Part I

946 Words
Perang melawan gerbang neraka telah usai, kedamaian juga sorak kemenangan terdengar di seluruh bagian wilayah Negara Erlos. Kehidupan di sekolah kembali berjalan normal, namun ada satu hal yang tidak seperti biasanya. Kepergian Alaric, banyak murid di sekolah merasa sedih oleh kematian Alaric. Calista, setiap malam dirinya selalu memandang gelang pemberian Alaric, dan menangis sendu. Gelang berantai perak, dihiasi kotak-kotak kecil yang terbuat dari perak. Setiap kotak berisi Batu permata yang berwarna-warni, sangan Indah bukan? ===== "Anak-anak kita kedatangan murid baru. Jangan kaget yah, walau ibu sendiri pun kaget. Ayo masuk," panggil Bu Linda menyuruh murid baru tersebut masuk. Rambut perak, Mata tajam bewarna biru, Rahang yang juga tajam, Badan yang proposional. Semua hal tersebut sudah cukup membuat para gadis tergila-gila. Sebelum mereka menyadari sesuatu. Satu kelas terkaget-kaget melihat murid yang baru saja masuk ke kelas mereka. "Hai semua, nama saya Alaric Zeroun, salam kenal," ucap murid baru tersebut seraya membungkukkan badannya. "ALARIC!" ===== Bel istirahat telah berbunyi, murid-murid berjalan keluar kelas menuju kantin untuk mendapatkan makanan mereka. Disaat Alaric keluar kelas dan berjalan menuju kantin, para murid-murid terkaget melihat Alaric yang tengah berada di sekolah. Bukannya dia sudah mati? Itulah yang tengah dipikirkan para murid saat ini. Namun mereka menahan rasa kagetnya. ===== "Hem, jadi gimana kamu bisa disini?" tanya Undrew penuh curiga sekaligus bingung. "Loh, kamu gak senang aku balik?" tanya Alaric kecewa dengan sikap teman-temannya. "Senang kok, banget mala-" Calista segera membekap mulutnya sendiri, Alaric yang mendengarnya tersenyum lebar. "Aku pergi dulu, dah!" pamit Calista lalu beranjak pergi, dirinya sangat malu. "Ric, aku Kasih tau ya tiap malam tuh si Calista mesti nangis sambil megangin gelan pember-," Calista berlari dengan cepat untuk membekap mulut Hera. "Kamu, awas ya!" ancam Calista kesal. Hera tertawa terbahak-bahak mendengar ancaman Calista. "Awas kenapa? Emang aku mau ditembak?" ucap Hera yang masih tertawa. "Iya, mau ditembak sama Petra," jawab Calista dengan wajah tanpa dosanya. "Haa, A... Apa Pe... Petra ad..aduh gak mungkin deh," jawab Hera yang menghebohkan satu meja. "Gak mungkin? Berarti kamu berharap ya, hayoo," goda Calista pada Hera. Petra sedari tadi menatap reaksi Hera pada setiap pertanyaan Calista. Dirinya berusaha untuk menahan rasa senangnya. "Udah-udah, gimana kalo kita bahas hubungan Cathabell?" ujar Hera berusaha mengalihkan topik pembicaraan. "Lha, kok aku?" bingung Cathabell. "Ekhem!" Undrew berdehem. Semua yang di meja tersebut memandang Undrew dengan padangan bertanya. "Kita mangkin langgeng kok, iya 'kan Pacarku?" Undrew merangkul bahu Cathabell. "Ih, apaan sih," ucap Cathabell seraya menyingkirkan tangan Undrew yang berada di bahunya. Undrew menyengir, "Aduh, jangan malu-malu dong Bell-ku". Cathabell menatap tajam kearah Undrew. Entah dorongan dari mana tangannya tergerak untuk mengambil sendok di hadapannya, sendok tersebut kemudian di gunakan oleh Cathabell untuk memukul kepala Undrew dengan keras, "Biar sadar tuh!" "Jadi cewek galak amat kayak Gorr-" Undrew berhenti berbicara saat merasakan hawa seram dari Cathabell. "Ayo lanjutin ucapanmu," ucap Cathabell seraya memukulkan sendok ke telapak tangannya. "Udahan, ganti topik jadi Kay aja" saran Petra menengahi karena merasa kasihan dengan sahabat karibnya. "Lha, sekarang kok jadi aku!" kesal Kay. "Udah gak apa-apa lah," ucap Calista seraya berjalan kembali ke kursinya yang berada di samping Alaric. Dia merasa sangat senang karena semua situasi kembali seperti semula. Termasuk Alaric yang kembali. "Jadi janji permainan waktu itu gimana?" goda Cathabell. Kay terkejut dan menatap Cathabell dengan mata melotot, tak lama gadis tersebut mulai menundukkan kepalanya untuk menutup semburat merah di pipinya. "Ih, janji apaan sih, aku gak pernah janji," bohong Kay seraya menutup semburat merah di pipinya dengan rambut. "Janji apa?" tanya Ken yang berada di sebelah Kay. "Eh, bu... bukan jan...janji apa-apa kok, gak usah dipikirin, gak penting hehehe," cangir Kay pada Ken. "Oh, begitu, yasudah. Kamu gak laper?" tanya Ken pada Kay. "Woy, banyak nyamuk disini, Ken sama Kay tunggu sini ya. Biar kita usir nyamuk dulu, dah," ucap Undrew lalu pergi bersama yang lainnya kecuali Ken juga Kay. "Perasaan aku gak liat nyamuk deh, iya 'kan Kay," ucap Ken, Kay menganggukkan kepalanya cepat dan kembali menundukkan kepalanya. ===== "Cia, daripada jadi nyamuk mending kita pergi," ucap Undrew yang masih asik menatap Kay dan Ken yang tengah berduaan. "Tapi rasanya aku kasian sama Kay, kalian tau 'kan alasannya," ucap Cathabell. Calista dan Hera mengaggukkan kepala mereka. "Kita juga ngerti kok, tapi kita biarin aja mereka pdkt, jalan-jalan yuk," ajak Undrew seraya menarik tangan Cathabell dan berlari keluar kantin. "Rasanya kalo kita ikut mereka malah kita yang jadi nyamuk," ucap Hera. "Jadi kita ikut gak?" tanya Calista bingung. Alaric membalas pertanyaan Calista dengan mengerang kesakitan seraya memegang perutnya. "Kenapa, Ric?" panik Calista. "Cal, perutku sakit temenin ke UKS, dong!" ucap Alaric dan langsung menarik tangan Calista. "Lha, kalian mau kemana?" tanya Hera melihat Alaric membawa Calista pergi begitu saja. "Udah biarin aja, paling mereka mau berduaan," ujar Petra. "........." Suasana canggung menyelimuti Petra dan Hera. Tidak ada satupun dari mereka yang bersuara ataupun memulai pembicaraan. "Eh begini," ucap Petra dan Hera bersamaan. Petra segera mempersilakan Hera untuk berbicara terlebih dahulu. "Eh jangan kamu aja dulu," ucap Hera mempersilakan Petra untuk berbicara terlebih dahulu. Petra menggelengkan kepalanya dan kembali mempersilakan Hera terlebih dahulu. Dan begitu seterusnya. Hingga bel masuk pelajaran berbunyi dan menjadi pengakhir kegiatan saling mempersilakan mereka. ===== Bel sekolah telah lama berbunyi. Namun, Bu Linda selaku wali kelas Abira belum saja datang. "Kok, Bu Linda masih belum balik yah," tanya Hera yang sedang berdiri di sebelah meja Kay. Kay menggeleng, "Aku juga gak tau." Tiba-tiba suara dobrakan pintu yang sangat kencang terdengar di gendang telinga seluruh murid-murid yang berada di kelas saat ini. Tak lama kemudian, Bu Linda dengan nafas yang terengah-engah datang dan wajahnya terlihat sangat kelelahan. "Kabar penting!" seluruh murid kelas Abira antusias saat mendengar kabar penting yang akan di umumkan Bu Linda. "Kita..." "Kitaa..." "SEKOLAH KITA NGADAIN LIBURAN!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD