Di sebuah kerajaan yang berdiri dengan megahnya__Kerajaan Vampir, terlihat lah seorang pria tampan yang sedang meminta izin kepada kedua orangtuanya. Begitu dia menghormati kedua orangtuanya. Pria tampan tersebut, tak lain tak bukan pangeran vampir.
"Baiklah. Tapi kamu jangan keluar sendiri." nasihat ibunda-Ify.
"Aku akan menemanimu, Al." kata Dilon sahabatnya, sekaligus orang kepercayaan Raja dan Ratu.
"Tidak usah, aku akan pergi sendiri." tolak Alvi dengan nada jengahnya.
"Baiklah. Tapi cepat kembali ke kerajaan, jangan keluyuran! Nanti kamu malah diserang musuh." kata sang ayahanda- Dirga.
"Baik, ayah."
Setelah selesai berpamitan, sang pangeran pergi meninggalkan kerajaannya.
Pangeran tersebut bernama Audie Alvi Dirgantara. Seorang pangeran Vampir yang memiliki wajah yang sangat tampan dan dingin, tatapan yang sangat mengintimidasi, dan kejam kepada para penghianat karena dia paling benci dengan yang namanya penghianat. Alvi hanya hangat terhadap orang-orang terdekatnya, yaitu keluarga dan sahabatnya. Semua wanita berusaha menarik perhatiannya karena ia belum memiliki mate atau pun kekasih. Namun... Ia adalah pria yang tidak tersentuh sama sekali.
****
Hutan Larangan...
Di sana lah Kerajaan Vampir berdiri dengan megahnya, berada tepat di tengah-tengah hutan. Kerajaannya sengaja dibangun di tengah-tengah hutan agar tidak terjamah atau pun diketahui oleh manusia, selain itu hutan larangan juga merupakan hutan yang paling berbahaya karena banyak hewan buas, maka dari itu tidak akan ada manusia yang berani melangkahkan kakinya ke hutan larangan tersebut. Sebaiknya, manusia mengenal mereka sebagai makhluk mitos saja.
Alvi menggunakan kekuatan teleportasinya sehingga dalam sekejap ia sudah berada kota, tentu saja berhentinya di tempat yang sepi. Bisa heboh media jika ada manusia yang melihatnya tiba-tiba muncul.
Pria tampan itu melangkahkan kakinya sambil menikmati suasana di dunia manusia. Tiba-tiba ia mencium aroma yang sangat harum dan menenangkan, yaitu aroma vanilla. Bercampur dengan aroma darah yang sangat manis. Ia ingin mencicipi darah tersebut.
Vampir tampan satu itu semakin mempertajam indra penciumannya, ia berjalan dan terus berjalan hingga sampai lah di sebuah cafe, sumber aroma yang tercium olehnya. Mengedarkan pandangannya, matanya berhasil menangkap keberadaan seorang gadis yang memakai baju kaos berwarna putih, sedang menikmati sepiring nasi goreng dan jus jeruk. Gadis itu tak lain adalah Raisya.
Mine! Batinnya berbisik.
Duduk tak jauh dari tempat Raisya berada. Sembari mengamati gadis cantik itu, ia memesan minuman. Tak lupa pula ia memotret wajah cantik tersebut tanpa sepengetahuan siapa pun. Wajahnya cantik sekali, bibirnya berwarna merah alami, hidungnya mancung, kulitnya bersih dan mulus, matanya memesona, dan tubuhnya pasti sangat pas jika berada di dalam pelukanku. Batin Alvi. Pria tampan itu terus memperhatikan Raisya tanpa bosan hingga gadis yang diperhatikannya keluar dari dalam cafe dengan tergesa-gesa.
Kenapa dia keluar dengan tergesa-gesa? Pikir Alvi lagi.
Selang beberapa detik gadis cantik itu keluar, ia ikut menyusul ke luar dari dalam cafe dan kembali ke kerajaannya karena ingin mencari tahu segala sesuatu tentang gadis yang di claim sebagai miliknya tadi. Matenya!
****
Dari tadi Raisya sangat gelisah karena ia merasa ada seseorang yang sedang memperhatikannya tapi ia tetap melanjutkan makannya karena perutnya yang sudah keroncongan meminta untuk di isi. Setelah selesai makan ia segera keluar dari dalam cafe dengan tergesa-gesa. Semoga saja dia gak mengikuti gue, batinnya.
Setelah duduk di dalam lamborghininya, hatinya menjadi sangat lega karena orang itu tidak mengikutinya. Mengendarai lambhorgininya dengan kecepatan di atas rata-rata agar cepat sampai di rumah. Sesampai di rumah, ia langsung menuju kamarnya seraya terus memikirkan kejadian tadi.
Kenapa gue merasa diperhatikan oleh seseorang? Siapa orang itu? Dan kenapa gue merasa ada aura yang berbeda dari orang itu?
Merasa sia-sia saja memikirkan tentang kejadian tadi, akhirnya ia berpasrah diri dengan melupakan kejadian tersebut.
"Oh ya, lebih baik gue menghubungi Dila untuk main ke sini." cetusnya tiba-tiba lalu mengirimi sahabatnya pesan lewat aplikasi line.
****
"Tadi aku bertemu dengan mateku, aku berniat untuk mencari tahu segala tentangnya dan untuk itu kamu harus membantuku."
"Benarkah?? Yah, aku saja belum bertemu dengan mateku." sahut Dilon dengan nada lesunya.
"Tadi aku sempat mengambil fotonya. Itu akan memudahkan kamu untuk mencarinya." ucap Alvi tak mengubris ucapan Dilon.
"Ya, ya, ya. Mana fotonya?" jengah Dilon.
Alvi mengambil handphone yang berada di dalam saku celananya, membuka galeri, lalu mengirim foto matenya ke handphone Dilon.
"Baiklah, malam ini aku akan mencari keberadaannya."
"Oke. Ah ya, semoga kamu cepat bertemu dengan matemu."
"Yah. Dan semoga saja dia juga cantik seperti matemu." Dilon berujar penuh harap. Lalu pria itu menghilang dalam sekejap mata karena menggunakan kekuatan teleportasinya.
"Aku sudah tidak sabar untuk mengetahui segala tentangmu, mate." Alvi tersenyum melihat foto matenya yang terpampang di layar handphone.
****
Sudah banyak rumah yang Dilon amati untuk mencari gadis yang merupakan mate Alvi. Tapi sampai sekarang ia belum juga menemukannya. Tidak melelahkan sama sekali bagi Dilon karena ia juga sedang mencari matenya. Langkahnya terhenti kala mencium aroma darah yang sangat manis. Bergegas menuju sumber aroma. Matanya membelalak senang saat melihat mate Alvi dan matenya sedang menonton laptop di atas kasur. Terus mengamati kedua gadis itu dari jendela kamar Raisya tanpa disadari oleh kedua gadis itu.
Mateku cantik sekali, batinnya senang.
Dilon terus saja memperhatikan kedua gadis itu sambil mendengarkan berbagai celotehan mereka. Mulai dari sekolah, orangtua, cowok, teman-temannya, dan banyak hal lainnya yang mereka bicarakan.
Setelah mengetahui banyak informasi, ia kembali ke Kerajaan Vampir. Setibanya di kerajaan, Alvi menyambut kedatangan Dilon dengan antusias. "Bagaimana?" tanya pria satu itu tidak sabaran.
"Nama matemu Raisya Ratu Vexia, umur 18 tahun, bersekolah di SMA Pelita, punya banyak penggemar di sekolah, tidak mudah percaya pada sesuatu kalau tidak ada bukti, suka
membaca cerita, suka menonton drama korea, suka coklat, dia juga pandai bela diri, berada di kelas 12 ips 3, anak tunggal di keluarga Vexia, dan bersahabat dengan mateku." jelas Dilon berdasarkan apa yang ia dengar tadi.
Alvi mendengarkan semua penjelasan sahabatnya dengan sangat baik. "Jadi kamu sudah menemukan matemu?"
"Iya dan dia juga sangat cantik seperti matemu."
"Aku punya ide." cetus Alvi.
"Apa?" tanya Dilon penasaran.
"Ideku adalah........"
-Tbc-