Kedatangan Naufal

2302 Words
Siang ini Naufal datang ke kedai untuk makan siang, dia juga ingin melihat kiana yang bekerja disana entah kenapadia merasa selalu ingin dekat dengan wanita yang sangat di sayanginya ini. Dia tidak akan pernah menyesal memilih jalan Seperti ini karena memang inilah yang dia inginkan sepanjang hidupnya. Naufal juga sudah mengecek semua kehidupan kiana dan tidak ada yang disembunyikan di sana, kiana anak yang sederhana dan memang kehidupannya sangat jauh dari kemewahan, dia hidup sederhana sepanjang hidupnya dan bekerja keras demi membiayai kehidupannya.  Naufal selalu bersyukur dia bisa kenal dengan kiana, dia berharap inilah yang diinginkannya sesuai dengan jalan yang Tuhan tunjukkan kepadanya. Naufal dia akan berjuang untuk menggapai mimpi yang diinginkannya untuk mendapatkan pendamping hidup yang baik seperti kiana.  Naufal memesan makanan, dan kini kiana lah yang mencatat makanannya, Naufal senang melihat wajah kiana yang manis itu dia bahkan tidak menyangka bisa tergila gila dengan senyuman manis gadis sederhana ini. "Udah ini aja?" Tanya kiana pada naufal. "Iya, pulang kerja aku jemput ya? Ada suatu hal yang ingin aku bicarakan" ujar Naufal pada kiana.  "Iya, ada yang ingin aku bicarakan juga" ucap kiana.  "Baik, nanti aku datang tepat waktu" balas Naufal dan langsung diangguki oleh kiana.  "Ya udah aku ke belakang dulu" pamit kiana, banyak pekerjaan yang harus dia lakukan karena waktu makan siang pun sangat ramai pengunjung dan hal ini membuat kiana harus ekstra semangat untuk mengerjakan tugasnya dengan baik.  Naufal kini penasaran dengan apa yang akan diucapkan oleh kiana, entah kenapa dia merasa ada sesuatu yang tidak bagus pada akhirnya tapi Naufal tidak ingin menduga duga dia hanya bisa berdoa agar kiana tidak merubah apa yang sudah di katakannya itu. ***  Pukul setengah sembilan kini Naufal sudah menunggu kiana di dekat kedai, hal ini sesuai dengan permintaan kiana yang tidak ingin paman dan bibi tau dengan apa yang mereka rencanakan. Kiana dengan ponsel bututnya menghubungi Naufal dan mengatakan hal itu. Kiana hanya tidak mau hubungannya dengan Naufal membuatnya tidak nyaman dengan mereka karena paman dan bibi Ling mengenal Naufal dengan baik.  Kiana kini menuntun motor bututnya dan mendekati mobil Naufal yang terparkir di pojok sana, Naufal turun dari mobil dan menghampiri kiana. Padahal Naufal ingin mengantar Kiana pulang tapi wanita itu bahkan sudah membawa motornya.  "Kan aku mau anter pulang" ujar Naufal pada kiana.  "Tapi motorku?" Tanya kiana.  Sebenarnya dia bisa meninggal motornya disini tapi dia hanya ingin membuat alasan agar dia tidak satu mobil dengan Naufal. Kiana bimbang apa yang akan dikatakannya pada Naufal dan kini sedari tadi dia bahkan tidka berani memandang Naufal.  "Motornya taruh sini aja, nanti anak buah aku yang bawa sampai rumahmu" ucap Naufal.  "Tapi, nggak usah kan aku bisa mengendarai setelah kita selesai mengobrol" jawab kiana.  "Nggak, ini udah malam pokoknya aku yang bakalan nganterin kamu" ujar Naufal tidak mau di bantah.  Naufal kini menelpon anak buahnya, mereka kini menunggu anak buahnya datang dalam keheningan baik Naufal maupun kiana tidak ada yang mengucapy sepatah kata pun. Keheningan mereka terpecah karena adanya anak buah Naufal yang datang, kiana memberikan kunci motornya dan kini mau tidak mau kiana masuk kedalam mobil milik Naufal.  Seumur umur baru dua kali dia naik mobil mewah seperti ini, kemarin dan hari ini. Kursinya sangat empuk dan bahkan pendingin mobil ini membuatnya kedinginan. Maklum selama ini dia tidak pernah naik mobil mewah dan wajar jika dia merasakan hal yang seperti ini.  "Maaf, bolehkah pendingin mobilnya di matikan?" Tanya kiana.  Naufal melihat kiana yang seperti nya kedinginan, akhirnya kini Naufal mematikan pendingin ruangan dan membuka kaca mobil. Naufal memberikan jaket miliknya agar kiana bisa memakainya, Naufal tau mungkin kiana tidak terbiasa dengan ini semua.  "Pakai jaketnya" ucap Naufal.  Kini Naufal membawa kiana untuk menuju tempat makan, memang dia sudah berencana ingin membeli nasi goreng di perjalanan untuk pulang. Naufal tau kiana pasti kelaparan setelah bekerja seperti ini dan sebelum pulang Naufal ingin membawa kiana makan.  Sebenernya Naufal sungguh tidka tega membiarkan kiana tidur di rumah sendirian, bahkan kondisi rumah milik kiana terlihat sudah sangat tua dan Naufal takut sewaktu waktu rumah tersebut bermasalah dan membuat kiana kenapa kenapa.  "Ayo turun, aku lapar" ucap Naufal pada kiana.  "Aku udah kenyang," jawab kiana.  "Tapi aku lapar" balas Naufal.  Ketika kiana akan menjawab ucapan Naufal kini perut kiana berbunyi, sungguh dia sangat malu apalagi dia mengatakan jika dia tidak lapar tapi buktinya perutnya berbunyi sekencang itu sungguh kiana tidak tau lagi membawa mukanya kemana.  "Perutmu ga bisa bohong" ujar Naufal.  Kini Naufal turun dari mobil dan mengajak kiana untuk turun sekaligus, kiana yang turun kini langsung bersisian dengan Naufal. Banyak orang disini dan bisa dikatakan jika warung tenda ini sangat ramai pembeli di jam seperti ini.  Naufal dan kiana kini duduk lesehan sembari menunggu pesanan mereka, semua yang ada dipikiran kiana kini buyar dia bahkan lupa akan mengatakan apa kepada Naufal. Dia tak sampai hati untuk menolak permintaan Naufal yang bahkan sikapnya snagat baik dan sopan kepadanya ini.  "Jadi mau ngomong apa?" Tanya Naufal pada kiana.  "Enggak aku lupa" jawab kiana, dia tidka berbohong karena memang apa yang dikatakan semuanya mendadak buyar dan dia lupa itu.  "Beneran? Apa cuma bohong aja?" Tanya Naufal.  "Beneran, mas mau ngomong apa?" Tanya kiana balik.  Panggilan kiana membuat Naufal tertegun entah rasanya dia senang mendengar hal itu dari mulut kiana, semuanya terdengar sangat manis dan membuatnya terpaku terus menerus jatuh hati kepada kiana. Semuanya yang ada di dalam kiana membuatnya jatuh hati, dia bahkan tidak sabar untuk segera membuat kiana jatuh hati padanya itu, dia tidak pernah akan mengingkari hatinya dia berjanji akan memperjuangkan kiana sampai akhir.  "Mas mau ngomong, kamu nggak nolak rencana kita kan?" Tanya Naufal, dia mengikuti apa yang diucapkan oleh kiana.  Kiana memanggilnya mas dan bukan salah jika dia menggunakan kata itu untuk menyebut dirinya, bahkan rasanya lebih berbeda jika dia mengatakan hal itu. Panggilan itu terasa istimewa dan membuat dirinya merinding mendengarnya.  "Maksud mas apa?" Tanya kiana yang kini menatap mata Naufal.  Sedari tadi dia tidka berani natal mata Naufal dan kini dia memberanikan dirinya, dia masih bingung dengan sebenarnya maksud Naufal padanya itu apa. Dia hanya orang miskin dan hanya memiliki harga diri, kiana tidka ingin dipermainkan oleh orang seperti Naufal yang bisa melakukan apapun kepada orang kecil seperti nya itu. "Maksud mas, kamu nggak nolak permintaan mas kemarin kan?" Tanya Naufal menjelaskan pada kiana.  "Kiana sebenarnya bingung mas, kiana nggak tau apakah ini hal yang benar atau tidak. Mas tau kan kiana orang miskin dan bahkan tidak pantas untuk berada di posisi seperti ini" jawab kiana.  "Tapi, mas maunya kamu" jawab Naufal.  "Mas, dilihat dari manapun kita ga pernah cocok mas. Mas nggak takut nanti aku jahat dan hanya incer harta mas?" Tanya kiana.  "Kiana, mas--" belum selesai mengatakan hal itu kini pedagang nasi goreng pun menyelanya.  "Selamat dimakan mas mbak" ujar pedagang tersebut.  "Makasih pak" ucap Naufal.  Naufal kini diam dan dia memberikan nasi goreng kepada kiana, mungkin bicara di tempat terbuka seperti ini bukan pilihan yang baik, nanti dia akan membicarakan semuanya ketika mereka ada di mobil Naufal sudah geram dia hanya ingin jujur sejujurnya jika dia sebenarnya menyukai kiana sejak lama dan dia dengan pengecut menggunakan alasan bahwa dia meminta tolong agar tidak di jodohkan oleh mamahnya itu.  Mungkin itu yang membuat kiana merasa takut, kiana takut jika dipermainkan oleh Naufal dan dia juga takut kebawa perasaan karena memang yang namanya hubungan baik benar benar atau palsu pun melibatkan hati di dalamnya.  Naufal tau mungkin hal itulah yang membuat kiana takut jika dia tidak bisa menahan semua rasa nya pada Naufal dan berujung dia yang sakit hati karena perasaannya sendiri. Walaupun mungkin kiana tidak akan percaya dengan kejujuran yang akan dibicarakan ini mungkin memang Naufal harus jujur dari awal, Naufal takut jika dia tidak jujur maka semuanya akan berjalan tidak sesuai dengan apa yang rencanakannya.  Naufal tau bahwa mengambil hati kiana akan susah tapi dia tidak akan menyerah dia akan terus berjuang untuk mendapatkan hati kiana itu. Naufal hanya ingin kiana tau perjuangannya dan semuanya tidak akan membuat Naufal nyerah, dari awal pun Naufal tau keadaan kiana dan dia tidak menyerah walaupun kiana hidup dalam kemiskinan sekalipun. Dia hanya berniat meminang kiana karena hatinya yang menginginkan hal itu dan dia tidak pernah melihat masalah kaya atau miskin pasangannya, karena prinsipnya yang namanya perasaan tidak bisa diubah dia akan mencintai kiana apa adanya.  "Makan dulu, nanti mas lanjutin ngomongnya kita butuh tempat yang privat" ujar Naufal. Kina menganggukkan kepalanya dan dia mulai memakan makanannya, terlihat kiana bahkan sangat lahap menikmati makanannya itu. Kiana senang rasa laparnya terobati dan dia sangat bersyukur bisa makan seenak ini. Biasanya dia akan memakan seadanya sesuai dengan kemampuannya tapi kini karena Naufal dia bisa makan enak.  "Makasih makanannya ya, maaf merepotkan" ujar kiana.  "Nggak usah sungkan" ucap Naufal.  Kiana tersenyum membalas ucapan Naufal, dia senang bertemu dengan Naufal yang baik hati seperti ini dia tidak pernah menyangka jika dia akan diketemukan dengan orang yang bahkan tidak memandang tingkatan kekayaan seseorang seperti ini.  Kiana akan melanjutkan makannya dengan lahap, dia akan menikmati makanan ini karena hal itu sebagai wujud rasa syukurnya karena telah mendapatkan makanan ini dengan penuh rasa bahagia. Dia selalu bersyukur dengan nikmat yang telah Tuhan berikan padanya, sekecil apapun itu dia selalu mensyukuri nya orang kecil seperti dirinya harus terus bersyukur dengan segala nikmat yang Tuhan berikan karena itu dia tidak boleh terus berkecil hati dan kufur akan nikmat yang telah Tuhan berikan padanya.  ***  Kini mereka berada di luar rumah kiana, duduk di kursi tua peninggalan kedua orang tua kina dulu, Naufal ingin memulai pembicaraan dan dia memang serius dengan kiana, walaupun pada awalnya kiana tidak akan percaya dengan apa yang dia katakan dia akan terus berusaha dengan itu semua.  Naufal akan terus meyakinkan kiana dengan perasaannya yang sebenernya itu, Naufal memberanikan diri menatap mata kiana yang kini terlihat sangat tulus itu. Pancaran sinar matanya menyiratkan ketulusan dan kesedihan didalam sana. Banyak hal yang tidak bisa kiana katakan dan hanya bisa dipendamnya didalam hatinya.  Gadis manis yang selalu ceria ini banyak menyimpan teka teki dalam hidupnya, entah apa yang membuat dirinya sekuat ini tapi Naufal selalu bersyukur kiana bisa bertahan dan sampai di tahap yang seperti ini. Dia tidak menyangka kiana dengan segala kekurangan dalam hidupnya selalu bersyukur dan taat kepada Tuhan semasa hidupnya sampai saat ini, kadang Naufal merasa malu karena dia masih selalu merasa banyak ngeluh kepada Tuhan dengan keadaannya.  "Sebenarnya mas bohong sama kamu" ucap Naufal.  Kiana menatap mata Naufal, entah kini hatinya terasa berbeda dan dia harus meneruskan apa yang akan di ucapkan oleh Naufal padanya. Kiana akan membiarkan Naufal menjelaskan segalanya sebelum dia membuat keputusan.  "Sebenarnya, aku meminta tolong adalah suatu hal kebohongan itu hanya alasanku agar aku bisa Deket sama kamu" jujur Naufal.  "Kenapa begitu mas?" Tanya kiana penasaran.  "Sejaka pertama kali melihatmu di kedai bibi Ling aku jatuh hati padamu, aku selalu diam diam memperhatikan dirimu dan maaf aku sudah banyak menyelidiki segala hal tentangmu" ucap Naufal "segalanya karena dinda, karena orang itulah aku berani mendekatimu seperti ini" jelas Naufal.  "Tapi mas, jelas jelas mba Dinda lebih dari kiana mas kenapa mas menalak mbak Dinda?" Tanya kiana.  "Dinda dia tidak sebaik yang kamu kira kiana, dia tau aku suka denganmu karena hal itulah dia tidak terima dan langsung menghampiri kamu dan memperlakukanmu dengan tidak baik seperti itu" ujar Naufal "banyak hal yang mungkin belum bisa mas katakan saat ini tapi nanti mas akan mengatakan hal itu padamu disaat yang tepat, yang perlu kamu ketahui mas benar benar menyayangimu dan berharap kita bisa menjalani hubungan yang lebih dari ini" jujur Naufal.  "Tapi semuanya serba tiba tiba mas, aku nggak bisa" ujar kiana.  "Bagimu memang sangat singkat, kamu terlalu fokus bekerja dan bahkan tidka memperdulikan banyak hal yang ada di sekitar mu. Aku sejak dulu yang mengangumi baru bisa mengatakan hal ini padamu, tolong berikan aku kesempatan untuk meperjuangkanmu" ucap Naufal pada kiana dengan mata yang penuh ketulusan.  "Mas, mas tau sendiri kondisiku seperti ini rasanya tidak akan pantas bersanding dengan mas" ujar kiana.  "Mas tidak pernah memandang harta, kamu jangan berpikiran seperti itu" ucap Naufal.  "Tapi mas,,," belum sempat menyelesaikan ucapannya kini suara reruntuhan terdengar diantara mereka.  Kiana terkejut dan langsung masuk kedalam rumahnya, dia terkejut karena plafon rumahnya yang runtuh dan bahkan kini dalam rumahnya tidak berwujud lagi tv jadul satu satunya yang dia punya pun tertimpa atap itu.  "Kamu jangan masuk dulu, biar mas periksa" ujar Naufal.  Naufal kini melihat kondisi rumah kiana, rumah tua yang bahkan kondisinya sudah sangat tidak layak untuk di huni. Hal ini membuat Naufal ketar ketir takut jika kondisi rumah ini akan membahayakan keselamatan kiana nantinya.  "Mas takut rumahnya akan roboh, kamu tau sendiri sekarang musim penghujan dan angin kencang selalu bertiup. Mas nggak mau kamu kenapa kenapa" ucap Naufal.  "Tapi mas, kiana hanya punya ini" jawab kiana menunduk.  "Ayo beresi pakaian kamu dan barang barang berharga yang kamu miliki sementara waktu kamu menginap di tempatku" ucap Naufal.  "Nggak usah mas, itu sangat merepotkan" jawab kiana.  "Kamu nggak usah takut, saya tinggal di rumah dan kamu bisa di Apartemen milikku, kita tidak tinggal satu atap jika itu yang kamu khawatirkan" ujar Naufal.  Hujan tiba tiba datang dan angin bertiup sangat kencang, mungkin benar apa yang dikatakan oleh Naufal kini yang penting kiana berlindung dahulu malam ini dan bisa memikirkan masalah ini esok hari. Kiana dia bergegas masuk kedalam kamarnya, hanya sedikit baju yang dia miliki karena memang dia tidka mampu membelinya, hanya membawa satu tas baju yang sedang dan membawa barang barang penting miliknya.  Naufal menunggu setengah jam dan kini akhirnya mereka selesai berkemas, kiana mengunci rumahnya dan Naufal membantu membawa tas milik kiana untuk di masukkan kedalam mob terlebih dahulu. Hujan yang sangat deras membuat kiana sedih, dia selalu teringat dengan kematian orang tuanya saat itu. Tapi kini dia tidka boleh bersedih dia harus tetap bersemangat dalam menjalani kehidupannya, setidaknya hidupnya harus lebih baik dari pada saat ini, dia tidka boleh sedih dan terus berpaku dengan kehidupan yang memang terkadang sangat tidak adil bagi semua orang. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD