GM-32-Pertanda buruk?

1774 คำ
Arsen bingung, ia harus ikut senang atau malah sedih atas kedekatan Sian dengan gadis nyentrik bernama Tri itu. Pertama, Sian sudah sibuk dengan urusan kuliah semester akhirnya. Kedua, urusan naskah novelnya yang bahkan belum ada lima puluh persen menuju ending. Lalu, yang ketiga sekarang ditambah dengan fakta bahwa Sian dan gadis agresif itu pernah bertemu di masa lalu, membuat keduanya kembali dekat sekarang ini. Semua alasan itu membuat Sian tidak bisa fokus membantu Arsen dalam memecahkan misteri kematiannya. Arsen sadar, bahwa hanya arwah malang yang tentu saja kehidupan pribadi Sian lebih penting daripada keinginannya untuk tahu akan alasan kenapa ia menjadi arwah penasaran yang berkeliaran di alam dunia ini. Semalam, Arsen menyadari satu hal tentang dirinya. Ia melihat aura hitam yang mengelilingi tubuhnya saat ia menatap standing mirror yang ada di sudut kamar Sian. Setelah sekian lama, Arsen memutuskan untuk mencari arwah perempuan yang pernah ia temui di kampus Sian. Semoga saja arwah perempuan itu bisa memberinya sedikit petunjuk akan apa yang terjadi pada dirinya. Satu hal yang Arsen syukuri akan fakta dirinya sebagai arwah, yaitu ia dapat bepergian tanpa menggunakan kendaraan. Tidak, ia tidak terbang layaknya burung. Ia dapat berpindah tempat hanya dengan membayangkan tempat apa yang ia tuju. Lalu, di sinilah Arsen berada. Di antara lalu lalang mahasiswa yang sibuk berjalan memasuki gedung fakultasnya masing - masing. Pria berwajah pucat itu nampak ling lung sesaat. Ia hampir lupa akan keberadaan gedung tua yang sudah tidak digunakan lagi di belakang gedung fakultas di mana Sian menimba ilmu. Saat ia menapaki lantai gedung usang itu, Arsen langsung mencari keberadaan hantu-, ah maksudnya arwah perempuan itu dengan menelisik setiap sudut ruangan yang nampak berlumut dan dipenuhi oleh sarang laba - laba di mana mana. "Alum?!" panggilnya seraya membuka setiap pintu yang ada di gedung itu satu persatu. Apa mungkin, hantu perempuan itu tidak lagi menetap di sini? Seperti dirinya yang memutuskan untuk menetap di rumah Sian. Arsen hampir putus asa saat tak kunjung menemukan hantu perempuan yang ia cari sedari tadi. Lalu, saat ia duduk di pinggiran tembok pembatas gedung. Tiba - tiba saja sebuah tangan pucat dengan kuku hitam yang tak terawat menyentuh pundaknya secara perlahan. Membuat arwah pria berwajah pucat itu memekik dan hampir terjatuh dari gedung dengan mengenaskan. "Aneh. Kok, ada ya, hantu yang takut sama hantu?" Arwah perempuan dengan rambut panjang tak terurus itu bertanya seraya menarik lengan hantu lelaki yang hampir terjatuh karena ulahnya barusan. "Jangan panggil aku hantu! Aku bukan hantu!" tolak Arsen seraya menyentuh d**a bagian kirinya dengan telapak tangan bagian kanan. Hampir saja ia memekik karena tidak merasakan apa - apa di sana. Tidak ada detak jantung yang terasa di sana. Kalau ia tidak ingat bahwa ia sudah menjadi arwah. Bukan lagi manusia. Ia sudah mati. Jadi, bagaimana mungkin jntungnya bisa berdetak seperti manusia di luar sana. "Baiklah, kalau begitu aku panggil kamu setan aja, gimana?" tawar arwah perempuan dengan wajah oval yang tak kalah pucat dari wajah Arsen--seraya menaik turunkan alisnya. "Saya bukan setan!!!" Arsen benar - benar tidak habis pikir. Bisa - bisa ia berpikir kalau hantu parempuan yang menyebalkan ini bisa memberinya informasi yang ia inginkan. "Kalau begitu, jangan panggil aku dengan sebutan Alum! Aku juga tidak suka!" Kali ini Alumina menyampaikan ketidaksukaannya terhadap panggilan yang digunakan Arsen untuk memanggilnya. "Kenapa?" Arsen bertanya dengan wajah bingung. "Bukannya namamu Alumina? ... Jadi, apa yanh salah dengan panggilan Alum?" Mina berdesis seraya mendekati Arsen. "Panggil aku Mina. Jangan Alum! Karena sama seperti kamu yang tidak suka aku anggap sebagai hantu atau setan. Aku pun tidak suka kau memanggilku seperti itu, mengerti?!" Arsen mendelik seraya mendengkus. "Baiklah. Kita buat kesepakatan. Kau tidak boleh menganggapku sama sepertimu. Karena aku bukanlah hantu atau setan. Dan aku, ... Aku akan memanggilmu Mina bukan Alum." Arsen membuat kesimpulan yang akhirnya disetujui oleh Mina. "Jadi, Nik. Untuk apa kau ke sini dan mencariku?" Tanya Mina seraya mengambil posisi duduk di sisi gedung pembatas seraya mengayun - ayunkan kakinya yang telanjang. Arsen kembali duduk di tempatnya semula, di samping Mina. "Aku mau tanya mengenai sesuatu yang mungkin saja kamu tahu penyebabnya." Arsen mulai membuka suara dan bercerita mengenai dirinya yang akhir - akhir ini baru menyadari kalau ada sesuatu yang ada pada dirinya. "Apa itu? Detilnya bagaimana?" tanya Mina ingin tahu lebih jelas mengenai permasalahan Arsen. "Jadi begini, semalam aku memandangi pantulan diriku di cermin. Kau tahu aku melihat apa?" Arsen bercerita dengan antusias. Sementata Mina berdecak sebal. "Ya mana aku tahu apa yang kau lihat!" balas hantu perempuan itu seraya memutar bola mata jengah. "Jadi, aku melihat aura hitam yang mengelilingi tubuhku. Apa mungkin, ada setan atau hantu jahat yang ingin merasuki jiwaku?" Jelas Arsen yang bergidik ngeri membayangkan adanya hantu atau setan jahat yang ingin merasuki jiwanya. "Kau yakin? Maksudku, aura seperti apa yang kau maksud. Apa ada warna hitam yang nampak seperti asap yang keluar dari tubuhku atau ia hanya mengitari tubuhmu saja?" tanya Mina seraya memindai penampilan Arsen saat ini. Tidak ada aura hitam yang muncul di sekitar tubuh pria itu. "Ya, aku yakin sekali. Sebab, aku menatap pantulan diriku di cermin berulangkali dan aura itu masih ada. Dan ... Ya, ia nampak seperti asap berwarna gelap yang mengelilingi tubuhku." Arsen menjelaskan seraya mengingat kembali kejadian tadi malam. "Ah, aku mengerti," seru Mina seraya berpindah tempat dan berdiri di atas lantai. Tepatnya mengawang begitu saja. "Apaapa?!" tanya Arsen dengan cepat. "Tapi, sependek pengetahuanku mengenai arwah, roh dan setan. Timbulnya aura hitam seperti yang kamu jelaskan itu bukanlah pertanda baik." Mina nampak meringis seraya menatap Arsen dengan tatapan sedih. "Lalu apa? Jelaskan maksudnya. Apa itu pertanda buruk?" Arsen menuntut penjelasan ada Mina. Apa yang dimaksud oleh hantu perempuan yang ada di hadapannya saat ini. Apa yang akan terjadi pada Arsen setelah munculnya aura hitam itu? "Aku tidak begitu tahu pasti alasannya mengapa. Tapi, munculnya aura gelap itu menandakan kalau waktumu tidak banyak. Kau harus menuntaskan masalahmu di dunia ini secepatnya." Lagi - lagi Mina mengatakan hal yang mengerikan dan membuat Arsen bingung apa maksudnya. "Apa maksudmu aku tidak punya banyak waktu?" Arsen bertanya skeptis. Mina, hantu perempuan itu nampak berpikir bagaimana caranya agar Arsen mengerti dengan apa yang ia maksud. "Jadi, kau harus mencari tahu penyebab kematianmu dan hal - hal mengenai kehidupanmu yang belum tuntas. Karena kalau tidak, kau bisa saja menjelma menjadi roh jahat dengan aura hitam pekat." "Mana mungkin? Aku tidak percaya!" Arsen menolak mempercayai apa yang Mina katakan barusan. "Bagaimana dengan kamu? Apa kau roh jahat? Kau pun sudah lama berada di dunia ini sebagai arwah, bukan begitu?" tanya Arsen pada Mina yang kini nampak mendudukan kembali dirinya di sisi pembatas gedung. "Aku?" tanya hantu perempuan itu seraya menunjuk dirinya. "Ya, kau!" balas Arsen dengan cepat. "Aku sama sepertimu. Aku sedang mencari tahu apa - apa yang berhubungan dengan kematianku. Kau pikir untuk apa aku mendatangi gedung tua yang usang ini?" Mina bercerita mengenai dirinya. "Apa kau juga memiliki aura hitam yang ku maksud?" tanya Arsen dengan penasaran. Mina menggelengkan kepala. "Tidak. Hmm... lebih tepatnya belum. Aku punya teman yang sudah mengalaminya. Ia menceritakannya padaku. Tapi seperti yang aku katakan sebelumnya, ia tidak tahu apa penyebabnya dan mengapa demikian." Arsen mengangguk mengerti. Diskusi panjang antara kedua arwah itu berujung pada kerjasama. Bahwa mereka akan saling membantu satu sama lain sebelum terjadi hal - hal yang mengerikan seperti yang Mina jelaskan. Menjadi roh jahat? Tidak! Arsen tidak mengiginkan itu terjadi. Mereka tidak mau berakhir sebagai roh jahat atau apapun itu! Mereka akan menuntaskan semuanya dan kembali ke sisi Sang Pencipta dengan tenang. Bukan berkeliaran di dunia manusia sebagai roh jahat. *** Seperti malam - malam sebelumnya. Sian mencoba memfokuskan diri untuk melanjutkan tulisannya yang sempat terhenti di malam - malam sebelumnya. "Pekan ini harus selesai minimal lima puluh persen!" ucapnya dalam hati dengan yakin. Tangannya mulai bergerak di atas keyboard laptop dengan gerakan cepat. Berhenti sejenak untuk memikirkan kembali alur yang sudah ia bangun sebelumnya. Lalu melanjutkan aktivitas jari - jarinya dalam mengetikkan kalimat narasi hingga dialog singkat yang dilakukan oleh tokoh utama. Waktu terus berjalan, suara jam dinding dan suara ketikkan pada keyboard laptop saling beradu mengisi kehiningan yang malam. Sian sudah terbiasa melanjutkan tulisannya di malam hari. Pasalnya, saat siang hari atau pagi hari begitu banyak hal - hal yang dapat mengganggu konsentrasi dan bisa membuyarkan fokusnya dalam menulis. Sejak pukul setengah sembilan hingga kini, jarum jam sudah menunjuk ke angka sebelas malam. Sian masih setia duduk di kursi yang menghadap ke arah benda berbentuk kotak itu dengan mata yang hampir berair. Sesekali ia melepaskan kaca mata berbingkai persegi itu lalu mengusap kedua matanya yang terasa panas dan sedikit perih. Layar laptop yang menampilkan lembar kerja microsoft word itu sudah bergulir ke halaman selanjutnya. Jari jari besarnya kembali menari di atas keyboard dengan cepat. Menuliskan semua yang ide ada di benakknya dengan cepat sebelum ide itu menguap dari kepala. Ia sangat bersyukur karena seharian hinga malam ini, Arsen tidak berkeliaran di rumahnya. Khusunya di kamar yang Sian tempati. Awalnya pria itu berpikir kalau kalau Arsen akan menjaili adik - adiknya atau tanpa sengaja ke kamar adik - adiknya untuk meminjam barang seperti waktu itu. Namun, setelah memeriksa ke semua sudut rumah, Sian tak kunjung menemukan hantu itu. Meski senang karena aktivitas menulisnya tidak terganggu oleh keberadaan Arsen, namun tetap saja, Sian sebenarnya merasa khawatir kalau terjadi sesuatu pada hantu itu. "Tapi, dia kan, hantu. Memangnya apa yang akan menggangunya di luar sana?" monolognya seraya berpikir di mana hantu itu berada saat ini. Tumben sekali ia tak pulang ke rumah Sian hingga hampir tengah malam begini. Lalu, yang paling Sian tidak habis pikir, hantu itu tidak berpamitan padanya saat akan keluar dari rumah. Apa Sian terlalu keras pada Arsen. Hingga menyebabkan hantu itu pergi? Atau, Arsen sudah mengingat kembali ingatannya yang hilang? Sian mengehela napas berat dan mengembuskannya dengan perlahan. Lalu menggelengkan kepala dengan pelan. Mencoba untuk tidak begitu peduli dengan keberadaan Arsen saat ini. Toh, dia hantu atau setan atau apalah itu. Arsen bisa ke mana pun ia mau. Saat angka yang terdapat di layar benda berbentuk kotak itu menunjukkan angka lima ribu kata. Sian memutuskan untuk mengklik icon save dan menutup layar lapotopnya setelah mengkilik shutdown. Matanya sudah terasa perih dan juga berair. Ia bahkan sudah beberapa kali menguap sejak beberapa menit yang lalu. Untuk itu, ia memutuskan untuk menyudahi aktivitas menulisnya malam ini. Melangkah mendekati kasur lalu mengehempaskan tubuhnya di sana. Rasa kantuk yang menyerangnya kini semakin menjadi. Diliriknya jam dinding yang terpatri di sisi kanan dinding kamar. Jarum kecilnya sudah menunjuk ke angka dua belas. Sebelum Sian benar - benar terlelap, tangannya sempat menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuhnya dengan nyaman. Kemudian, matanya tertutup dan disusul dengan suara dengkuran halus beradu dengan detak jam dinding yang kini menjadi pengisi keheningan malam. ***
อ่านฟรีสำหรับผู้ใช้งานใหม่
สแกนเพื่อดาวน์โหลดแอป
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    ผู้เขียน
  • chap_listสารบัญ
  • likeเพิ่ม