Pernikahan Balas DendamUpdated at Feb 7, 2025, 17:24
“Aku telah mencintai mu dari umur ku lima tahun, aku mengikuti mu hingga saat ini. Hingga impian terbesar ku terwujud, menikah dengan mu.”
Sambil ter isak-isak wanita berambut panjang itu meluapkan isi hatinya. “Bisakah kau mencoba mencintai ku, Leo?".
“Apa kau wanita yang tidak punya harga diri sedikit pun, Laura?,” ucap Leo, dengan tatapan tajam yang berusaha menahan rasa jijiknya .
“Cinta ku lebih besar dari sebuah harga diri, kau tidak akan mengerti” lirih Laura.
“Kau tau aku orang yang kejam, aku tidak mungkin mengerti soal itu. Berhentilah bersikap bodoh atau kau cepat tandatangani surat perceraian kita.” Ucap Leo mengncam, pergi begitu saja menaiki tangga.
“Hiks hiks, aku pun tidak mau seperti ini Leo, aku telah di kuasai cinta buta ku,” guman Luara.
Wanita itu terus menangis sambil mencengkram kuat dadanya, seolah rasa sakit berpusat di dadanya. Sesak rasanya setiap hari Laura akan mendapat sikap dingin Leo, terlebih semenjak dua bulan pernikahan mereka. Leo lebih dingin dan kasar.
Laura mencoba memulihkan tenaga, ia mulai menghapus jejak air matanya yang sembab. Setiap menangis Laura akan merasa lemas oleh penyakit paru-paru yang di deritanya dari umur enam tahun.
Flasback
“Leo , aku akan menggendong mu. Kemari lah,” celoteh seorang bayi perempuan.
Bayi laki-laki yang berusia lima tahun dengan kesal menggelembungkan pipinya, berucap, “Laura, lihat lah kaki mu sangat pendek. Biar aku yang menggendong mu.”
Dengan kaki pendek mungilnya, Laura berlari mendekap Leo, ia menempel seperti koala. Meski tinggi Leo lebih dominan, namun berat Laura seperti buntalan daging, membuat mereka terjatuh bersama.
“Dasar bodoh!.” Dengan mengerucutkan bibir mungilnya, Laura memukul kepala Leo dengan tangannya yang penuh dengan lemak, terlihat ia sangat bertenaga.
“Hiks hiks hiks.” Leo menangis tak kuasa menahan sakit di kepalanya. Meski begitu, ia masi terlihat sangat imut juga tampan.
“Cup.” Bibir mungilnya yang masi sering mengunyah permen, Luara mencium bibir mungil Leo.
Seketika Leo berhenti menangis, pipinya yang seperti roti mendadak merah merona, ia berucap, ”kau tidak boleh mencium sembarang pria di masa depan. Tunggulah aku menjadi orang dewasa, aku akan melamar mu.”