bc

The Adventure of Sandekala's Gate

book_age18+
515
FOLLOW
1.2K
READ
adventure
others
student
warrior
mystery
icy
lucky dog
magical world
supernature earth
weak to strong
like
intro-logo
Blurb

Warning 18+

Fantasi petualangan misteri

Sekelompok mahasiswa nekat mendatangi suatu bukit yang dikenal menyimpan banyak misteri. Mereka menjalankan sebuah misi petualangan yang berpacu dengan waktu untuk mencapai suatu tujuan. Hanya ada dua pilihan. Melanjutkan perjalanan hingga sampai tujuan dan mencari jalan pulang, atau terjebak di sana selamanya.

***

Dewa Raja syah seorang pemuda yang dikenal memiliki sikap acuh dan dingin, kini sikapnya berubah 180 derajat. Semenjak ayahnya difitnah dan dijebak hingga mendekam di balik jeruji besi. Keinginan yang kuat demi menolong sang ayah untuk mengungkapkan kebenaran, mengantarkannya bertemu dengan seorang Kakek misterius di dalam hutan, ketika dirinya sedang menjalani kegiatan survival pencinta alam.

Sang kakek tua mengundangnya datang ke suatu bukit misterius untuk mendapatkan harta karun. Keadaan yang terpojok pasca ayahnya difitnah, membuat Dewa nekat bertualang ke sana. Ia mengajak serta anggota satu timnya untuk bertualang bersama, melewati lima gerbang magis di alas Sandekala demi memperoleh harta karun.

Kakek tua mengundang Dewa datang ke bukit misterius itu, bukan semata untuk memberitahu sebuah harta karun. Namun, ada tujuan lain yang kakek tua sembunyikan. Misteri apa yang tersimpan di dalam alas Sandekala itu? Akankah mereka bertahan dan berhasil menjalankan misi? Atau justru terjebak selamanya? Lalu misteri apa yang akan terungkap di dalam alas Sandekala?

Cover vector by Riandra_27

Font by PicsArt Premium

chap-preview
Free preview
1. Prolog
“Satu hari lagi, survival kita akan segera berakhir ... malam ini adalah pertarungan terakhir kita tinggal di hutan!” jelas seorang pemuda bernama Windu yang menjadi salah satu ketua kelompok mahasiswa pencinta alam saat menjalani kegiatan survival di hutan selama tiga hari. Sembilan mahasiswa tersebut hanya dibekali satu korek api dan satu lilin. Selebihnya mereka belajar bertahan hidup menyatu dengan alam. Malam ini adalah malam terakhir ujian survival sebagai syarat pelantikan menjadi anggota pencinta alam Buana Sejati di kampus mereka. “Dewa! Acong! Kalian saya tugaskan mencari kayu bakar sore ini! Mengerti?” suara lantang Windu memecah keheningan hutan tropis itu. “Siap!” Dewa dan Acong menjawab dengan mantap. “Untuk anggota lain, silakan kerjakan apa yang sudah saya perintahkan seperti biasanya!” jelas Windu pada anggota yang lain. “Interupsi!” Seorang mahasiswi bernama Darmianti atau sering disapa Mia mengangkat tangannya. “Maaf ketua ... persediaan air menipis, tampaknya tidak akan mencukupi kebutuhan untuk malam ini,” jelas Mia pada Windu. “Itu urusan kalian! Saya tidak mau tahu bagaimana caranya kalian mendapatkan air itu! Silakan saja jika kalian mau kembali turun ke sungai! Ingat! Sebentar lagi hari sudah petang! Kalau kalian memaksa berjalan ke sungai, saya tidak akan bertanggung jawab atas keselamatan kalian! Ingat, ini hutan!” jelas Windu pada Mia. Windu adalah tipe pemimpin yang kurang memiliki empati pada anggotanya. Ia hanya sibuk memikirkan keselamatan dirinya sendiri tanpa peduli anggota yang lain. “Tapi, Biantara sudah dehidrasi! Apa nggak ada yang peduli?” Mia merasa kecewa sambil menatap Windu dengan sorot mata tajamnya. “Biar kami yang turun ke sungai ... kalian tunggu saja! Kami akan segera kembali sebelum malam!” Dewa rela berkorban untuk turun ke sungai walau jarak dari tenda tempat mereka menginap cukup jauh. Dewa dan Acong mau menjalani kegiatan yang agak berbahaya itu sekalian mencari kayu bakar untuk menghangatkan tubuh mereka nanti malam. Ketika Dewa dan Acong mulai berjalan, waktu sudah sangat senja. *** Dewa dan Acong mengambil secukupnya air bersih di sungai. Lalu mereka kembali memanjat untuk kembali ke lokasi mereka menginap. Tak terasa matahari sudah terbenam. Senja yang indah seketika berubah petang dengan awan yang menggumpal seakan ingin menerkam mereka. Tampaknya malam ini akan turun hujan lebat. “Acong! Ayo lebih cepat jalannya! Langit sudah mendung! Kita harus sampai sebelum hujan turun!” Dewa mengajak Acong untuk mempercepat langkahnya. Namun sayang, gerimis mulai turun membasahi mereka. Sedangkan jarak mereka menuju tempat menginap masih setengah perjalanan. Gerimis semakin deras mendera mereka. Dewa dan Acong berlari menyusuri hutan yang sangat lebat. Dewa menghentikan langkahnya sejenak. Ia seakan melihat sebuah gubuk bambu di antara pepohonan dan rintik air gerimis yang mengalir di sela bulu matanya. “Cong! Itu!” Dewa menepuk bahu Acong. “Apa?” Acong dengan cepat menoleh pada arah yang Dewa tunjuk. “Gubuk! Kita berteduh! Ayo!” Dewa berlari menuju gubuk itu untuk berteduh bersama sahabatnya. Dewa dan Acong melihat sekelilingnya. Sunyi dan gelap. Hanya suara rintik gerimis yang menemani mereka berteduh di depan gubuk tua itu. Kreeekkk!!! Seketika mereka melompat dan berteriak mendengar pintu gubuk yang terbuka. “Set ... set ....” Dewa dan Acong memejamkan mata. Namun kaki mereka terasa berat untuk melangkah. “Cu ... jangan takut! Ini Kakek ... ayo masuk! Berteduhlah di dalam! Sudah Kakek buatkan kopi untuk kalian!” Suara seorang Kakek tua yang terlihat karismatik. Penampilannya terlihat seperti seorang Demang pada zaman kerajaan. Mengenakan blangkon, memakai setelan khas ningrat pada zaman kerajaan. “I—iya, Kek!” Dewa berusaha menjawab sapaan kakek tua itu walau suara Dewa terasa tercekat dan bulu kuduknya merinding melihat sosok kakek tua itu.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Kembalinya Sang Legenda

read
21.8K
bc

Time Travel Wedding

read
5.4K
bc

Romantic Ghost

read
162.5K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.5K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
9.1K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
4.0K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook