Suara hatimu

1207 คำ
Ponselnya sedang berada didalam aplikasi diary. Pada tanggal 05 Maret tertulis dengan judul "Hari menyebalkan" Langit yang merasa penasaran pun membukanya. Menampak tulisan panjang yang berisi semua curhatan Senja terlihat. "Tadinya aku merasa senang bisa bertemu dengan mas ganteng, eh perkataan ibu membuat hari yang indah ini jadi menyebalkan. Aku tahu kak Hana lebih bagus segala galanya dibanding aku, dia tinggi kayak tiang jemuran, cantik, punya cowok tajir dan kerja di perusahaan terkenal sebagai manajer. Sedangkan aku? Aku cuma bisa jadi office girl! Aku sebal selalu dibanding bandingkan sama ibu." Langit mulai merasa prihatin dengan yang Senja alami. Tergerak didalam hatinya untuk membuka curhatannya yang lain di tanggal sebelumnya. "Duh gerogi, aku mau ditanya apa ya nanti. Enggak ditanya ukuran kancutnya berapa kan? Atau ukuran behanya berapa? Ini interview pertamaku setelah setahun lebih menganggur. Aku bisa enggak ya menjawab pertanyaannya nanti? Aku gugup banget sekaligus senang banget. Oh iya, disana kan ada Langit. Dia gimana ya orangnya? Beneran ganteng kayak artis korea? Kalo ada Langit aku pura pura jatuh ah biar nanti dibangunin sama dia, atau pura pura pingsan biar dikasih napas buatan sama dia. Haha dasar pemimpi, bangun Senja udah pagi!" Langit tertawa, selalu deh. Gadis ini selalu bisa membuatnya tertawa. Bukan hanya isi pikirannya saja yang lucu tapi isi curhatannya. "Aku pengen deh dikasih bunga kayak Riana, tokoh novel buatanku. Aku suka banget sama bunga aster. Kak Hana suka dikasih bunga aster sama pacarnya, kadang aku suka nyolong bunganya diem diem lalu aku taruh kamar. Ketika ketahuan, dia pun langsung berkoar dan minta bayaran. Emang tuh tiang jemuran berisik banget, dasar mata duitan." "Kapan ya aku dikasih bunga sama orang yang kusayang? Senja, sejak kapan kamu punya orang yang disayang? Sekalinya ada, pasti ngasihnya bunga bangke." "Alhamdulillah akhirnya tamat juga novelku yang ketiga, ada enggak sih cowok kayak Angkasa di dunia ini? Aku kok kayak kebawa perasaan ya nulis karakter itu. Duh gemes deh sama cowok ganteng, baik, setia dan misterius kayak Angkasa. Rasanya pengen masuk ke dalam dunia novel dan jadi pemeran utamanya. Hwaa seandainya ada keajaiban." Langit tersenyum, jadi Senja seorang penulis novel. Ia jadi penasaran dengan isi tulisannya. Langit pun keluar dari aplikasi diary dan melihat ada aplikasi microsoft word di beranda. Ia pun membukanya dan langsung terlihat tiga file word berjudul "After rain, different world dan ketampanan tersembunyi CEO." Ia membuka file yang paling baru dibuka. Yang berjudul Ketampanan tersembunyi CEO. Ia baca awal ceritanya dan dapat ia lihat, disana ada nama Angkasa dan Riana di paragraf awal, mungkin ini maksud cerita yang Senja bahas di curhatannya tadi. Saat membaca paragraf awal, ia mulai merasa lucu dan membuatnya penasaran. Ia sangat ingin membacanya hingga tuntas tapi pekerjaannya menumpuk. Tergerak dihatinya untuk mengirim file word itu ke ponselnya melalui bluetooth. Meskipun awalnya ragu, pada akhirnya ia pun menyalakan bluetooth ponselnya dan kirim file word itu. Setelahnya ia terus menekan tanda back, namun tiba tiba jarinya tersentuh menekan aplikasi f*******:. Padahal ia tidak berniat membuka aplikasi itu. Setelah loading sebentar, muncul dinding profil f*******: milik Senja yang bernama akun "Senja di langit biru" foto profilnya bunga aster dengan foto sampul langit biru yang sangat indah. Langit tersenyum saat melihat bio di akun Senja. "Hallo stalker, kenapa liat liat? Naksir ya? ?" Dasar gadis aneh, seperti ada medan magnet didalam diri Senja yang membuat Langit terus tertarik untuk mencari tahu lebih dalam. Fokus Langit, ini tidak seharusnya terjadi. Di pantry, Senja sudah bersama Ratih. "Gimana? Capek enggak?" tanya Ratih. "Lumayan berkeringat sih hehe." jawab Senja. "Lo ketemu pak Langit ya tadi?" tanya Ratih "Iya." "Gimana dia? Ganteng kan dia? Baik lagi. Gue nih kalo masih jomblo bakalan pepet terus dia sampe dapet. Jarang ada direktur kayak pak Langit, yang baik dan pengertian sama karyawannya. Ibaratnya seribu satu. Karyawannya aja diperhatiin apalagi istrinya." ujar Ratih tertawa "Hehe. Emang pak Langit enggak punya pacar ya mbak?" tanya Senja. "Enggak ada, gue aja heran. Cowok seganteng dan semapan dia kok belum punya pasangan. Dia itu single player." ujar Ratih. Senja merasa itu hal mustahil, mana mungkin Langit tidak memiliki kekasih? Masa sih selama dua puluh lima tahun ia berada di bumi tidak memiliki kekasih dengan berbekal wajah setampan itu? Pengamatan Senja, itu adalah suatu ketidakmungkinan. Minimal pasti ada lah cewek yang nembak dia. Tidak mungkin nasibnya sama seperti Senja yang belum sama sekali punya pengalaman dalam hal percintaan. Jomblo karatan. Di belakang Ratih muncul seorang wanita berambut cepol dengan berpakaian biru sama seperti mereka. "Pak Langit mah seleranya tinggi kak, makanya sampai sekarang masih jones." ujar Arini. Gadis itu berjalan mendekati mereka. "Oh iya, Senja. Kenalin, ini Arini. Dia juga OG disini." ujar Ratih Arini menyodorkan tangannya menawarkan Senja untuk salaman. Senja melihat keseluruhan wajah gadis dihadapannya. "Mbak, makan apa sih mukanya bisa baby face banget. Serasa salaman sama anak SMP." ucap Senja dalam hati. Ia tersenyum saat melihat wajah Arini. Ia jabat tangannya. "Panggil aja Arin, atau Rini. Terserah kamu." ujar Arini. "Iyah." "Nama kamu siapa?" tanya Arini. "Senja." jawabnya. "Oh salam kenal ya." ujar Arini. Senja mengangguk seraya tersenyum. "Kalau aja aku cowok aku pasti akan mengantri jadi pacarnya." ujar Senja dalam hati. Tiba tiba muncul seorang pria berseragam biru dibelakang Arini, ia langsung berteriak di belakang telinga gadis itu. "WOI!" teriak Bintang. Arini kaget setengah mati sampai memegang dadanya. "Ihh ngeselin banget sih Lo, dasar gosong!" ketus Arini. Bintang tertawa geli. Sahabat kecilnya itu memang sangat mudah dikagetkan, itulah alasan kenapa ia sangat hobi menjahilinya. "Hahaha terakhir gue liat Lo kaget begitu, pas gue masukin kecoa ke tas Lo." tawa Bintang. "Itu waktu SMP, sekarang kagak lah!" ujar Arini. "Bener ya? Gue cari kecoa lagi nih ya." ujar Bintang. "Jangan! Apaan sih! Gue jadiin ayam semur lu." pekik Arini. Bintang tertawa namun perlahan tawanya berhenti saat ia melihat Senja di belakang Arini. Senja tampak menertawai mereka. Bintang tersenyum pada Senja. "Anak bau ya?" Arini langsung nyerocos. "R-nya ketinggalan." Senja tertawa. "Iya. Anak baru." ujar Senja. Bintang menyodorkan tangannya. "Panggil gue Bintang. Gue juga office boy disini." ujar Bintang tersenyum. Arini sedikit tak suka melihat Bintang menatap Senja sambil senyum. "Mulai deh caper sama cewek cakep." ujar Arini. Senja merasa terharu dikatakan cantik oleh Arini. "Aku enggak salah dengar? Arini bilang aku cantik? Rasanya mau lompat dilautan kayak ikan lumba lumba. Arini kamu baik banget sih." ujar Senja dalam hati. Senja langsung menerima tangannya dan bersalaman dengan Bintang. "Senja." ucap Senja. Arini langsung menyela. "Kamu panggil dia gosong aja. Lebih cocok." ketus Arini langsung dicibir oleh Bintang. "Enak aja, enggak lah. Muka ganteng kayak Cha eun wo gini dibilang gosong. Udahlah Rin, gak usah merusak image gue didepan cewek." "Image lu emang udah rusak sejak pertama Lo dateng dan ngagetin gue." ujar Arini. "Hoo, jadi masih marah nih Bu?" tanya Bintang. "Tauk!" "Ngambek mulu, nanti pulang enggak nebeng lagi dong." ejek Bintang. "Nebenglah!" gerutu Arini "Hahaha." Ratih mencibir. "Hmph, kalian nih ya belum jadi suami istri aja udah ribut apalagi udah jadi." ejek Ratih. "Ih amit amit." Arini dan Bintang langsung merasa jijik dan bersamaan mengetuk meja tiga kali. "Mendingan sama onta dibanding sama Lo." ujar Bintang asal. "Oh bener ya, gue doain ya Allah supaya Bintang punya bini Onta. Amin ya Allah." ujar Arini sembari menengadahkan tangan. Ratih yang melihat mereka kembali ribut langsung menggeleng, dua tuyul ini memang butuh dimandiin kembang biar akur.
อ่านฟรีสำหรับผู้ใช้งานใหม่
สแกนเพื่อดาวน์โหลดแอป
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    ผู้เขียน
  • chap_listสารบัญ
  • likeเพิ่ม