FORELSKET~02

1767 Words
Clarinda sedang sibuk menata makanan di atas meja lengkap dengan berbagai hiasan di atasnya yang menandakan bahwa makan malam ini sangat berkesan dan memiliki arti. Dirinya baru dapat tiba di rumahnya setelah pukul 8 malam, karena sibuk berkeliling mencari makanan yang akan disantapnya bersama sang-suami saat pulang kerja dengan cake cantik yang berukuran sedang itu. Melihat bahwa dirinya telah selesai menata semuanya dengan baik membuat Clarinda berdecak kagum dengan sendirinya, sebelum berbalik berjalan menuju kamar utama dalam rumah yang berukuran cukup besar. Clarinda sibuk mencari - cari pakaian spesial yang akan digunakannya untuk malam ini dan tentu saja untuk di perlihatkannya pada sang suami setelah sekian lama tidak pernah memakainya lagi. Dirinya mendapati sebuah pakaian tipis atau sering disebut lingerie dengan 3 warna yang berbeda membuatnya menarik keluar ketiga pakaian tersebut untuk di cobanya satu persatu. Hingga pakaian berwarna hitam tipis yang tembus padang dan berenda menjadi pilihannya untuk merayakan ulang tahun pernikahan miliknya. Setelah selesai menentukan lingerie mana yang akan dipakainya, Clarinda-pun kembali melepaskan lingerie hitam tersebut dari tubuhnya sebelum kembali bergegas masuk kedalam toilet untuk melakukan rutinitasnya dalam membasuh tubuhnya yang sudah terasa sangat lengket itu. Tidak lupa juga sedikit mengambil waktu berendam sebentar dengan air hangat agar tubuhnya yang lelah itu rileks kembali. Mengetahui bahwa dirinya kini tidak mempunyai banyak waktu untuk memanjakan tubuhnya itu dengan terpaksa Clarinda bangkit dari bathub dan menarik bathrobe putih yang tersedia, tidak lupa dengan handuk putih yang kini berada di kepalanya membungkus seluruh rambut hitam lebat miliknya, guna mengeringkan rambutnya. Berjalan ke arah watafel besar dengan kaca yang lebar di depannya membuat Clarinda mengambil skin produk yang biasa dipakainya berada tepat di atas kabin wastaf dan mulai memakaikannya pada bagian - bagian tubuhnya yang kini mengeluarkan aroma madu berbalit bunga mawar. Sementara dirinya sibuk sengan berbagai produk skincare suara deringan ponselnya terdengar berbunyi, membuatnya mau tak mau harus meninggalkan kegiatannya tersebut dan mulai mencari ponsel miliknya yang ternyata terdapat di atas nakas samping tempat tidur. Panggilan masuk itu ternyata datang dari Savalas, suaminya. Membuat Clarinda tanpa menunggu lagi langsung saja menekan tombol hijau pada layar ponsel untuk menerima panggilan tersebut dengan tersenyum senang. "Hallo. Kamu udah dimana ?" Tidak ada jawaban dari dalam telepon suaminya membuat Clarinda menjauhkan ponsel miliknya itu dari telinganya, memastikan apa mereka masih berada dalam panggilan. Sebelum, kembali mendekatkannya pada telinga saat mengetahui ternyata dirinya dan sang-suami masih pada satu pamggilan yang sama. "Hallo." Ulang Clarinda yang lagi - lagi tak mendapatkan kembali jawaban dari dalam telepon. "Hallo. Sayang kamu nggak apa - apakan ?" Sambung Claridna khawatir saat suaminya tidak seperti biasanya seperti ini, takut sesuatu terjadi. Saat Clarinda baru saja akan kembali membuka suaranya pada akhirnya sang penelpone mengeluarkan suaranya untuk menjawab dirinya "Hallo. Isterinya Savalas ya ?" Dan suara yang dikenalinya sebagai sesama seorang wanita itu berhasil mengagetkan Clarinda, saat mengetahui bahwa bukan suaminya yang menjawab dari dalam melainkan perempuan lain. "Siapa ? Kok anda bisa memegang ponsel suami saya ?" Cercanya tidak suka, membuat perempuan tersebut mengeluarkan suara gelak tawa yang mengejek bukannya meminta maaf atas kelancangannya. Untuk beberap saat terdengar beberapa keributan - keributan kecil dari dalam ponsel miliknya yang sepertinya terjadi karena ulah dari penelpone itu sendiri, membuat Clarinda mengerutkan keningnya. Semakin bingung. "Hallo sayang. Kenapa menelpone ? Maaf Aku baru aja kembali dari toilet." Itu suara Savalas, suaminya yang seharusnya sedari tadi mengeluarkan suaranya dari panggilannya di angkat oleh Clarinda, bukan oleh perempuan lain. "Kamu yang menelpone bukan aku." Jawaban yang dikeluarkan oleh isterinya yang masih berada di ujung telepon itu berhasil membuatnya kebingungan bahkan tertawa dengan sumbang, seolah menutup kecerobohan dari pertanyaannya barusan. "Oh gitu ya. Kayaknya kepencet, maaf ya. Soalnya aku tadi buru - buru ke toilet. Kamu taukan ka—" "Perempuan yang pegang ponsel kamu barusan siapa ? Kok dia bisa megang ponsel kamu ?" Potongnya, Clarinda sendiri tidak peduli dengan alasan yang di keluarkan suaminya itu yang sekarang hanya di pedulikannya ialah bagaimana bisa seorang perempuan lain memegang ponsel dari Savalas, salah satu barang pribadi suaminya tersebut. "Rekan kerja aku sayang. Dia nggak sengaja liat ponsel aku yang ada di atas meja dan ternyata kehubung sama kamu pas aku ke toilet tadi." Clarinda terdiam beberapa saat sebelum kembali menghela nafas saat mengetahui penjelasan yang di keluarkan oleh suaminya, hingga sebuah senyuman kembali terbit di kedua ujung bibirnya. "Aku kirain siapa. Kamu masih harus lembur nggak ? Aku udah ada di rumah nih." "Nggak kok. Pekerjaan aku udah selesai. Pas - pas banget ini. Aku udah mau pulang kok." Clarinda sedikit kaget mendengar hal tersebut tetapi tidak urung senang juga. "Aku kirain kamu bakal pulang telat banget. Yaudah, hati - hati di jalan ya." Saat panggilan dirinya bersama suaminya telah kembali terputus, dengan senyum cerah Clarinda berbalik berjalan kembali pada kamar mandi untuk melanjutkan kegiatannya memakai skincare miliknya yang tertunda. Sebelum langkah kakinya yang kedua itu berhasil kembali terhenti membuatnya berbalik kembali menatap ponsel miliknya di atas nakas, bersamaan dengan ucapan Dokter Antaka yang tiba - tiba saja kembali merasuk dalam pikirannya. Tersadar bahwa ucapan yang di keluarkan oleh pria yang baru dikenalnya pagi tadi sebagai seorang Dokter dan berhasil melayangkan satu tamparan pada wajah rekan kerjanya tersebut, membuat Clarinda segera menggelengkan kepalanya mencoba membuayarkan segala pikiran - pikiran buruk yang kini berada di otaknya saat ucapan itu kembali terngiang. *** "Aku kirain kamu bakal pulang telat banget. Yaudah, hati - hati di jalan ya." Saat isterinya yang berada di ujung panggilan tersebut telah mematikan panggilannya, Savalas akhirnya menghela nafas lega yang sedari tadi di tahannya. Lalu berjalan mendekati seorang wanita yang kini duduk di salah satu sofa dan menatapnya dengan santai, terlebih saat senyuman itu terbit di kedu bibirnya yang sedikit membengkak karen aktivitas mereka berdua. "Kamu kenapa bisa mikir buat nelpone Clarinda ? Kalau ketahuan gimana ? Kamu pikirnya apasih ?" Berbagai pertanyaan itu langsung saja di luncurkannya pada saat dirinya telah sampai di sofa yang sama dengan adik iparnya sendiri. Terlihat Clarisa yang mengerucutkan kedua bibirnya saat mengetahui bahwa Savalas sedikit kesal dengan apa yang baru saja di lakukannya. Padahal dirinya hanya sedikit usil, mengingat kakaknya itu tidak akan mengetahui perselingkuhan mereka, hal itu sangat di yakininya melihat kakaknya Clarinda yang sangat mempercayai suaminya, Savalas. "Lagian dia nggak bakal tau juga. Kamu baru jelasin kedia aja tadi, dia udah percaya." Jawab Clarisa sedikit kesal saat mengetahui kekasih gelapnya itu akan mempertanyakan tingkahnya, padahal selama mereka berhubungan dari LA Savalas tidak pernah menyalahkannya untuk segala apapun yang di lakukannya. Savalas hanya kembali menghela nafas saat mendengar ucapan dari perempuan disampingnya yang masih terlihat kesal dengannya, membuatnya menggeser duduknya dan mulai merangkul adik iparnya tersebut dengan mesra. Sekali - kali mengelus lengan telanjang dari Clarisa dan menyisipkan sedikit kecupan - kecupan di sekitar pelipisnya. "Lainkali jangan gitu ya. Kalo kakak kamu tahu hubungan kita, itu nggak bakal nguntungin kita berdua." Ucapnya halus membuat Clarisa yang masih sedikit kesal mendongak menatap wajah Savalas dengan kening yang berkerut. "Maksud kamu punya hubungan dengan aku itu justru ngerugiin gitu ?" "Bukan gitu. Tapi kondisi kita yang membuat kita bakal rugi. Mama sama papakan taunya aku suami dari Clarinda kakak kamu, bukan pacarnya kamu." Kali ini Savalas membawa kedua mertuanya atau ibu dari Clarinda dan Clarisa, kedua perempuan yang sama dicintainya. Saat mengetahui bahwa orangtuanya yang kini di bawah oleh Savalas membuat Clarisa hanya terdiam tidak membantah, karena ucapan itu benar. Orangtuanya hanya mengetahui bahwa Savalas adalah suami dari kakaknya bukan kekasih dari Clarisa, adik Clarinda. "Kamu bakal nginap sampai pagi disini kan ?" Clarisa menahan tangan Savalas yang baru saja bersiap beranjak berdiri dari duduknya itu. Melihat tatapan penuh harapan itu membuat Savalas tersenyum lalu mengelus lembut wajah cantik di depannya. "Nggak bisa. Aku udah ngomong sama Clarinda kalau aku udah bersiap pulang kerumah." "Tapi, mungkin ini bakal jadi waktu terakhir kita selama aku di Indonesia. Aku besok udah harus kerumah mama sama papa." Protes Clarisa tidak membiarkan Savalas menjauh darinya, membuatnya memeluk pria tersebut dengan erat. Clarisa memang sengaja meminta pada Savalas untuk sehari saja menginap di hotel bersamanya, bermaksud menghabiskan malam - malam yang manis penuh gelora mereka berdua sebelum harus kerumah kedua orangtuanya seperti yang disarankan oleh Clarinda, kakaknya itu. Sayangnya kakaknya tidak tahu bahwa sekarang adiknya yang bersikap manis itu bukannya ditemani oleh kedua orangtua mereka melainkn oleh suaminya sendiri. Savalas balas memeluk tubuh semampai itu sebelum kedua tangan besar miliknya sedikit turun dan mulai masuk kedalam kemeja putih miliknya yang dipakai oleh Clarisa sehabis mereka melakukan aktivitas menyenangkan tadi. Meremas kedua bongkahan padat tersebut dengan lembut sambil berbisik di telinga Clarisa yang mulai mengerang "Nanti kita cari waktu. Sekarang, lepas kemeja ini. Aku harus pulang dengan pakaian yang sama." "Ayo." Dan ucapan Savalas itu di tutup dengan menepuk kedua bongkahan padat itu dengan gemas. Membuat Clarisa memutar kedua bola matanya malas yang pada akhirnya mengurai pelukan mereka dan mulai berbalik berjalan untuk mengganti pakaiannya. Setelah selesai mengganti pakaian miliknya dengan pakaian atasan lainnya, kembali Clarisa menyerahkan kemeja tersebut pada Savalas yang dengan gesitnya memakai kembali pada tubuh atletis miliknya. Sementara Savalas yang sibuk memakai pakaian kantornya, Clarisa berjalan menuju jas yang berada di atas sofa beserta tas kantor lalu mengambilnya sebelum beralih menyerahkan benda tersebut pada suami kakaknya. "Aku pulang dulu ya. Jangan lupa kamu makan. Besok aku kabarin." Pamit Savalas sembari mengecup kening Clarisa yang masih menunjukan wajah malas padanya. Saat melihat Savalas telah masuk kedalam sebuah lift barulah Clarisa menutup pintu hotel tersebut. *** Clarinda yang sedang duduk di meja makan yang telah di hiasnya itu bersama dengan penuhnya seluruh hidangan makanan, entah kenapa tidak terlalu bersemangat menunggu kepulangan sang suami. Setelah percakapan telepon itu dirinya terus terbayang - bayang dengan ucapan Dokter Antaka, membuatnya justru takut untuk melihat kepulangan suaminya sendiri. Takut bilamana sesuatu yang seharusnya tidak di temukan atau di lihat oleh kedua matanya justru dirinya benar - benar menemukannya. Saat pintu rumah miliknya terdengar terbuka lalu menutup menandakan seseorang datang, dengan cepat Clarinda tersadar dari segala pemikirannya dan mulai berdiri dari duduknya. Berniat menyambut suaminya yang telah pulang. Disaat terburu - buru berdiri tanpa sengaja Clarinda menyenggol ponsel miliknya hingga terjatuh membuat ponsel tersebut berbunyi cukup keras yang mampu mengalihkan pandangannya kebawah lantai marmer dan buru - buru kembali menunduk mengambil ponsel miliknya. Hingga sebuh pesan masuk kedalam ponselnya. Pengirim dari nomor tidak dikenal yang mengiriminya sebuah foto. Di foto tersebut terlihat Suaminya yang baru saja keluar dari sebuah kamar hotel dengan seorang perempuan yang ikut di belakangnya, seorang perempuan memakai lingerie merah dan membelakangi sang pemotret. Bahkan wajahnya suaminya hanya tertangkap dari samping tetapi dengan sangat jelas. "Sayang aku udah pulang. Kamu udah nunggu lama ya ?" Rasanya sekarang Clarinda ingin menarik gelas kaca bersi wine yang di atas meja dan melemparnya pada suaminya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD