Bab 1

1359 Words
Yoora membuka matanya lebar, dia baru saja terbangun dari tidur panjangnya. Napasnya terengah-engah seperti habis di cekik oleh seseorang. Matanya mengedar ke seluruh ruangan sekarang, dia tidak mengenali ruangannya berbaring sekarang. Yoora kemudian bergegas bangun dari rebahannya, namun rasa kaku dan sakit menjalari sekujur tubuhnya. Dia baru menyadari kalau ternyata banyak selang melekat di tubuhnya. Yoora menoleh ke kanan, ke kiri mencari seseorang, namun nihil Yoora tidak menemukan siapapun. Seorang Dokter sedang mengecek kondisi Yoora sekarang, mulai dari detak jantung dan juga tekanan darah juga. "Beruntung kamu sudah sadar, apa yang kamu rasakan, Yoora_shi?" tanya dokter itu sambil memandang perempuan bermata bulat yang cantik itu. Yoora tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Aku tidak merasakan apa-apa, Dok. Sepertinya aku hanya baru bangun dari tidur panjang. Sebenarnya berapa lama aku tidak sadar, Dok?" tanya Yoora membalas pertanyaan dokter itu dengan pertanyaan juga. Dokter itu tersenyum tidak menjawab pertanyaan Yoora, Dokter itu justru memberikan beberapa instruksi kepada suster yang sedang berada di sebelahnya sekarang. Yoora masih memandang Dokter laki-laki yang lebih cocok jadi seorang model itu menunggu jawaban atas pertanyannnya. "Sebaiknya Kamu sekarang istirahat, Yoora_shi, besok pagi-pagi sekali kita akan mengadakan beberapa tes untuk memastikan kondisi Kamu." Bukan kalimat itu yang sebenarnya Yoora tunggu, tetapi Yoora menuruti perkataan dokter itu dan menganggukkan kepalanya patuh. *** "Thank you, Hyung," ucap Lee Dokgo menerima secangkir kopi dari Hyung -panggilan adik laki-laki kepada kakak laki-laki-nya Lee Yeol. "Sama-sama, minumlah selagi panas. Siapa tahu bisa menghilangkan sedikit lelah mu," sahut Lee Yeol yang kemudian duduk di sebelah Dokgo. Terdengar suara Dokgo menyeruput kopinya pelan, kemudian dia menghela napas pelan. "Bagaimana, Dokgo-ya? Kau sudah menemukan perempuan yang ditabrak oleh Shi kyung?" tanya Lee Yeol lagi sembari menatap kearah adik ke2nya itu. Dokgo menggelengkan kepalanya pelan sekarang, dia terlihat sangat frustasi sekarang. Dokgo meletakkan cangkir kopinya kemudian menyandarkan kepalanya ke sofa sekarang. "Perempuan itu seperti hilang ditelan bumi Hyung, Aku sama sekali tidak bisa menemuka keberadaan gadis itu. Rumah sakit tempat di mana Shi kyung Hyung dan gadis itu dibawa pun juga tidak mau memberikan informasi, terkait dengan kode etik rumah sakit," jawab Dokgo yang kemudian memejamkan matanya pelan. Lee Yeol menepuk pundak sang adik pelan kemudian tersenyum, "Tenanglah, Dokgo-ya, nanti juga kita akan menemukan gadis itu," ucap Lee Yeol memberikan kekuatan kepada adiknya itu. Lee Dokgo menanggapinya dengan menganggukkan kepalanya mengerti. *** Beberapa hari terbangun dari koma Yoora mencoba mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya waktu itu. Yoora yang hanya tinggal sendiri di kota sebesar Seoul addlist tidak ada seorang pun yang mengunjungi dirinya. Sehari-hari di dalam kamar rawatnya, Yoora hanya sibuk memainkan ponsel dan terus mengingat kejadian apa yang serasa ada hilang dari ingatannya. Yoora melihat tanggal di ponselnya, lalu matanya terbelalak lebar. "Sekolah gue!" Pekiknya terkejut. Ternyata Yoora baru menyadari kalau dirinya sudah hampir sebulan tidak sekolah. Bergegas Yoora langsung menekan sebuah nomor dan tidak berapa lama terdengar suara di seberang sana. "Oh,,,Yoora kamu sudah bangun? Bagaimana kondisimu?" Tanya guru wali kelasnya Bu Yumi. "Maaf Bu, saya baru menyadari kalau saya sudah 1 bulan tidak sekolah, apa kah saya masih di perbolehkan masuk besok?" Tanya Yoora harap-harap cemas. Terdengar suara tawa kecil Bu Yumi, "Tidak apa-apa Yoora, masuklah kalau kamu sudah benar-benar merasa sehat. Kami pihak sekolah mengetahui kondisimu," jawab Bu Yumi menjelaskan. Yoora menghela nafas lega mendengar penuturan Bu Yumi. Setelah beberapa saat mengobrol, Yoora kemudian menutup panggilan teleponnya. Yoora meletakkan ponselnya di atas meja, senyum terkembang di bibir mungilnya. Setelah di perbolehkan pulang oleh dokter, Yoora mengemasi barang-barang miliknya lalu membuka tas kecil miliknya. Dia mengambil buku tabungan yang selalu dia bawa di dalam tas kecil itu. Dia mengitung dengan jarinya, lalu dia menghela nafas berat. "Setelah hari ini Aku harus kembali mencari pekerjaan paruh waktu," gumam Yoora sendiri kemudian keluar membawa barang-barang miliknya. Yoora pergi meninggalkan rumah sakit menggunakan taksi yang tadi di panggilkan oleh perawat. Yoora menyandarkan badannya lalu memghela napas berat. "Nona apa anda sudah benar-benar sehat? Wajah Anda masih terlihat pucat," tanya supir taksi sembari memandangi Yoora dari spion mobil. Yoora tidak langsung menjawab, dia justru memegangi pipinya sembari mengerutkan kening. "Benar kata Ahjussi ini, Aku memang masih sedikit lemas. Namun Aku tidak merasakan ada yang sakit lagi" gumam Yoora dalam hati membenarkan perkataan -Paman- itu. "Anniyo, Ahjussi, aku sudah baik-baik saja," -tidak- jawab Yoora sembari tersenyum semanis mungkin ke arah spion mobil taksi yang kemudian di tanggapi dengan anggukan kepala oleh Ahjussi itu. Setelah kira-kira setengah jam Yoora di dalam taksi, Yoora akhirnya sudah sampai di rumah kosnya. Dia kos di atap rumah seseorang yang cukup kaya, di Korea sangat umum atap rumah di sewakan kepada seseorang dan biasanya harga sewanya akan lebih murah dari pada rumah sewa yang biasanya. Yoora keluar dari taksi lalu menaiki anak tangga yang sudah 1 bulan terakhir ini tidak dia lewati. "Waaa,,,ternyata kegiatan menaiki tangga ini cukup membuatku rindu juga," gumamnya sendiri kemudian melanjutkan berjalan naik. 1 bulan meninggalkan rumahnya, otomatis membuat rumahnya pun penuh debu. Setelah membersihkan semuanya Yoora menjatuhkan dirinya di ranjang mini miliknya. "Hemmm,,,i'm back home," gumamnya kemudian tersenyum dengan sendirinya. Yoora yang merasa seluruh tubuhnya lemas sudah akan memejamkan mata terlelap kalau saja tidak ada yang menggedor pintu rumahnya, Yoora mungkin sudah terlelap. Dengan sedikit enggan Yoora berjalan membuka pintu, rumah kos miliknya memang kecil, jadi tempat tidur, ruang makan, tempat masak dan ruang tamu menjadi 1. Hanya kamar mandinya yang memiliki ruangan sendiri. "Siapa?" Tanya Yoora sembari membuka pintu, sedetik kemudian Yoora membulatkan matanya lebar melihat seseorang yang ada di hadapannya sekarang. "Maaf Ahjuma, Aku minta waktu 1 minggu lagi untuk membayar kos bisa?" Melihat -bibi- pemilik kos ada di hadapannya sekarang membuat Yoora teringat kalau dirinya belum membayar kos untuk bulan ini. Bibi pemilik kos sekarang justru tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Yoora. Kening Yoora mengkerut bingung, bersamaan dengan senyum Yoora yang kecut. "Ahjuma kesini mengantarkan sup ini, bukan menagih uang kos. Maaf Ahjuma tidak menjengukmu di rumah sakit. Sebagai gantinya Ahjuma membuatkan kamu sup ayam ginseng ini untuk memulihkan tenagamu," ucap Bibi itu kemudian menyodorkam panci kecil yang masih mengepulkan asap di atasnya. Yoora tersenyum sambil matanya berkaca-kaca, Yoora menyusut air matanya lalu menerima panci itu. "Gamsahabnida Ahjuma" -terimakasih- ucap Yoora yang kemudian di tanggapi dengan anggukan oleh Bibi itu. Setelah Bibi pemilik kos itu pulang, Yoora meletakkan sup ayam ginseng itu di meja. Perutnya belum terlalu lapar jadi dia memutuskan untuk kembali merebahkan dirinya di ranjang miliknya. "Sebaiknya Aku tidur sebentar," gumam Yoora lagi-lagi bermonolog. Matanya sudah terpejam, namun samar-samar Yoora mendengar air kran di kamar mandinya hidup. Reflek Yoora membuka matanya kemudian memandang  kearah pintu kamar mandi. Suara kran hidup itu pun berhenti, Yoora mengernyitkan keningnya bingung. "Apa Aku salah dengar? Jelas-jelas kran air kamar mandi baru saja hidup," gumam Yoora heran. "Atau karena Aku terlalu mengantuk makanya Aku mendengar hal-hal aneh," lanjut Yoora lagi. Dengan masih menyimpan keheranan, Yoora kembali memejamkan matanya karena memang dia sudah mengantuk berat. Yoora kembali membuka lebar matanya karena merasa jengkel ada seseorang yang memegang pundaknya sekarang. "Aku ingin terlelap sebentar saja tidak bisa ya tidak mengganggu tidurku?" teriak Yoora marah sembari duduk dan melihat siapa lagi yang mengganggunya sekarang. Padahal jelas-jelas pintu rumahnya sudah dia tutup tadi. Yoora sedang duduk di pojok ranjangnya yang sempit dengan wajah ketakutan sekarang. Bisa-bisanya sekarang ada laki-laki yang tidak Yoora kenal masuk ke dalam rumah kosnya ini. "Si,,,siapa kamu?" tanya Yoora sedikit gagap. laki-laki tinggi bertubuh cukup kekar berkulit kuning langsat itu tersenyum lalu mendekatkan wajahnya ke arah Yoora. "Kau sungguh tidak mengenaliku? Aku Shi kyung laki-laki yang menabrak kamu malam itu," ucap Shi kyung masih dengan mendekatkan wajahnya. Yoora yang merasa terintimidasi menelan ludahnya susah lalu mengatur nafas dan menatap wajah Shi kyung takut-takut. Yoora sama sekali tidak mengingat laki-laki dihadapannya sedikit pun. Dan bagaimana bisa Shi kyung masuk kedalam rumahnya padahal jelas-jelas pintu rumahnya sudah Yoora kunci tadi. "Lalu bagaimana kamu bisa masuk kerumahku ini, Shi kyung-shi?" tanya Yoora sopan karena merasa Shi kyung jauh lebih tua darinya. Shi kyung tidak menjawab pertanyaan Yoora, sekrang dia justru berpindah tempat dalam waktu sekedip mata. Dan itu sukses membuat Yoora terbelalak kaget karena melihat seseorang bisa berteleport di depan matanya. "Si,,,siapa kamu sebenarnya? ke,,,kenapa Kamu bisa berpindah secepat itu?" tanya Yoora lagi ketakutan dan semakin menjauhkan tubuhnya dari Shi kyung yang berdiri di sebelahnya sekarang. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD