Chapter 18

1121 Words
Satu Minggu setelah insiden penyerangan perwira militer di Distrik 9, tak ada tanda-tanda kemunculan orang mencurigakan di Distrik 9. Semua masih tenang seperti sebelumnya. Namun karena insiden itu, beberapa perwira militer kerap terlihat di perbatasan dan tanpa mengawasi aktivitas para penduduk Distrik 9. Bahkan beberapa perwira militer sampai menyamar sebagai penduduk lokal agar bisa berbaur dengan para penduduk Distrik 9. Namun hal itu tentunya tidak mampu mengelabuhi mata para aktivis Distrik 9. Mereka bisa membedakan mana penduduk pribumi dan pendatang. Terlebih lagi postur tubuh yang dimiliki oleh para perwira militer itu sudah jelas memiliki perbedaan dengan penduduk pribumi. Joo Heon menyunggingkan senyumnya ketika melintas di depan pasar dan melihat perwira militer yang menyamar sebagai penduduk lokal. "Kalian melihatnya?" tegur Joo Heon pada Hoseok dan juga Hyeon Woo yang berjalan mengapitnya. Hoseok menyahut, "siapa yang kau maksud?" "Siapa lagi? Tentu saja orang-orang bodoh itu. Lihat saja, mereka melihat kita seperti hewan buas yang kelaparan." Hoseok dan Hyeon Woo memandang perwira militer itu secara terang-terangan. Sedangkan Joo Heon sekilas menggerakkan tangannya seperti tengah melakukan hormat namun dengan seulas senyum lebar yang tampak mengejek ke arah perwira itu. "Jangan menggoda mereka. Kau harus ingat apa yang terjadi pada Min Hyeok sebelumnya," Hyeon Woo memperingatkan. Joo Heon berucap penuh pertimbangan, "tapi ... siapa sebenarnya orang yang menyerang perwira militer waktu itu? Membuatku penasaran saja." Hoseok menyahut, "aku dengar militer Distrik 1 masih mencoba menemukan orang itu. Mereka masih menaruh mata-mata di sini, mereka pikir salah satu di antara kita yang melakukannya?" "Bukankah itu sudah jelas?" Hyeon Woo menimpali. Joo Heon menyunggingkan senyumnya dan berucap, "jika aku mendapatkan kesempatan, aku tidak akan menembak lengan perwira itu. Aku pasti akan langsung menembak kepalanya." "Kau terdengar seperti pembunuh profesional," cibir Hoseok. Joo Heon tersenyum lebar. "Bukankah itu terlihat keren. Sesekali aku juga ingin beraksi menggunakan senjata api." "Berhentilah bermimpi. Belajarlah dengan benar dan dapatkan tempat yang layak untuk menjamin masa depanmu sendiri," petuah itu datang dari Hyeon Woo. Ketiganya pun semakin menjauhi area pasar. Musim dingin masih berlanjut. Masih terasa dingin dan salju masih kerap turun. Sekali lagi, Min Hyeok melangkahkan kakinya menyusuri jalan setapak menuju Bukit Terlarang. Membawa langkah kakinya menerobos hawa dingin tanpa harapan yang pasti. Min Hyeok sendiri tidak yakin bahwa akan menemukan Kihyeon di sana. Namun meski begitu ia tetap rutin mendatangi tempat itu. Karena sehari saja ia tidak pergi ke sana, dia akan terjaga semalaman. Salju berhenti turun, menyisakan hamparan salju tipis yang menyelimuti bukit. Langkah Min Hyeok pada akhirnya sampai di puncak. Namun langkah itu terhenti bukan karena sudah di rencanakan. Punggung asing yang pernah ia lihat di suatu tempat itulah yang membuat langkah Min Hyeok terhenti. Bukan Hwang Kihyeon. Min Hyeok yakin dia tidak akan salah mengenali Kihyeon, dan yang ia lihat saat ini bukanlah Kihyeon. Namun siapakah pemuda yang kini berdiri membelakangi tempatnya itu. "Siapa kau?" tegur Min Hyeok kemudian. Pemuda itu berbalik setelah mendapatkan teguran. Dan saat pemuda itu berbalik, mengungkapkan identitas yang dipertanyakan oleh Min Hyeok. Saat itu juga keterkejutan tampak di wajah Min Hyeok. "Kau?" Shin Chang Kyun. Tiga tahun berlalu, pemuda itu kembali dengan membawa banyak perubahan. Bahu sempit saat ia meninggalkan distrik tiga tahun yang lalu, kini terlihat lebih lebar. Tubuh kecil tiga tahun yang lalu kini terlihat tegap dan hampir menyamai Min Hyeok. Jangan lupakan rahang tegas serta tatapan tajam itu. Min Hyeok bahkan sempat meragukan ingatannya tiga tahun yang lalu tentang pemuda itu. "Shin Chang Kyun?" gumam Min Hyeok tak percaya. "Lama tidak bertemu, Kak Han." Suara Chang Kyun yang terdengar lebih berat dan dalam itu seakan telah menyadarkan Min Hyeok. Seulas senyum pemuda itu layaknya sebuah magnet yang menari Min Hyeok untuk datang mendekat. Keputusasaan sejenak terlihat dalam sorot mata Min Hyeok ketika langkahnya itu menuju tempat Chang Kyun berada. Dan ketika jarak mereka telah begitu dekat, Min Hyeok langsung memeluk Chang Kyun dengan erat. "Akhirnya kau kembali, syukurlah ... syukurlah ..." Min Hyeok tersenyum lebar dan juga tampak haru. Penantian yang ia lakukan tak sia-sia. Orang yang membuat janji dengannya benar-benar datang untuk menepati janjinya. Min Hyeok kemudian melepaskan pelukannya dan menepuk kedua lengan Chang Kyun dengan tatapan bangga. "Apa yang kau lakukan dengan tubuhmu? Tiga tahun yang lalu kau tidak sebesar ini?" Chang Kyun tersenyum. "Aku bekerja keras untuk bisa menyusul kalian." "Kau membuatku hampir tidak mengenalimu. Ya ampun! Lihatlah rahangmu. Berapa hari kau tidak makan? Apakah kakakmu itu telah membuatmu bekerja dengan paksa?" "Harusnya aku yang menanyakan hal itu pada Kak Han. Kau terlihat lebih kurus." "Mereka tidak pernah mengatakan hal semacam itu padaku." "Kenapa Kak Han datang kemari?" Pertanyaan itu seketika membungkam Min Hyeok, melenyapkan garis senyum dan menyisakan sedikit kecanggungan. Min Hyeok memalingkan wajahnya dan berucap pelan namun dibuat seolah-olah ia merasa kesal. "Semua ini karena ulah kakakmu. Aku menjadi gila setelah menerima suratnya dan tidak bisa berhenti mendatangi tempat ini." "Apa yang kak Hwang tinggalkan pada Kak Han?" Min Hyeok memandang Chang Kyun dengan tatapan tertegun. "Kihyeon tidak memberitahumu?" Chang Kyun menggeleng dan Min Hyeok berpikir bahwa lebih baik dia tidak mengatakan hal itu pada Chang Kyun. "Tidak, bukan apa-apa. Kau sendiri, kenapa berada di sini? Aku belum mendengar berita kepulanganmu." "Kak Hwang melarangku untuk pulang." Sebelah alis Min Hyeok terangkat. "Kenapa?" "Dia melarangku pulang sebelum aku bertemu dengan seseorang di Bukit Terlarang." Min Hyeok terlihat semakin heran, dia merasa telah melewatkan sesuatu di sana. Bagian terpenting dalam pertemuan mereka. "Tunggu sebentar, apa maksudnya ini? Kihyeon melarangmu pulang sebelum kau bertemu dengan seseorang di sini?" Chang Kyun mengangguk. "Dan orang itu ..." Min Hyeok menunjuk dirinya sendiri dan berucap dengan ragu, "aku?" "Aku tidak tahu siapa yang kak Hwang maksud. Dia tidak menyebutkan nama-nama tertentu." "Dia menyuruhmu menemui seseorang di sini, bukankah itu berarti dia sudah tahu bahwa akan ada seseorang yang datang ke tempat ini?" Chang Kyun mengangguk ragu. Dia bahkan tidak tahu perjanjian apa yang telah Kihyeon buat dengan Min Hyeok. Pemuda itu hanya menuruti apa yang dikatakan Kihyeon pada sepotong kertas yang ia terima sebelum kembali ke distrik. Kecurigaan Min Hyeok lantas semakin tak terkendali. Dia merasa bahwa Kihyeon telah merencanakan sesuatu yang berbeda dengan perjanjian awal. "Tunggu sebentar, di mana Hwang Kihyeon saat ini?" Chang Kyun menggeleng. "Apa?" Min Hyeok mengernyitkan dahinya. Chang Kyun menyahut, "aku tidak tahu di mana kak Hwang saat ini." "Kau tidak kembali bersamanya?" Chang Kyun memberikan sebuah anggukan yang seketika menyentak batin Min Hyeok. Hwang Kihyeon tidak kembali, namun sebagai gantinya dia menyuruh Shin Chang Kyun untuk datang menemui Han Min Hyeok di Bukit Terlarang. Lalu di manakah Hwang Kihyeon berada saat ini? Apa yang tengah dilakukan oleh Hwang Kihyeon saat ini? Dan hal yang paling penting bagi Han Min Hyeok adalah, alasan dari semua tindakan yang dilakukan oleh Hwang Kihyeon saat ini. Apakah itu? Alasan dia tidak kembali? Apakah itu? DISTRICT 9 : FLOWER OF EVIL
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD