Jantung

483 Words
Jantungku adalah napas kehidupanku. Begitu pula dengannya, jantungnya adalah napas kehidupannya. Aku teramat mencintainya, teramat menginginkannya, apa pun akan kulakukan asal bisa mengembalikan semuanya, walaupun harus dengan cara membunuh banyak orang. Sepaku, gang sempit, Jumat, pukul 07.30 Balikpapan dikejutkan oleh tewasnya seorang pemuda di gang sempit di sebuah perkampungan yang terletak di pesisir Pertamina bernama Sepaku. Mayat itu ditemukan dalam keadaan telanjang badan dengan posisi tengkurap dan tangan terikat tembaga tali jemuran yang dililitkan amat kuat pada pergelangannya. Korban mengenakan celana jeans hitam lengkap dengan ikat pinggang bermotif tengkorak bajak laut. Sebelum di balik oleh warga sekitar, dari belakang tampak mulut sang mayat itu mengeluarkan darah. Di sekitarnya banyak sekali darah segar bersimbah bagaikan air yang ditumpahkan begitu saja. Darah itu mengalir perlahan seolah dia sendiri tahu kapan harus berhenti semburat dari setiap pembuluh dalam tubuh. Warnanya merah tua, pekat dan kental, bahkan kekentalannya itu sanggup menenggelamkan korban dalam aroma amis yang siapa pun pasti tak mengenal aroma itu sebelumnya, kecuali jika mereka menyayat tangannya sendiri dan menciumi darah yang keluar karenanya. Ya, darah manusia, aromanya, baunya, amisnya, takkan bisa disamakan dengan darah binatang mana pun. Ketika mayat itu di balik, orang-orang mendelik, terkejut melihat d**a pemuda bertindik tersebut berlubang. Setelah diperhatikan dari dekat, ternyata jantungnya telah tiada, seperti diambil dan ditarik secara paksa. Bagian yang berlubang itu sendiri sangatlah presisi, membentuk lingkaran yang nyaris sempurna, seperti dilubangi dengan bor atau mesin pemotong keramik. Sebagian dari mereka membekapkan telapak tangan ke mulut lalu menggeleng-geleng, ada yang menangis, bahkan ada yang menyumpah. "Siapa pun pelakunya adalah manusia biadab!" Mayat itu kemudian dibawa ke rumah sakit umum untuk diautopsi. Sementara dari pihak kepolisian melakukan olah TKP dan penyelidikan lebih lanjut. Yang menjadi pertanyaan warga adalah kenapa harus jantung yang hilang dari tubuh mayat tersebut? Ketika dilakukan autopsi, tidak terdapat tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh korban. Bahkan bekas sidik jari pun sama sekali tak tertinggal. Mayat dalam kondisi normal, nyaris bukan seperti habis dibunuh. Biasanya korban-korban pembunuhan akan tampak seperti habis dibacok, ditikam, digorok, atau semacamnya, setidaknya meninggalkan sayatan benda tajam atau pukulan benda tumpul untuk menghilangkan kesadaran korban. Akan tetapi, mayat ini, lihatlah! Satu-satunya indikasi adalah lubang di area dadanya saja. Selebihnya nihil, bersih. Seorang dokter spesialis bedah bernama Fajar menggeleng tak percaya. "Mayat ini dibunuh oleh pembunuh yang bukan sembarang orang. Bisa jadi pembunuhnya adalah seorang dokter ahli bedah juga seperti kita." Dokter lain menyahut, Sandi namanya. "Iya, kelihatannya analisamu benar. Lihatlah itu!" dia kemudian menunjuk-nunjuk ke d**a bagian dalam. "Bekas-bekas sayatan pada arteri jantungnya dipotong amat rapi. Kurasa dia sama sekali tidak meninggalkan lecet pada bagian aortanya." Dokter Fajar menanggapi. "Orang biasa takkan bisa melakukan hal yang sespesifik ini, San." "Jadi menurutmu pelakunya dapat dipastikan adalah seorang dokter bedah?" Dokter Fajar mengangkat bahu. "Entahlah apakah ini bisa dipastikan atau tidak. Yang jelas kita bisa mengatakan kepada pihak kepolisian bahwa sidik jari sama sekali tak ditemukan." "Artinya?" "Mereka pasti akan kesulitan mengungkap kasus ini."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD