Bagian 1

1124 Words
BAGIAN 1 Suasana ruang kelas itu terlihat tenang, saat ada salah satu guru yang menyampaikan materi matematika yang sangat dibenci sebagian dari siswa, namun tidak untuk Keyla, gadis manis nan cantik dengan jilbab yang selalu membungkus kepalanya itu menatap dengan penuh semangat saat guru menjelaskan materi yang menurut teman-temannya sangat membosankan. Keyla adalah salah satu murid yang mendapatkan beasiswa karena kecerdasannya, wajah cantik, Shalihah dan otak cemerlang, selalu melekat di diri Keyla. Namun, Keyla tidak pernah menyombongkan apa yang dia punya, dia adalah gadis baik, saat ada teman laki-laki ataupun perempuan jika bertanya materi dengannya dia akan dengan sabar mengajari mereka hingga mereka bisa, itulah salah satu alasan mengapa Keyla disayang oleh teman-temannya. Jika teman-temannya memintanya untuk mengajari setelah pulang sekolah, Keyla selalu menyempatkan waktunya, Keyla sudah sebagai guru bagi mereka. Keyla tidak meminta imbalan apapun, yang Keyla minta suatu hal yang sederhana, jika ada ulangan harus dikerjakan sendiri apapun hasilnya yang terpenting kita selalu jujur. Bel tanda pelajaran selesai terdengar, guru yang mengajar membereskan buku-bukunya dan segera pamit untuk keluar. Satu kelas yang hanya diisi dua puluh lima siswa, terdiri dari dua belas Laki-laki dan tiga belas perempuan menatap Keyla yang masih menulis beberapa rumus dan cara pengerjaan yang di tulis oleh guru menatap Keyla. Keyla mendongakkan kepalanya, menatap kesekitarnya, dia tersenyum saat tahu apa maksud dari tatapan mata mereka. "Iya, nanti Keyla ajarin." Senyuman mereka merekah, melihat senyuman sahabat-sahabatnya, membuatnya ikut tersenyum, dia tidak mempunyai uang untuk mentraktir teman-temannya, dia hanya punya Ilmu yang mungkin akan sangat bermanfaat untuk teman-temannya di kelak kemudian hari. **** Mata Keyla tidak henti-hentinya mengedar untuk mencari angkutan umum, jam sudah menunjukkan pukul lima, namun Keyla baru pulang dikarenakan mengajarkan teman-temannya matematika, Keyla ikhlas mengajari mereka tidak ada dalam hatinya takut jika teman-temannya menyaingi dirinya. Karena prinsip hidup Keyla, sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. "Key?" Keyla mengerjabkan matanya, dia tersenyum saat mendapati Farhan ada di sampingnya, duduk di bangku yang disediakan untuk menunggu angkutan umum. "Kamu belum pulang,Han?" Farhan menggeleng. "Ayo aku antar Key, sudah hampir malam, nanti kakak kamu pasti khawatir," tawar Farhan. Keyla menatap mobil mewah yang ada di dekatnya. Keyla menggeleng. "Enggak usah Han, aku nunggu angkutan umum saja," tolaknya lembut. "Ada Fahira di dalam mobil, jadi kamu enggak usah takut kalau kita hanya berdua." Keyla mengerjabkan matanya saat Farhan tahu apa yang dia pikirkan. "Tapi," "Keyla Sayang, ayo buruan masuk, udah hampir malam," teriakan gadis cantik kembaran Farhan yang juga sahabat terdekatnya itu memunculkan kepalanya di jendela. "Bagaimana?" Keyla berpikir sejenak kemudian mengangguk, Farhan tersenyum saat melihat anggukan dari gadis cantik itu. **** Keyla melambaikan tangannya saat mobil mewah itu pergi meninggalkan rumah kontrakannya. Keyla dengan senyuman yang tidak pudar mengetuk pintu rumahnya, Keyla tidak memiliki kunci cadangan, satu-satunya kunci hanya ada pada Adam, sang kakak. "Assalamu'alaikum." "Waalaikum salam warahmatullahi wabarokatuh." pintu terbuka menampakkan wajah tampan yang sejak kecil selalu bersamanya, Laki-laki berumur dua puluh empat tahun itu tersenyum melihat adiknya yang selalu menampakkan wajah ceria walaupun dia tahu adiknya itu sebenarnya tidak baik-baik saja setelah ibu yang meninggal setelah melahirkan dirinya dan ayah yang mengalami kebangkrutan hingga nyawanya terenggut karena banyak pikiran. Dulu hidup mereka serba ada walaupun tidak kaya raya, namun rumah yang mereka tempati memiliki dua lantai, baju yang selalu gonta ganti, namun sekarang jangan rumah dengan dua lantai, rumahnya hanya kontrakan kecil yang memiliki dua kamar. Keyla segera meraih tangan kakaknya. "Kakak sudah masak, kamu mandi dan segera makan ya," titahnya lembut dengan elusan di kepala sang adik, Keyla mengangguk. "Kakak baru pulang?" Adam mengangguk, Adam hanya seorang office boy disalah satu perusahaan besar. "Ya sudah, Keyla mandi dulu ya, nanti kita makan sama-sama, oke?" Adam mengangguk. Keyla segera pergi ke kamarnya dan segera mandi. **** "Kamu enggak gerah key pakai jilbab terus kalau di rumah?" Tanya Adam saat adiknya itu selalu mengenakan jilbab didalam rumah, padahal di rumah hanya ada dirinya yang tak lain adalah kakaknya. Keyla yang sedari tadi sibuk dengan angka-angka di depannya mendongak, menatap kakaknya yang duduk lesehan disebelahnya. "Key cuma takut kak, kalau key enggak pakai jilbab saat di rumah tiba-tiba ada tamu Laki-laki terus dia lihat key membuka aurat, bagaimana? Keyla akan mendapatkan dosa, bukan hanya Key yang mendapatkan dosa. Tetapi Kakak, Ibu dan Ayah. Key enggak mau nanti saat hari pembalasan Key yang menjadi penyebab Ibu, Ayah dan Kakak masuk neraka." Adam terenyuh mendengar jawaban adiknya, sempat dulu dia melarang adiknya menutup aurat karena Takut adiknya di ejek karena di sekolah Keyla sekarang tidak ada yang memakai jilbab, baju-baju mereka di atas lutut semua, namun setelah mendengar jawaban dari adiknya, Adam sadar jika adiknya itu amat sangat menyayanginya. "Menurut Key, anak perempuan itu bisa menjadi musibah dan berkah untuk keluarganya. Musibah jika tidak di didik dengan benar agar mampu menjaga aurat dengan baik dan berkah jika di didik dengan baik dan bisa menutup auratnya dengan sempurna," jelas Keyla dengan senyuman yang merekah. Adam menarik adiknya kedalam pelukannya, pelukan hangat seorang kakak yang mampu memenangkan Keyla. "Terima kasih karena kamu memikirkan kami, Key." Keyla mengeratkan pelukannya. "Jangan berterima kasih Kak, ini memang tugas Keyla sebagai anak perempuan untuk menjaga aurat, setidaknya jika dengan Key menjaga aurat belum bisa menjamin kalian masuk kedalam surga, satu pintu dosa Key sudah Keyla usahakan untuk tertutup." Adam mengangguk, sejujurnya ilmu agamanya masih sangatngat dangkal, Adam memang tidak tertarik dalam ilmu agama karena dulu saat ayahnya masih ada dan memiliki harta yang cukup, Adam selalu berfoya-foya dengan teman satu geng nya, namun saat Tuhan memutar roda kehidupannya, Adam yang masih memiliki adik harus menyingkirkan ego untuk bekerja keras menghidupi adiknya. "Kalau nanti Kakak pergi, kamu harus tetap jaga aurat kamu ya. Jangan sampai ada yang melihat sehelai rambut kamu dan menyentuh kamu kecuali mahram kamu, apapun yang terjadi kakak mohon jaga selalu harga diri kamu, jangan mau disentuh jika belum ada ijab Kabul." Keyla mengeryitkan dahinya, kata-kata kakaknya membuat dadanya sesak dan ada sesuatu yang mendesak ingin keluar dari matanya yang bulat. Keyla semakin mengeratkan pelukannya, wajahnya dia tenggelamkan di d**a bidang kakaknya, "kenapa kakak ngomong seperti itu? Kakak tidak akan meninggalkan Keyla, kan?" Adam mengelus kepala adiknya, entah mengapa ada sesuatu yang mengganjal di dadanya. "Kakak!" Adam mengerjabkan matanya, setetes air mata keluar dari matanya. "Kakak tidak akan meninggalkan key kan?" Adam mengangguk ragu, dia mencium kening adiknya dan melepaskan pelukannya. Adam menghapus air mata adiknya, "jangan menangis, dilanjutkan mengerjakan tugasnya, yang rajin sekolahnya biar enggak seperti Kakak." Dia hanya lulusan SMA, maka dari itu dia ingin adiknya memiliki gelar sarjana agar nanti mudah mencari pekerjaan. "Kakak tidur dulu ya, kakak capek. kamu juga kalau sudah selesai segera tidur, jangan terlalu memforsir diri, tubuh kamu juga butuh istirahat," jelas Adam. Keyla mengangguk, dia mencium pipi kakaknya saat kakaknya mencium keningnya. "Selamat malam kakak, semoga mimpi indah." Adam mengangguk dan segera pergi Menuju ke kamar. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD