Perkenalan

674 Words
Raditya Elang Narendra. Memiliki arti yang cukup unik sebenarnya. Raditya, itu adalah nama yang diberikan Opa dan Oma, diambil dari bahasa Indonesia yang artinya 'yang pertama'. Elang, Mama menyelipkan nama itu diantara Raditya dan Narendra, beliau berkata, supaya kelak aku bisa terbang tinggi meraih mimpi seperti Burung Elang di Angkasa sana. Narendra, sebuah nama dari Papa, diambil dari bahasa Sansekerta, yang memiliki arti orang yang dikaruniai atau Raja. Mereka berharap anak pertama dan cucu pertama mereka dapat meraih cita-cita setinggi-tingginya dan kelak bisa menjadi pemimpin dengan gaya arif dan bijaksana. Filosofis sekali bukan? Aku terlahir sebagai anak yang sangat bahagia, dicintai Mama dan Papa, dan dibanjiri kasih sayang dari para Oma dan Opa. Perfect. Semua terasa seperti keluarga bahagia biasanya, hingga satu tragedi membuat keadaan berubah cukup drastis. Entahlah aku masih belum ingin untuk menceritakannya. Kejadian itu masih seperti baru kemarin saja. Masih terekam dengan sangat jelas olehku dan keluargaku. Sudah, aku tidak ingin mengungkitnya lagi. Aku berusaha untuk menyibukkan diriku ini, ikut berorganisasi, bergabung di science and social club atau klub ekstrakulikuler tersibuk dan teraktif di SMA Tunas Bangsa. Tujuannya agar aku bisa melupakan sedikit saja kenangan pahit itu. Namun, nyatanya aku tidak bisa melupakannya begitu saja. Terasa sangat berat, tentu saja. Ditambah, seseorang yang seharusnya berada dekat denganku, mendukungku, mengalami hal yang tak pernah kami -keluargaku- inginkan selama ini. Ia masih terlalu kecil untuk bisa mencerna semuanya. Terlebih dengan kenyataan pahit itu begitu cepat menyapa keluarganya. Tak sedikit pun memberi aba-aba, pun peringatan. Beruntung aku memiliki dua orang teman dekat, Wildan dan Ibrahim. Kami berteman sejak sama-sama berada di SMP dan masih berlanjut hingga SMA, dan aku bersyukur kami bisa selalu bersama. Walaupun mereka menyebalkan dan banyak bicara, tetapi aku tahu bahwa persahabatan ini mengajarkan pada kami, bahwa kami tidak akan pernah membahas masalah ketika satu diantara kami -si empunya masalah- malas untuk membahasnya, kami sama-sama mengerti dan hanya menunggu si empunya masalah akan menceritakannya. Seperti yang terjadi padaku, mereka tidak mengulik masa laluku -walaupun sebenarnya mereka tahu aku sering bermasalah dengan hal itu- sampai aku benar-benar menceritakannya sendiri. Sesederhana itu namun bisa membuat aku betah untuk bersahabat dengan mereka. *** Namaku Anindhita Maharani, teman-teman biasa memanggilku Ara. Aku adalah anak kedua dari dua bersaudara, hasil buah cinta dari Dini, Ibuku, dan Yanu, Ayahku. Saudara laki-lakiku bernama Akbar, dia sedang menempuh pendidikan sarjananya di Universitas Negeri pilihannya. Sedangkan aku masih berstatus sebagai pelajar di SMA Tunas Bangsa. Apa kesukaanku? Aku suka sekali membaca, terlebih untuk membaca novel. Ya, seperti remaja putri kebanyakan, aku juga sangat menyukai novel, semua jenis genre aku menyukainya kecuali tiga yang bukan seleraku –thriller, horror dan fantasy-. Setiap minggu aku harus setor muka di toko buku, walaupun hanya mengunjungi toko buku dan melihat-lihat saja, aku sudah sangat merasa senang. Tetapi sebetulnya jarang aku hanya mengunjungi dan tidak membeli buku, aku pasti selalu membelinya walaupun hanya satu buku. Teman dekat atau sahabat? Aku baru mempunyai sahabat saat aku berada di kelas sebelas ini, karena aku adalah anak yang pendiam. Mungkin benar apa yang orang-orang katakan bahwa kelas sepuluh itu masih untuk tahap pengenalan. Entah itu pengenalan lingkungan sekolah, ataupun pengenalan dengan guru dan teman-teman. Aku perkenalkan sahabatku itu ya, namanya adalah Tifanny Noor Aliya. Aku memanggilnya Fanny. Fanny adalah orang paling ceria dan cerewet yang pernah aku kenal. aku sangat menyayanginya, sangat. Sebab, dia seperti malaikat pelindungku. Ketika aku sedang ada masalah pasti dia orang pertama yang tahu setelah ibuku. Fanny bisa berubah seperti kakak perempuan untukku ketika dia sedang menasehatiku. Tetapi dia juga bisa menjadi orang termanja ketika dia sedang merajuk. Kepribadianku? Aku termasuk pribadi yang tertutup. Aku berbagi keluh kesahku hanya pada Fanny. Sebab, aku tidak terlalu percaya dengan teman-temanku yang lain. Bukan, bukan aku menjelek-jelekan teman-temanku tetapi aku hanya berpikir bahwa membagikan cerita cukup dengan orang yang kamu percaya saja. Teman-temanku mengerti bahwa seseorang pasti mempunyai privacy masing-masing yang tidak bisa diceritakan dengan orang banyak, mungkin hanya butuh sahabat sebagai tempat untuk menampung cerita, dan ya mereka benar. Aku memilih Fanny sebagai tempat berkeluh kesah. Kalian penasaran dengan kisahku klasikku ini? Here we go! ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD