18.169K
Reads
PERMINTAAN GILA SUAMIKU buat aku kaget banget bagai disengat listrik. Bagaimana bisa dia .... *** "Setelah sarapan kita langsung ke rumah sakit, ya? Aku sudah buat janji temu dengan temanku." Sebaiknya aku memberitahu ideku padanya. Aku yakin pasti dia sebelumnya gak memikirkan hal ini. Suamiku meraih potongan ayam bakar lalu meletakkannya ke piringku, lalu ia mengambil untuk dirinya sendiri. "Makan, Sayang." Aku mengangguk. Om Angga mencubit daging ayam, meletakkannya ke nasi, diberi sambal lalu menyuapkannya ke mulut. "Om, aku gak mau angkat rahim. Gimana kalau Om aja vasektomi? Kan intinya sama, aku gak mungkin hamil kalau Om vasektomi," kataku dengan tatapan ke arahnya. UHUK-UHUK! Bahunya bergetar-getar karena tersedak. Wajahnya memerah mungkin karena pedasnya sambal. Aku mengulurkan gelas berisi air putih padanya. Dia meraihnya lalu menyeruputnya. "Kalau aku angkat rahim pasti belum pulih juga saat kita bulan madu. Jadi, Om yang vasektomi saja, ya? Kan kata Om, dua anak cukup." Uhuk-uhuk! Dia kembali tersedak. Aku memperhatikannya dengan heran. Kenapa dia sampai kaget begitu kan sama saja intinya. Iyakan? Aneh dia sampai tersedak-sedak begitu.
Updated at
1.752K
Reads
Baru saja mulai terlelap, tiba-tiba embusan napas hangat menerpa wajahku, membuatku terperanjat bangun. Dengan rasa cemas yang menggila, aku menyentak tangan yang melingkari tubuh dan berusaha berdiri. Namun gelapnya ruangan, membuatku kesulitan mencapai ambang pintu. Aku menjerit histeris saat tubuhku dibanting ke ranjang. Suara orang yang amat kubenci setengah mati berbisik ke telingaku. "Apa kamu akan menolakku lagi setelah ini?" "Lepas!" Tetapi tangan yang memeluk tubuhku malah mengeratkan pelukan. "To-long!"
Updated at
401.878K
Reads
(NON EKLUSIF, cerita ini tayang di tiga aplikasi) Apa dikiranya aku bodoh diam saja dikhianati? Tidak. Aku memang sangat mencintainya, namun aku bukan wanita bodoh yang pasrah atas kelakuan suamiku. Ini adalah pembalasanku, yang tak akan pernah terlupakan olehnya bahkan semenit pun.
Updated at
27.87K
Reads
Squel cerbung Hot Duda Lebih Menggoda "Ma-aaas! Ma-aaas! Ma-aas! Hu, hu, hu, huuuu." Terdengar tangisan istriku dari arah kamar mandi. Ada apa dengannya? Dengan kepala pusing dan mata berat karena begitu mengantuk kutatap jam dinding, pukul 4 pagi. "Ma-aaaas! Hu, hu, hu, huuuu." Istriku kembali menangis keras, tangisan itu masih bersumber dari kamar mandi. Saat kembali terdengar tangisan istriku dari kamar mandi, aku segera melangkah keluar kamar, langsung berhenti saat mendengar tangisan dari arah kamar si kembar. Aku pun melongok ke kamar si kembar, Hanifa dan Hanif tengah menangis. Mereka memang kompak. Jika Hanif menangis, maka Hanifa akan menangis juga, begitu pun sebaliknya. Aku mendekat lalu menggendong bayi 8 bulanku yang mengulurkan tangan dengan mata berkaca-kaca, Hanif kugendong di pinggang kanan, Hanifa di pinggang kiri. "Ma-aaas!" Suara Nina kembali terdengar. Aku menggelengkan kepala, heran kenapa sepagi ini dia sudah geger teriak-teriak seperti ayam yang berkokok. Biasanya dia, teriak-teriak pukul 7 pagi, saat sedang masak diganggu si kembar. "Ada apa, Sayang?" tanyaku setibanya di depan kamar mandi yang tidak terkunci. Kulihat Nina duduk di pojokan, dia terisak-isak. Wajahnya sedikit pucat, tampak cemas. "Kenapa, Sayang?" tanyaku keheranan sambil melangkah masuk. "Ma-aas, gimana ini, Mas? Gimana i-niiii, Mas?" tanyanya syok. Mataku melebar saat dia mengulurkan benda yang dipegangnya.
Updated at
75.303K
Reads
"Oh yang benar saja, aku gak mau nikah dengan cara seperti ini. Dan kenapa wajah kakak terlihat santai? Apa kakak merencanakan ini?!" Lana menatapku menuduh. Aku menanggapinya dengan senyum sinis untuk menunjukkan padanya bahwa aku kesal dengan tuduhannya walau tuduhannya benar. "Sengaja bagaimana maksud kamu? Kamu menuduh saya melakukan ini? Oh astaga, kamu senang berburuk sangka dari dulu." Senyum sinis lagi-lagi kusunggingkan untuknya dengan nada kubuat sekesal mungkin. "Aku yakin ini sudah direncanakan!" Dia tak percaya begitu saja. "Kamu asal bicara, Sayang. Dari dulu kamu seperti paranormal, suka menuduh." "Aku tidak mau menikah dengan cara seperti ini. Oh ya Tuhan ini memalukan." Dia menarik napas. Tidak, kataku dalam hati. Ini tidak memalukan, Sayang. Semua orang yang ada di sini tahu bahwa ini sudah direncanakan. Kakak melakukan ini juga karena salahmu, tidak mau diajak menikah secara baik-baik, maka kakak melakukan ini. "Ayo lebih baik arak saja mereka!" ucap Pak Ahmad yang langsung memegangi lenganku. Seorang lelaki juga memegangi tangan Lana. "Lebih baik kita telanjangi mereka sekarang lalu kita arak ke pasar Kam!" Pak Ahmad memberi komando. Mata Lana membulat, ia menggeleng-gelengkan kepala kuat. "Iya, baiklah, aku mau menikah," ucap Lana akhirnya. Ia mengembuskan napas keras dengan wajah terlihat frustrasi. Squel cerbung, Jawaban Cerdasku Saat Suami Ijin Menikah Lagi
Updated at
32.032K
Reads
"Apa itu?" "Buat mbak, biar tidak repot." "Apaan?" Aku nenerimanya. Aku mendelik saat melihat isinya. Ia tertawa. "Itu solusi buat di perjalanan, Mbak, jadi mbak gak repot." "Begitukah? Tapi masa aku pakai ini? Kayak anak kecil, dong? Ogah, ah." "Daripada kita di sini sampai malam gara-gara Mbak ke toilet terus, pilih mana?" Iya juga sih kalau dipikir-pikir. Aku akhirnya membawa pemberiannya menuju toilet. Begitu aku kembali menghampiri Arya, ia sudah bersiap naik kereta. Ia langsung menarikku masuk dan kereta pun bergerak meninggalkan stasiun. Aku dan Arya duduk berdekatan, aku sesekali membenarkan posisi duduk, tak nyaman karena sebelumnya tak pernah memakai pempes. Sumpah risih banget. "Ar, aku gak nyaman banget pakai pempes. Kamu, siii." Aku berkata pelan. "Apa, mbak?" Ia menatapku tak percaya. "Mbak beneran pakai pempes di kamar mandi?" Bibirnya mengulas senyum. "Ha ha. Padahal aku hanya menggojloki mbak saja, tapi dipakai beneran. Ha ha." Suara Arya yang keras membuat orang-orang menoleh memperhatikan. Aku mendelik pada orang kepercayaan ayah ini, ia terus saja tertawa, bahunya bergetar-getar oleh tawa dan tangannya membekap mulut. Aku kembali mendelik padanya. Benar-benar menjengkelkan dia. Masa aku harus berkencan dengan orang sepertinya? Sayangnya aku tak punya pilihan.
Updated at
54.605K
Reads
(NON EKLUSIF, cerita ini tayang di tiga aplikasi) Menikah dengan lelaki tak dikenal? Ivy melakukannya. Karena kecerobohannya yang ingin membantu sahabatnya, membuat ia terjebak pernikahan dengan Evan, lelaki dingin yang selalu sinis, membuat hari-hari Ivy tak sama lagi.
Updated at
218.45K
Reads
"Baju Abang kenapa belum disiapkan?" tanya suamiku setelah mandi. Mataku menyipit dan aku pura-pura terkejut. "Apa, Bang? Apa aku gak salah dengar barusan?" Bang Rivan terlihat heran saat berkata, "Tidak, apanya yang salah, Dik? Biasanya kan kamu selalu menyiapkan pakaian Abang," jawabnya. "Itu dulu, Bang, sebelum Abang selingkuh dan berzina. Karena Abang akan menikah dengan selingkuhan Abang, jadi mulai sekarang dia yang akan menyiapkan keperluan Abang!" Matanya membulat tak percaya. "Ila, dia kan tidak di sini jadi bagaimana bisa dia menyiapkan keperluan Abang? Cepat siapkan baju Abang dan sarapan, Abang bisa telat, ini!" Aku menggeleng tegas. "Gak sudi, Bang! Bawa aja selingkuhan Abang ke sini. Setelah satu bulan dia tinggal di sini, maka Abang boleh menikahinya!" Lagi-lagi ia menatapku tak percaya. Selama ini aku adalah istri yang penurut. Jadi, wajar saja jika dia kaget. "Kamu jangan mencoba membantah perintah Abang, ya? Kalau kamu begini terus, bisa-bisa Abang ceraikan kamu!" Bentaknya. Matanya sedikit mendelik dan dia membuang napas keras. Aku balas menatapnya galak. "Oh gak masalah, Bang! Cerai dari Abang, aku akan cari yang baru. Ha ha." Aku tertawa, walau perasaanku hancur. Lalu aku melangkah cepat dengan sedikit menabraknya yang membuatnya menganga tak percaya. Apa dikiranya aku perempuan lemah yang mau diinjak-injak, apa? Tak sudi! Lihat saja, Bang, kamu akan menyesal karena telah mengkhianatiku. (Season dua dalam cerbung, Menikah Dengan Kakak Sekarang Juga!
Updated at
14.923K
Reads
“Jadi kamu udah gak perawan? Kamu membohongiku?” tanya Mas Candra setelah mengamati seprei putih tempat barusan kami melakukan hubungan suami istri. Keningnya berkerut dengan pandangan menyelidik. Jantungku berdetak kencang. Yang kutakutkan terjadi juga.
Updated at
3.993K
Reads
"Aku ingin kita berteman. Juga, aku ingin kamu datang di ijab kabulku besok pagi. Yeni pasti sangat senang jika kamu datang. Kamu adalah sahabatnya." Benar-benar lelaki tidak punya perasaan. Pantas saja tiga bulan terakhir ini sikapnya berubah. Ternyata, ia selingkuh. Haykal menggenggam tanganku. "Maafkan aku, tapi semua ini salahmu." Aku langsung menyentak tangannya kuat. "Tenang aja, aku tentu maafin kamu. Sebenarnya, aku juga sudah bosan padamu yang terus mengajakku melakukan itu padahal kita belum nikah!" Aku menyentak napas keras meluapkan kekesalan, berdiri lalu berlari masuk rumah meninggalkannya yang masih duduk terpaku di teras. Aku sangat sakit hati. Sakit sekali. Aku menjatuhkan tubuh di ranjang lalu membenamkan wajah ke bantal dengan mata memanas dan pada akhirnya aku terisak-isak tanpa suara. "Tega sekali kamu, Kal!" ratapku sambil memukul bantal kuat-kuat. Pertahanaku untuk tetap tegar roboh seketika. Dia akan menikah. Dengan sahabatku. Teganya. Sakitnyaa. Aku beranjak bangun, melebarkan mata dan tersenyum licik saat sebuah ide melintas di benakku. Sakit hati harus dibayar sakit hati. Enak saja setelah lima tahun pacaran, sering minta uangku, ia mau melenggang begitu saja. Dan lagi, ia masih memiliki utang 25 juta padaku. Lihat saja besok, Kal, selain merasakan malu yang sangat, kamu juga akan merasakan seperti yang kurasakan saat ini. Lihat saja besok. Aku pun tersenyum sendiri. Besoknya, aku datang ke ijab kabulnya mengenakan gaun pengantin yang membuatku terlihat cantik, membawa tespek milik sahabatku. Lihatlah. Aku tidak serapuh juga sebodoh yang kamu bayangkan, Kal. Aku datang bukan untuk menikah denganmu, tapi akan membuatmu tercengang.
Updated at
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.