Chapter 2

2021 Words
Berita tentang ayah membawa masuk selir baru kedalam istana akhirnya sampai ke telinga Ibu Suri. Ibu Suri memerintahkan pelayannya untuk menyelidiki latar belakang Selir Lin. Selang beberapa hari pelayan tersebut datang dengan membawa berita. Berita yang tetap menjadi misteri selama 12 tahun. Setelah itu barulah akhirnya terkuak semua misteri hubungan antara Ibu Suri, ayah dan Selir Lin. Meskipun tanpa restu dari Ibu Suri, Ayah tetap meminta semua pegawai istana untuk mempersiapkan Upacara Peresmian selir dan tuan putri yang baru. Dapat aku lihat sepertinya semua persiapan ini terlalu mewah dan berlebihan, apalagi hanya untuk seorang selir dan tuan putri yang aku tidak pernah lihat dia lahir didalam istana. Kuakui timbul rasa cemburu didalam hati. Aku berpikir kalau ayah sepertinya sudah melupakan aku dan Kakak Xu. Aku berpikir kalau aku harus memberitahu kakak mengenai hal ini. Hari itu matahari bersinar cerah. Sepertinya waktu menunjukkan kalau hari masih siang dan belum sore. Setiap pagi hingga siang hari kakak dan aku harus belajar membaca, menulis banyak karakter huruf, membaca karya sastra, memainkan kecapi dan lain sebagainya. Itu belum termasuk pelajaran tambahan untuk seorang calon kaisar dimasa yang akan datang. Kakak harus belajar seni bela diri, ketatanegaraan, taktik di medan perang dan lain sebagainya. Sementara aku harus belajar bernyanyi, menari. Sungguh membosankan. Aku ingin belajar apa yang kakakku pelajari, tapi aku seorang wanita. Dan wanita dilarang untuk belajar ilmu bela diri, taktik perang dan lain sebagainya. Tapi kalau aku menyerah tentu namaku bukan Fei Er. Kemudian aku berjalan menuju ruang belajar kakak dengan ditemani oleh Dong Mei. Ah akhirnya kakakku sudah selesai belajar. Kakak menoleh sambil tersenyum lalu datang menghampiriku, mengelus kepalaku. "Kakak ... Kakak .... ," seruku dengan suara lantang. "Adikku yang cantik dan manis seperti permen, apa yang membawamu kemari?" tanya kakak penuh rasa penasaran. Lalu kakak menggandeng tanganku dan menarikku berjalan menuju pavilion di sebelah ruang belajar. "Kakak, aku mau berbicara perihal Selir Lin, bolehkah?" tanyaku manja. "Ceritakanlah cepat, aku harus segera ke perpustakaan untuk menemui guruku," jawab kakak yang sudah tidak sabar untuk mendengarkan ceritaku. "Beberapa hari yang lalu Dong Mu mendapat info mengenai Selir Lin. Menurut info, ayah bertemu dengan Selir Lin di sebuah rumah b****l. Rumah b****l itu bernama Rumah Bunga ... ya betul namanya Rumah Bunga. Awalnya aku kira Rumah Bunga adalah rumah yang dipenuhi oleh banyak bunga, tetapi Dong Mu berkata bahwa Rumah Bunga itu tempat yang tidak baik. Dan aku tidak boleh berbicara mengenai Rumah Bunga lagi. Bagaimana menurutmu Kak?" tanyaku penuh selidik. "Fei Er, kau ini seorang wanita, terlebih kau adalah seorang tuan putri. Tidak baik membahas tentang rumah b****l. Rumah b****l memang memiliki makna yang tidak baik, dan setahuku tempat itu bukan tempat untuk wanita baik baik. Orang orang akan memberi kesan yang tidak baik padamu jika mereka mendengar kau membahas mengenai Rumah Bunga atau rumah b****l. Sebaiknya lupakanlah apa yang barusan kau sampaikan padaku. Biarlah itu menjadi urusan pribadi ayah dan Selir Lin saja. Apakah kau mau menurut padaku?" ujar kakak sambil tersenyum simpul. "Hufftt .... baiklah jika itu yang kakak inginkan. Sebaiknya aku pergi. Aku pergi dulu yah kak. Aku mau main di taman istana dengan Dong Mei," jawabku sambil melambaikan tangan pada kakak dan berlalu pergi menjauh. Akhirnya tiba hari dimana Upacara Peresmian dilangsungkan. Pagi pagi sekali semua pegawai istana baik yang laki laki maupun wanita sibuk dengan persiapan akhir dari upacara. Sepertinya Dong Mei membangunku terlalu awal. Aku masih ingin bermalas malasan ditempat tidur, tapi Dong Mei melarangku. Dengan langkah berat aku menuju kamar mandi. Setelah mandi aku dipakaikan pakaian khusus acara kekaisaran dengan tambahan jubah bersulamkan Burung Phoenix berwarna merah. Aku cukup percaya diri memakai jubah ini karena jubah ini hanya dibuat khusus untuk Tuan Putri Fei Er. (Aku tersenyum kecil melihat diriku sendiri didepan kaca, ternyata aku masih pendek dan begitu imut, semua orang bilang kalau aku imut seperti boneka hmm ... sepertinya mereka benar). Lalu aku, Dong Mu, dan Dong Mei bergegas menuju aula utama. Dari istana kediamanku menuju aula utama cukup jauh, itu benar benar menguras energiku. Akhirnya kami sampai di pintu depan aula utama. Dong Mei menggandeng tanganku. Sedetik kemudian pandanganku terarah menuju Putri Yang Ping. Dan aku tidak dapat percaya dengan apa yang aku lihat .... Aku melihat Kakak Yang Ping juga memakai jubah Burung Phoenix berwarna merah. Arghhh ini tidak benar. Tidak ada yang boleh memakai jubah Burung Phoenix Merah selain aku. "Mengapa dia bisa mempunyai jubah yang sama denganku? Siapa yang membuatkan jubah tersebut untuknya?" (gumamku dalam hati). Tidak lama kemudian terdengar suara Kasim Han berseru. "Kepada seluruh anggota keluarga kerajaan dipersilahkan untuk duduk di tempat yang telah disediakan. Biksu Kepala akan segera memulai upacara peresmian yang didahului dengan doa terlebih dahulu kepada Sang Buddha." Lalu aku duduk disebelah Kakak Xu. Kulihat Ibu Suri duduk berhadapan dengan ibu. Di hadapanku duduklah Putri Yang Ping dan ibu nya. Sejujurnya aku tidak terlalu menyukai mereka. Tapi aku cukup terkejut juga ternyata Selir Lin sangat manis dan cantik, terlihat begitu muda. Rambutnya hitam mengkilap, kulitnya putih bersih dan bibirnya mungil berwarna merah muda. Putri Yang Ping juga manis. Tapi ibukulah yang paling baik dalam segalanya. "Apakah benar Putri Yang Ping adalah kakakku? kenapa dia harus dilahirkan jauh diluar dari istana? dan kenapa baru sekarang mereka dibawa masuk kedalam istana?" (gumamku dalam hati). Pertanyaan pertanyaan itu berkecamuk di dalam kepalaku hingga membuatku pusing. Yah 12 tahun dari sekarang semua pertanyaan itu akan terjawab juga. Tak lama kemudian terdengar alunan doa dari para biksu. Lalu Ibu Suri beranjak dari tempat duduknya. Kasim Han menghampiri Ibu Suri, memberikan sebuah dekrit kekaisaran. Lalu dengan suara lantang Ibu Suri membacakan dekrit tersebut yang menyatakan bahwa Lin Xi diangkat menjadi selir dibawah selir utama, selanjutnya Lin Xi bergelar Selir Lin. Untuk kalian ketahui selir utama bernama Selir Hu. Aku menyukai Selir Hu, sayangnya Selir Hu tidak dapat memberikan keturunan kepada ayah. Selir Hu adalah putri dari Jenderal Besar Kerajaan Wei yaitu Jenderal Wang. Kemudian Ibu Suri membacakan lagi dekrit selanjutnya yang menyatakan bahwa Yang Ping diangkat menjadi tuan putri dibawah Yang Mulia Tuan Putri Fei Er (itu adalah aku), selanjutnya Yang Ping bergelar Tuan Putri Yang Ping. Ya kedudukanku memang lebih tinggi dibandingkan dengan Kakak Yang Ping. Karena aku adalah anak dari Permaisuri. Selesai upacara penobatan, dimulailah pesta penyambutan. Diluar aula utama terbentang halaman yang amat sangat luas. Mengitarinya mungkin membutuhkan waktu berhari hari (itu jika aku yang mengitarinya). Jamuan makan tersedia di sisi kiri dan kanan dari aula utama. Para pemusik terlihat sudah siap di area tengah halaman istana. Aku lihat semua pejabat hadir bersama dengan keluarga mereka. Para penari terlihat memasuki area tengah halaman istana. Tak lama terdengar alunan musik dan mereka mulai menari. Indah sekali. Aku suka melihat tarian mereka. Dong Mei menggandeng tanganku untuk mengambil hidangan yang sudah disediakan. Aku lihat begitu banyak makanan. Lalu aku menunjuk sup ginseng, Dong Mei menyuapiku. Ketika mulut ini sedang mengunyah makanan tiba tiba aku melihat 4 anak laki laki sedang memperhatikanku. Sepertinya mereka sedang berbisik bisik. Kupikir sebaiknya aku mendatangi mereka. Aku menggandeng tangan Dong Mei lalu berjalan kearah mereka. Terlihat dari raut wajah mereka sepertinya mereka kaget. "Siapa kalian? berani sekali kalian melihat tuan putri tapi tidak sujud dan memberi hormat? apa kalian ingin dihukum?" ujarku dengan suara lantang. Tiba tiba salah satu dari keempat anak itu menjawabku dengan suara yang sopan dan lembut "Maaf tuan putri perkenankan hamba untuk memperkenalkan siapa diri kami. Anak yang ditengah ini adalah Putra Mahkota Ming dari Kerajaan Qin. Kami datang bersama Kaisar. Sebelahnya adalah Pangeran Kang, kami berdua adalah pengawal dari Putra Mahkota dan Pangeran". "Oh jadi kalian berempat berasal dari Kerajaan Qin, Maafkan aku yang telah salah paham sebelumnya. Baiklah aku tidak akan berlama lama disini. Silahkan kalian menikmati pestanya," ujarku. Kemudian mereka berempat berpamitan padaku dan bergegas pergi ke tengah pesta. Lalu aku pun beranjak pergi karena kudengar suara ibu memanggilku. Sepertinya takdir telah dimulai. 12 tahun berlalu, kini aku telah tumbuh menjadi seorang gadis cantik berusia 17 tahun. Seperti biasa setelah seorang pria atau wanita menginjak umur 17 tahun maka wajib diadakan upacara kedewasaan. Maka tahun ini adalah giliran upacara kedewasaan untukku. Semua pegawai istana sibuk dengan persiapan upacara dan perayaan yang akan diselenggarakan 3 hari dari sekarang. Aku pun tak luput dari kesibukan yaitu mencoba baju dan jubah yang cocok untuk upacara nanti. Rasanya tidak sabar menunggu 3 hari lagi. Dalam hati aku berharap agar dapat bertemu kembali dengan 4 anak laki laki yang 12 tahun lalu pernah datang ke perayaan di istana Wei. Hmm ... menghela nafas sambil memandang langit berharap doaku dikabulkan Sang Maha Pencipta. Ditengah keasyikan mencoba berbagai macam baju, perhiasan dan lain lain. Tiba tiba seseorang mengetuk pintu kamarku. "Tuan Putri, Yang Mulia Kaisar memerintahkan anda untuk menghadap Yang Mulia sekarang," ujar Kasim Han. "Ada apa gerangan yang terjadi? bukankah ayah sangat sibuk dengan urusan kerajaan?sepertinya aku tidak membuat kesalahan." (gumamku dalam hati). Tapi ya sudahlah karena harus segera menghadap Kaisar maka aku memakai pakaian yang indah dan tidak lupa jubah merah kebanggaanku yang bersulamkan Burung Phoenix Merah. Dengan ditemani Dong Mu dan Dong Mei, aku bergegas menuju aula utama. Setelah sampai di aula utama, aku cukup terperanjat mengetahui bahwa seluruh anggota kerajaan ternyata berkumpul disini. Lalu aku berjalan menuju Singgasana Kaisar kemudian membungkuk dan memberi hormat kepada Ibu Suri, Kaisar, Permaisuri, Selir Hu, Selir Lin, Putera Mahkota Xu, dan Putri Yang Ping. Selesai memberi hormat awalnya aku hendak beranjak dari depan singgasana Kaisar menuju tempat dudukku, tapi ayah tiba tiba berkata bahwa aku harus diam ditempat dengan posisi bersujud. Aku sangat kaget dan jantungku berdetak sangat kencang. "Ada masalah apa lagikah ini? harus kuakui aku cukup khawatir dan takut, aku menebak bahwa ini sepertinya bukanlah kabar yang cukup baik." (gumamku dalam hati) Beberapa menit kemudian ayah mulai berkata kepadaku : "Putriku, sekarang kamu sudah dewasa, sebentar lagi pun akan diadakan upacara kedewasaan untukmu. Tidak terasa waktu berlalu dengan begitu cepat, tidak kusangka putriku yang tadinya masih kecil dan begitu manja sekarang telah tumbuh dewasa". Ayah berhenti sejenak lalu melanjutkan bicara : "Seperti yang kau tahu pernikahan politik antar anggota kerajaan telah berlangsung lama. Tiba waktunya bagimu dan kakakmu Yang Ping untuk menikah dengan salah satu dari Pangeran Kerajaan Qin. Anggaplah ini sebagai suatu pengabdian kalian terhadap Kerajaan Wei. Aku membicarakan ini sekarang karena beberapa hari lalu Kaisar Qin mengirimkan surat kepadaku meminta agar perjodohan dan pernikahan ini dapat segera dilaksanakan. Karena ini akan menjadi sebuah pernikahan yang besar, maka perlu waktu untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Dan sementara itu, kalian berdua masih memiliki waktu hingga bulan kesembilan ditahun depan." "Fei Er, ayah lihat kau belum cukup siap untuk menjadi seorang calon permaisuri, tidak seperti kakakmu Yang Ping. Mungkin ini karena kau terlalu dimanja. Sebagai seorang tuan putri kau harus menguasai berbagai ilmu. Maka dari itu ayah akan mengirimmu ke Perguruan Dao. Ada Guru Liu disana yang akan membimbingmu. Belajarlah dengan tekun disana selama setengah tahun. Lalu ayah akan memanggilmu kembali kesini. Setelah Upacara Kedewasaan selesai maka kau dapat bersiap siap untuk segera berangkat kesana. Menyamarlah sebagai laki laki. Jangan sampai ada yang mengetahui indentitasmu. Kau akan ditemani oleh pelayan pelayanmu. Dan ayah akan meminta seorang ahli bela diri khusus untuk melindungimu. Sampai sini apakah kau mengerti?". "Aku mengerti ayah. Maafkan aku sebelumnya jika aku lancang. Tapi kenapa hanya aku yang harus pergi ke Perguruan Dao? mengapa Kakak Yang Ping tidak ikut denganku?" tanyaku penasaran. "Fei Er, seperti yang sudah kusampaikan diatas Kakakmu Yang Ping sudah memenuhi kualitas dirinya sebagai calon permaisuri ataupun calon istri dari pangeran. Dia telah dilatih dengan keras sebelumnya. Sedangkan kau belum siap. Memang ini bukanlah salahmu sepenuhnya, ini adalah salah ayah dan ibu yang terlalu memanjakanmu. Asal kau tahu berat bagi ayah untuk melepaskanmu keluar dari istana sendirian, selama 17 tahun ini kau tidak pernah keluar dari istana sama sekali. Tapi demi masa depanmu ayah harus rela melepasmu pergi belajar ke Perguruan Dao. Maafkan ayah Fei Er. Apakah kau sudah mengerti?" jawab ayah dengan raut wajah memelas. "Ya ayah, aku mengerti, Ayah tidak perlu meminta maaf kepadaku. Aku sayang ayah," ujarku seraya berjalan menghampiri ayah dan memeluknya. Sedari kecil aku memang dimanjakan oleh ayah dan ibu. Aku sering memeluk ayah dan ibuku. Rasanya nyaman berada dalam dekapan mereka. Sepertinya petualangan segera dimulai. Seperti apakah dunia luar sesungguhnya? aku akan segera melihatnya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD