Chapter 1

2028 Words
Namaku Xuan Fei Er. Panggil saja aku Fei Er. Aku adalah seorang putri dari Kerajaan Wei Utara. Aku lahir pada era Zheng Shi tahun 504 Sebelum Masehi. Ayahku tentunya seorang kaisar terhormat yang bernama Kaisar Xuan Wu, atau lebih dikenal dengan nama Kaisar Wu. Dan ibuku tentunya adalah seorang permaisuri yang tercantik sejagat raya yang bernama Permaisuri Xiao Wen, atau lebih dikenal dengan nama Permaisuri Wen. Aku mempunyai seorang kakak laki laki yang bernama Xuan Xu, atau lebih dikenal dengan nama Putra Mahkota Xu. Selain itu, aku juga mempunyai seorang saudara tiri perempuan yang bernama Putri Yang Ping. Dia anak dari ayahku dan selir yang bernama Selir Lin. Aku memanggilnya Kakak Yang Ping, karena dia memang lahir lebih dulu. Ibuku atau Permaisuri Wen adalah seorang putri dari Kerajaan Qin Selatan. Ayah dan ibuku menikah karena kepentingan politik antar 2 Kerajaan besar. Pada saat itu China hanya dikuasai oleh 2 Kerajaan besar yaitu Wei di Utara China dan Qin di Selatan China. Kerajaan Wei makmur dari hasil pertanian dan perkebunannya. Sementara Kerajaan Qin makmur dari hasil perikanan dan kerajinannya. Kerajaan Wei unggul dalam bidang militer, hal itu terlihat dari lengkapnya persenjataan yang dimiliki oleh prajurit kerajaan. Selain itu, letak geografis Kerajaan Wei yang cukup baik karena dekat dengan sumber air, hutan dan gunung. Ada sebuah sungai yang cukup besar yang melintasi Kerajaan Wei yaitu Sungai Yang Zhi. Sungai itulah yang menjadi sumber mata air utama bagi penduduk Kerajaan Wei. Keuntungan dari letak geografis menjadikan tanah di Kerajaan Wei sangatlah subur, apapun yang ditanam oleh penduduk pasti akan tumbuh dengan baik. Sementara itu Kerajaan Qin unggul dalam bidang maritim. Belum ada yang dapat mengalahkan kekuatan maritim Kerajaan Qin. Itu terlihat dari canggihnya teknologi kapal kapal mereka saat itu. Banyak dari pelaut pelaut mereka yang telah menjelajahi Samudera luas dan bahkan mereka telah melakukan perdagangan dengan bangsa bangsa lain melalui suatu jalur yang mereka sebut dengan nama Jalur Sutra. Selain itu, meskipun letak geografis Kerajaan Qin tidak sebaik Kerajaan Wei, namun daerah kekuasaan Kerajaan Qin jauh lebih luas jika dibandingkan dengan Kerajaan Wei. Banyak daerah daerah yang telah ditaklukan oleh Kerajaan Qin, hanya tinggal 1 daerah lagi yang belum mereka taklukan yaitu daerah Mongolia. Karena kekuatan Kerajaan Qin yang begitu besar, banyak kerajaan kerajaan disekitarnya yang menjadi takut dan waspada. Maka untuk mempererat hubungan antar kerajaan kerajaan tersebut dilakukanlah pernikahan politik, dan itu telah berlangsung lama. Akan tetapi seiring berjalannya waktu pernikahan politik lebih diutamakan antar Kerajaan Wei dan Kerajaan Qin saja, sebab kedua kerajaan tersebut ingin menjaga kemurnian darah. Sebab pernikahan campuran diluar dari 2 kerajaan besar tersebut dipercaya dapat merusak kemurnian darah. Kembali kepada cerita tentang kelahiranku. Ibuku berkata pada waktu dia sedang berjuang melahirkanku, di langit istana terlihat seekor Burung Phoenix Merah yang terbang mengitari istana ibuku yang sedang berjuang melahirkanku kedalam dunia ini. Dan yang tidak kalah aneh adalah selang beberapa saat, muncullah bayangan seekor Naga diatas langit istana ibu. Sehingga terlihat bayangan Naga dan Burung Phoenix Merah saling mengitari istana ibuku. Bukankah itu hal yang hebat dalam peristiwa kelahiranku? Aku pun berpikir bahwa jalan hidupku akan selamanya berlangsung baik dan bahagia. Tapi Langit mempunyai rencananya sendiri. Berharap dapat mengubah takdir, ternyata kita hanya bisa menjalani takdir yang telah digariskan oleh Sang Penguasa Alam Semesta. Peristiwa kelahiranku membuat ayah dan ibuku bangga dan bahagia. Maka diadakanlah pesta besar besaran di seluruh Kerajaan Wei selama 7 hari 7 malam dalam rangka lahirnya diriku. Sejak saat itu aku adalah tuan putri kesayangan Kaisar Wu dan Permaisuri Wen. Aku dianugerahi istana baru nan indah, emas, permata, dan pakaian pakaian indah dari sutra. Dan yang tak kalah ketinggalan adalah ayah memberikan aku 2 orang pelayan yang paling setia di muka bumi ini, mereka adalah Dong Mu dan Dong Mei. Dong Mu adalah seorang kasim yang telah mengabdi di istana sejak dia berumur 10 tahun. Dan Dong Mei adalah seorang pelayan wanita yang juga telah mengabdi di istana sejak berumur 9 tahun. Keduanya berasal dari rakyat biasa yang sebagian besar merupakan anak yatim piatu, maka mereka masuk ke istana lebih awal untuk dididik sebagai kasim dan pelayan. Selanjutnya mereka adalah 2 orang yang akan menjadi saksi hidupku. Suka duka ku dijalani bersama mereka bersama sama. Lalu menurut penuturan dari para pengawal dan pegawai istana, beberapa hari setelah aku lahir, Burung Phoenix Merah dan bayangan Naga tetap terlihat terbang di langit istana ibu. Ayahku sangat senang akan hal tersebut, karena legenda mengatakan bahwa kaisar adalah titisan Naga. Maka keturunan kaisar disebut juga sebagai Keturunan Naga. Lalu apa arti dari hadirnya Burung Phoenix Merah di langit istana ibuku? seorang Biksu Kepala Istana mengatakan bahwa takdirku membawa kejayaan dan kemakmuran kepada Kerajaan Wei. Ayah dan ibuku amat sangat bahagia. Mereka merasa terberkati oleh langit. Dan aku pun merasa terberkati oleh langit karena aku diijinkan untuk memiliki mereka sebagai ayah dan ibuku, meski jalan hidup yang terbentang di masa depan nantinya tentu akan berat untuk aku lewati. Sementara itu di Istana Langit : "Paduka kaisar .... Paduka kaisar .... ," seru seorang pengawal khusus Yang Mulia Kaisar Langit sambil berjalan tergesa gesa. "Hamba datang menghadap Paduka Kaisar. Proses reinkarnasi telah berhasil paduka. Hamba telah mengawasi sendiri prosesnya. Semua berjalan lancar, ingatan masa lalu mereka pun telah dihapus oleh penjaga roda reinkarnasi. Apakah Paduka Kaisar ada perintah yang lainnya?" ujar pengawal khusus dengan nafas yang terengah engah. "Tidak ada, kerjamu sudah baik. Sekarang kau dapat melaporkan hal ini kepada Sang Buddha Agung," jawab Yang Mulia Kaisar Langit. "Siap laksanakan Paduka Kaisar. Hamba undur diri," ujar pengawal khusus kerajaan langit tersebut. Pengawal khusus tersebut lalu bergegas pergi menuju ke Nirwana untuk menemui Sang Buddha, sesampainya di Nirwana "Hormat pada Sang Buddha Agung, hamba adalah utusan dari Kaisar Langit hendak mengabarkan bahwa proses reinkarnasi telah berjalan dengan lancar, semuanya telah dijalankan sesuai dengan petunjuk dari Sang Buddha Agung," ujar pengawal khusus penuh rasa hormat dan kagum pada keagungan Sang Buddha. "Hormatmu kuterima. Sampaikan pula salamku kepada Kaisar Langit. Kau boleh pergi sekarang," jawab Sang Buddha "Terima kasih Sang Buddha Agung. Hamba undur diri," ujar pengawal khusus sambil bergegas berjalan keluar dari ruang 3 dimensi nirwana tempat Sang Buddha Agung berada. Setelah pengawal khusus Kaisar Langit pergi, Sang Buddha yang sedang berada di ruang 3 dimensi nirwana melihat ke dunia manusia, tidak berapa lama kemudian Sang Buddha menghela nafas panjang. Hal tersebut disadari oleh beberapa buddha kecil. "Maafkan hamba, apakah gerangan yang sedang dipikirkan oleh Sang Buddha Agung?" tanya salah satu buddha kecil. Sang Buddha menoleh kearah buddha kecil lalu menjelaskan. "Hmm ... hatiku sakit dan sedih melihat banyak manusia jatuh kedalam dosa. Tanpa mereka sadari, mereka mulai terbiasa dengan dosa dosa tersebut. Dunia sudah terlalu kacau dengan segala macam dosa yang dilakukan oleh para manusia. Dosa yang harus mereka bayar dalam beberapa kali reinkarnasi. Mereka melakukan dosa dengan begitu mudahnya, tanpa memikirkan akibat yang harus mereka bayar. Aku kasihan pada mereka semua. Pahala yang telah mereka kumpulkan tidak akan bisa untuk menebus dosa mereka," jawab Sang Buddha Agung. "Maafkan hamba, melihat keadaan saat ini sepertinya tugas para biksu di dunia menjadi lebih sulit. Mereka harus lebih banyak mengajarkan kebajikan dan mengajak mereka untuk menjauhi dosa," ujar buddha kecil. "Ya kau benar. Tapi sepertinya tugas mereka akan benar benar sulit, karena dosa telah mengakar erat dalam hidup manusia. Aku harus membantu para biksu biksu di dunia agar mereka lebih bijak, sabar dan tahan uji," jawab Sang Buddha Agung. Kembali ke istana Kerajaan Wei : Aku, Fei Er sekarang berumur 5 tahun. Kakak Xu berumur 9 tahun. Aku tumbuh menjadi gadis kecil yang cantik dan juga lincah, meski beberapa pegawai istana kerap berkata kalau aku sedikit arogan. Awalnya aku sedikit bingung apa arti arogan. Lalu Dong Mei menjelaskan padaku kalau arogan mempunyai arti sedikit sombong atau tinggi hati. Tapi aku merasa aku tidak tinggi hati, mungkin mereka yang merasa kalau aku tinggi hati karena aku merupakan anak kesayangan ayah dan ibu, juga merupakan adik kesayangan Kakak Xu tentunya. Hari hari masa kecilku dilalui dengan penuh kebahagiaan. Tapi kebahagiaan yang telah tercipta dengan sempurna itu mulai memudar tatkala ayahku membawa masuk seorang wanita dan seorang anak perempuan kecil ke dalam istana. Aku melihat mereka diantar oleh Kasim Han menuju istana kediaman mereka. Dari pandanganku dapat kupastikan bahwa anak perempuan itu lebih tua usianya beberapa tahun dariku. Awalnya aku bertanya tanya siapakah gerangan wanita dan anak kecil tersebut. Akhirnya aku mengetahui bahwa wanita yang kemarin masuk kedalam istana adalah wanita milik ayahku. Wanita itu bernama Lin Xi. Dan anak perempuan itu bernama Yang Ping. Dan ayah akan segera menggelar acara penobatan mereka menjadi anggota keluarga Kerajaan Wei secara resmi. Tapi darimana ayah mendapatkan wanita itu? dimanakah mereka bertemu? rasa penasaran ini terus mengusikku. Meskipun saat itu aku baru berumur 5 tahun, tapi aku dapat merasakan sesuatu yang tidak benar telah terjadi. Lalu untuk memuaskan rasa ingin tahuku yang terlampau besar ini, aku bertekad untuk menanyakan hal ini kepada Ibu Suri. Namun Dong Mu melarangku, Dong Mu berkata ini merupakan urusan pribadi Yang Mulia Kaisar, tidak ada hubungannya dengan Ibu Suri. Lalu sebagai bentuk penghiburan untuk rasa ingin tahuku, Dong Mu berjanji padaku dia akan mencari tahu segala sesuatu tentang Selir Lin, dan memintaku untuk tidak banyak bertanya kepada siapapun di istana. Selang beberapa hari, Dong Mu dan Dong Mei kembali dengan sebuah berita yang entah harus kukatakan baik atau buruk. Ternyata wanita yang bernama Lin Xi ini adalah seorang pemusik wanita. Dia bekerja dirumah Bunga yang letaknya di tengah Ibukota. Saat itu ibukota Kerajaan Wei adalah Luo Yang. "Dong Mu, Rumah Bunga itu apakah rumah yang ditumbuhi banyak bunga bunga?" tanyaku penuh rasa penasaran. "Tuan Putri, bukan seperti itu .... Rumah Bunga hanyalah sebuah nama kiasan untuk sebutan bagi rumah b****l," jawab Dong Mu. "Apa itu rumah b****l? apakah rumahnya lebih bagus dari istana?" tanyaku lagi semakin penasaran sambil mengernyitkan dahi. "Begini Tuan Putri, karena anda masih terlalu kecil, aku tidak dapat menjelaskannya secara detail. Tapi yang perlu Tuan Putri ketahui adalah rumah b****l itu tempat bagi wanita wanita yang berperilaku tidak baik dan melanggar norma masyarakat. Tidak ada wanita baik baik disana. Apakah Tuan Putri mengerti sampai disini?" jawab Dong Mu. "Sepertinya aku sedikit mengerti Dong Mu. Mungkin kalau aku sudah besar, aku akan dapat mengerti lebih baik, benar tidak?" tanyaku untuk memastikan. "Ya .. ya .. benar Tuan Putri. Tapi berjanjilah padaku Tuan Putri kalau anda tidak akan banyak bertanya lagi mengenai hal ini. Berpura puralah anda tidak tahu apapun. Apakah Tuan Putri kecil mengerti?" ujar Dong Mu. "Ya, aku mengerti. Hmm ... dunia orang dewasa sungguh rumit," ujarku sambil memutar bola mata. Kemudian menurut penuturan Dong Mu dan Dong Mei, anak perempuan yang bernama Yang Ping ini tidak dapat dipastikan apakah benar anak Kaisar atau bukan. Dan menurut kabar yang beredar, ternyata ayahku jatuh cinta pada Selir Lin sejak pertama kali ayah melihat Selir Lin tampil bermain kecapi di Rumah Bunga. Pada saat itu ayah memang datang mengunjungi Rumah Bunga untuk menyelidiki suatu kasus yang aku tidak terlalu mengerti. Hari hari berikutnya yang aku tahu adalah aku sering melihat mata ibuku sembab. Dia sering melamun. Dia sering memeluk aku dan kakakku seraya berkata bahwa kami adalah permata yang paling berharga baginya yang tidak dapat ditukar dengan apapun yang ada di dunia ini. Setelah dia mengucapkan kalimat kalimat tersebut, aku lihat air mata jatuh dari pelupuk matanya. Bagiku tingkat kesedihan itu belum dapat kupahami, tapi di masa mendatang akhirnya aku mengerti rasa sakit itu. Kesedihan yang menyayat hati. Rasa ingin memberontak dan berkata kepada Yang Maha Kuasa "mengapa ini harus terjadi kepadaku?". Tapi tentunya Yang Maha Kuasa memiliki rencananya sendiri. Aku dan kakak tidak tahu apa yang harus kami perbuat. Kami hanya dapat menghibur ibu tiap hari. Lalu aku memperoleh kabar dari Dong Mu dan Dong Mei bahwa Selir Lin adalah seorang yang jahat dan licik, serta haus akan perhatian dan kekuasaan. Dong Mu berkata bahwa aku harus berhati hati. Bahwa Permaisuri, Kakak Xu dan aku harus berhati hati terhadap Selir Lin. Karena bisa saja Selir Lin menginginkan posisi Permaisuri. Dan anaknya Yang Ping menginginkan posisi Yang Mulia Tuan Putri. Dimana gelar itu dianugerahkan ayah kepadaku sejak hari pertama aku dilahirkan. Lalu di masa yang akan datang yang jahat dan licik bukan hanya Selir Lin, Putri Yang Ping pun tak kalah jahat dan liciknya dari ibunya. Mereka bagai serigala berbulu domba.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD