PROLOG

449 Words
PROLOG Anna mengusap sudut matanya yang berair, ketika melihat benda persegi panjang yang dipegangnya menunjukkan dua garis merah. Itu berarti dirinya hamil. Tubuhnya bergetar hebat sebelum pada akhirnya terjatuh dan terduduk di lantai dingin kamar mandi itu. Isakan penuh penyesalan mengalun sempurna membalut heningnya malam itu. Sesosok lelaki yang berdiri di ambang pintu, hanya bisa melihatnya dengan sendu. Hatinya ikut sakit melihat betapa hancurnya wanita itu. Ini semua salahnya, jika saja malam itu ia tidak mabuk dan melecehkan wanita itu, kejadian ini tidak mungkin terjadi. Laki-laki itu masuk ke dalam kamar mandi, mendekap Anna dengan pelukan hangatnya. "Aku akan bertanggung jawab, kamu nggak perlu khawatir." Ia berucap. Anna mengusap kasar sudut matanya, tatapan tajam yang menyiratkan kebencian, wanita itu layangkan. "KAMU PIKIR DENGAN BERTANGGUNG JAWAB, ORANG TUAKU TETAP NGGAK KECEWA?!" Teriak Anna setelah menampar wajah laki-laki itu dengan keras hingga membuat sudut bibirnya mengeluarkan darah. Menyakitkan. Tapi, laki-laki itu bersumpah, rasa bersalahnya lebih besar daripada rasa sakit yang baru ia rasakan. "Aku sudah berjanji akan bertanggung jawab atas kehamilanmu, dan aku yang akan menjelaskan semua permasalahan ini. Lagipula ... kita sudah saling mengenal," ucap laki-laki itu memelan di akhir kalimat. Anna berdecih. "Justru, karena kita saling mengenal, mereka lebih kecewa. Ini semua karena perbuatan bejatmu! Kamu tidak seharusnya hidup!! Kamu harus mati!" Anna memukul d**a laki-laki itu, sementara laki-laki tersebut hanya pasrah menerimanya. Tiada gunanya berbicara dengan orang yang tengah marah. "Aku akan menggugurkan bayi ini," putus Anna kemudian. Matanya berapi-api. Namun, ucapan Anna itu rupanya menyulut amarah laki-laki itu. "Kamu gila?! Dia darah daging kamu sendiri! Aku bisa merawatnya kalau kamu nggak mau!" "Tapi kalau aku mempertahankan bayi ini, orang tuaku bakal tahu, dan mereka sudah pasti kecewa," ucap Anna yang sudah kembali beruraian air mata. "Tapi dia darah daging kamu Ann, dia anak kamu. Kamu nggak mungkin tega, kan bunuh dia?" Anna menggeleng lemah. Ia memang tidak pernah tega, tapi apa boleh buat? Ia takut dengan respon ayah bundanya. Ia takut dibenci. Ia takut dijauhi. Ia tidak menyukai situasianya. "Ini semua gara-gara kamu! Aku benci kamu!! Kamu b******k!!" Laki-laki itu mendekap Anna, mengucap kata maaf tanpa putus. Kesalahannya memang tidak termaafkan. Ia telah menghancurkan masa depan seorang gadis belia. "Aku bisa mengatasi semuanya, tapi aku mohon, pertahankan bayi itu. Aku janji, beasiswa kamu tidak akan dicabut, dan orang tua kamu juga nggak bakal tahu, asal jangan gugurin bayi itu. Aku mohon." Hingga akhirnya Anna mengangguk lirih. Dalam diamnya Anna berpikir. Usianya masih sangat muda, delapan belas tahun, tapi kenapa ia harus menanggung beban seberat itu? "Baik. Tapi aku punya syarat untuk kamu. Jangan pernah bertingkah seolah kita saling kenal, di manapun dan kapanpun itu. Apa yang terjadi, hanya akan menjadi rahasia di antara aku, kamu, dan Tuhan."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD