Story By Anindya Rahsa
author-avatar

Anindya Rahsa

ABOUTquote
Menulis untuk menghidupkan kembali suara-suara dari masa yang pernah terlupa. Di balik setiap kata, ada luka, cinta, dan rahasia yang tak sempat disampaikan.
bc
🌸 The Florist’s Promise
Updated at Jun 23, 2025, 05:56
Di balik toko bunga kecil milik Lena, tersimpan luka masa lalu dan janji yang hampir dilupakan. Hidupnya tenang, teratur, dan sepi—hingga Rey kembali ke desa, sepuluh tahun setelah menghilang tanpa kabar.Dengan bunga sebagai saksi, dua jiwa yang pernah terluka kembali bertemu. Tapi apakah janji yang telah lama patah masih bisa mekar kembali?Sebuah kisah romantis yang hangat, tenang, dan penuh rasa rindu yang tertunda.Untuk kamu yang percaya, cinta lama bisa kembali… jika dua hati sama-sama memilih bertumbuh.
like
bc
🌹 The Billionaire’s Secret Bride
Updated at Jun 20, 2025, 23:55
He married me for power. I stayed for revenge. But neither of us expected love to get in the way.When Aveline is forced into a cold, calculated marriage with billionaire heir Lucien Sinclair, she thinks she knows the rules: stay quiet, stay perfect, and stay out of the way. But beneath the icy exterior of her new husband lies a man with secrets darker than the empire he controls.What begins as a contract slowly spirals into obsession, betrayal, and twisted passion.When a long-lost twin resurfaces and uncovers a conspiracy that links Lucien’s family to Aveline’s shattered past, the perfect faƧade begins to crack.Now Aveline must choose: expose the truth and destroy the man she’s falling for—or protect the only love she’s ever known, even if it was built on lies.In this world of bloodlines, blackmail, and billion-dollar secrets...Loyalty is dangerous. And love? Fatal.
like
bc
šŸ’ Bagian II: Langit yang Tak Lagi Sama
Updated at Jun 17, 2025, 04:26
Bab 1 — Warisan yang Tak TerlihatSudah dua minggu sejak pemakaman Tama.Sejak surat itu dibaca, sejak lagu itu selesai didengarkan.Rumah Sekar kembali sunyi.Tapi kini, sunyinya berbeda.Bukan lagi karena kehilangan, tapi karena Raras sedang menyusun ulang seluruh isi hidupnya. Menata rak-rak kayu, membuka laci-laci tua, dan menyisir kembali aroma yang tertinggal di setiap sudut kamar ibunya.Di dalam lemari tua, ia menemukan kotak bundar dari rotan.Di dalamnya: botol-botol kecil berisi cairan berwarna bening, kuning keemasan, kehijauan. Labelnya ditulis tangan:> Kembang MalamEmbun di PundakRahasia SekarDan satu di antaranya, tak diberi nama. Hanya diberi simbol:🌘Aroma-aroma itu menusuk ingatan.Membawa Raras ke masa kecil, ketika ibunya diam-diam mencampur kelopak bunga dan minyak atsiri, lalu menyelipkannya ke bantal atau sapu tangan.Dan kini, semua itu... diwariskan padanya.---
like
bc
🌺 Serenade di Bawah Langit Djogja
Updated at Jun 16, 2025, 20:08
Bab 1: Raras dan Aroma KembangDjogjakarta, 28 Mei 1947.Langit tampak kelabu. Bukan karena mendung, tapi karena debu dan asap dari penjuru kota. Tentara Belanda kembali merangsek ke garis depan. Suara sepatu tentara dan derap kereta kuda bercampur dengan gonggongan anjing di kejauhan.Di sudut Pasar Beringharjo, seorang gadis muda membenahi kain jariknya. Tubuhnya kecil, wajahnya halus, tapi matanya menyimpan keteguhan yang tak lazim untuk usianya yang baru menginjak delapan belas.Namanya Raras, penjual kembang keliling. Setiap pagi, ia menjajakan melati, mawar, dan kenanga dalam bakul anyaman bambu peninggalan almarhum ibunya. Tak banyak yang membeli bunga hari-hari ini. Semua orang sibuk bertahan hidup.Namun pagi itu berbeda.---"Ndoro Tama datang..." bisik salah satu bakul sayur pada temannya. Suaranya seperti desir angin—pelan tapi menggetarkan.Raras langsung menoleh. Di depan gapura kecil dekat stasiun Lempuyangan, tampak seorang pemuda berseragam hijau tentara, berdiri memandang langit. Tubuhnya tegap, kulitnya sawo matang, dan matanya... mata yang menyimpan terlalu banyak hal untuk usia yang bahkan belum tiga puluh.Ia Tama, tentara dari Divisi Siliwangi yang dipindahkan ke Djogja untuk membantu pertahanan ibu kota Republik. Konon katanya, dulu ia anak bangsawan Priangan, tapi kini memilih menjadi prajurit rakyat.Dan entah kenapa, setiap kali Raras melihat Tama, jantungnya berdetak sedikit lebih cepat. Seperti degup genderang perang... tapi di dalam dada.---"Kembang melati, Ndoro? Untuk doa para pejuang?" tanya Raras pelan sambil menunduk. Ia tak berani menatap langsung.Tama menoleh. Tatapan matanya dalam, suaranya datar tapi hangat."Untuk Ibu saya. Hari ini hari kelahiran beliau... dan hari gugurnya beliau juga."Raras terdiam. Ia tak tahu harus berkata apa. Tapi tangan kecilnya reflek menyodorkan sekerat melati putih, yang masih segar dan wangi.Tanpa banyak bicara, Tama mengambilnya, lalu meninggalkan dua keping logam di bakul Raras."Terima kasih," katanya pendek, sebelum berjalan pergi—meninggalkan aroma melati dan pertanyaan yang belum sempat lahir.---Hari itu, untuk pertama kalinya, Raras menyadari:Perang bukan hanya tentang meriam dan senapan.Kadang ia tumbuh dari sejumput kenangan... dan mekar jadi cinta yang sunyi.---
like