AmukUpdated at Dec 4, 2025, 04:27
Era keemasan Majapahit telah lewat. Wabah sampar, perang saudara, dan desakan kerajaan-kerajaan pesisir Islam menggerogoti pusat kekuasaan dari dalam. Di tengah zaman yang edan ini, hidup Mpu Sengkala, seorang mantri pangalasan (pembuat senjata) andalan kerajaan.Sengkala bukan pahlawan atau bangsawan. Ia hanya seorang perajin yang setia, yang tangannya telah menempa ratusan keris dan tombak untuk membesarkan nama Majapahit. Namun, ia menyaksikan bagaimana senjata-senjatanya justru berbalik menghunus sesama saudara dalam perebutan takhta yang tak kunjung usai.Loyalitasnya diuji ketika dua pangeran, kakak beradik, memperebutkan mahkota. Sengkala terjebak dalam pusaran intrik, di mana setiap pilihan adalah antara hidup dan mati, antara kesetiaan buta dan akal sehat. Ia mengetahui rahasia-rahasia mematikan, menyaksikan pengkhianatan oleh orang-orang terdekat, dan merasakan betapa rapuhnya sebuah imperium besar yang dibangun di atas ambisi dan dusta.Novel ini adalah catatan harian seorang saksi mata yang terlupakan. Sebuah kisah tentang bagaimana sebuah peradaban besar runtuh, bukan oleh serangan dari luar, tetapi oleh borok di dalam istananya sendiri. Dan Sengkala harus memutuskan: ikut ambruk bersama reruntuhan istana yang dicintainya, atau mencari arti baru dari "kesetiaan" di antara puing-puing kehancuran.