memanggil Chang Kyun untuk makan, kau siapkan semuanya." Seo Hye mengangguk dan Kihyeon pun berbalik. Namun tanpa sengaja, ia menginjak bunga yang sebelumnya ia buang ke lantai ketika berjalan keluar. Dan setelah Kihyeon pergi, Seo Hye pun beranjak dari duduknya. Namun pandangannya menangkap setangkai bunga yang sedikit rusak tergeletak di lantai. Seo Hye pun membungkukkan tubuhnya dan mengambil bunga tersebut. Sangat menyayangkan ketika Kihyeon membuang bunga secantik itu, karena bunga itu hanya bisa tumbuh di Distrik 9 dan tak sedikit orang yang menyebut bahwa bunga itu adalah lambang kehidupan dari Distrik 9. Distrik 9 tidak akan pernah punah jika bunga kehidupan itu masih tumbuh di sana. Seo Hye berjalan menuju kamarnya dan menaruh bunga tersebut di atas meja kecil yang berada di dekat jendela. Membiarkan bunga itu tergeletak di sana dan ia yang pergi untuk menyiapkan makanan yang sebelumnya dikirimkan oleh ibu Hyung Won, meski ia tak tahu siapa orang yang sudah menaruhnya di sana. Namun Seo Hye tidak seperti Kihyeon yang akan membuang bunga secantik itu begitu saja. DISTRICT 9 : FLOWER OF EVIL
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD