Prolog

202 Words
"Udah Sasya bilang mending Papa nikah lagi deh, nikah tuh enak loh Pah, tidur ada yang nemenin, mandi ada yang siapin, makan ada yang masakin, kurang apa coba Pah? Enggak kayak sekarang, pulang kerja mau makan masak sendiri, enggak banget deh!" omel Sasya kepada papanya yang kini tengah membumbui mie instan. Pria tampan berusia 38 itu baru saja pulang dari luar negeri untuk urusan bisnisnya. Waktu menunjukan tepat pertengahan malam, semua pembantunya sudah beristirahat sedangkan anaknya tidak bisa diandalkan hanya bisa mengomelinya saja jadilah ia memasak makanannya sendiri. Gadis berusia 18 tahun itu mengerucutkan bibirnya ketika papanya mengabaikannya, menyantap makanannya itu dengan lahap. "Pa—" "Papa lagi makan, Sayang," potong Rega cepat. "Papa harus nikah," rengek Sasya mengabaikan ucapan Rega sebelumnya. "Kalau kamu nyuruh Papa nikah terus, Papa kabur dari rumah!" "Ya, silakan, tapi Papa harus nikah dulu!" Rega menghentikan suapannya. Memandang Sasya dengan gusar. Permintaan anaknya itu sangat berat. Pasalnya ia tak punya calon untuk dinikahi, ia juga tidak berniat untuk menikah lagi setalah istrinya meninggal 18 tahun yang lalu. "Papa harus nikah sama siapa?!" bentak Rega tanpa sadar membuat Sasya tersentak. Namun, setelahnya gadis itu tersenyum lebar, berarti papanya itu setuju untuk menikah lagi. "Diandra, Pah," ucap Sasya semangat. "Apa?!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD