. "Loving yourself starts with liking yourself, which starts with respecting yourself, which starts with thinking of yourself in positive ways". - Jerry Corsten
"Buat apa beli baju baru, Kiara? Tuh pakaian bekas ibu masih numpuk dalam lemari! Daster-daster juga banyak!"
Tutur mertuaku tatkala tahu aku minta dibelikan baju pada Mas Galih. Padahal bukan karena apa, tapi karena aku merasa sebagian besar baju sudah terasa sempit di badanku yang tengah hamil tua ini. Selama sejauh ini, aku hanya mengenakan pakaian bekas dari mertua dan ipar-iparku.
Jika ditanya kenapa aku tidak menggunakan uang Mas Galih, itu karena setiap gajian, semua uang Mas Galih selalu masuk kantong ibu mertua. Jika ditanya apa alasannya, mertuaku punya alasan lain,"
"Kalian tinggal di rumah ini, nggak perlu bayar sewa rumah, nggak perlu beli kebutuhan dapur, jadi kamu mau pegang uang buat apa? Tugasmu cukup bantu-bantu ibu di rumah saja!"
Cukup bantu-bantu katanya, tapi lebih tepatnya mengerjakan semuanya. Aku tak berhak memegang uang. Tugasku cuma bergelut di dapur saja.
Apa aku harus selamanya bertahan dalam situasi ini? Tidak, aku tahu apa yang harus aku lakukan.
***
Kiara berusaha bertahan menghadapi Galih, suaminya, yang masih senantiasa menggantungkan segala keputusan kepada sang ibu. Sikap Galih menjadikan sang ibu memegang peranan utama dalam kehidupan rumah tangganya. Sebagai seorang istri, Kiara merasa tak mempunyai peranan apa-apa dalam kehidupan rumah tangga mereka. Ia seorang istri yang tak lain hanya ditugaskan untuk mengurus rumah dan dapur saja. Selebihnya, ia tak diperbolehkan terlibat dalam hal apapun termasuk keuangan. Semua diatur oleh sang ibu mertua, termasuk untuk membeli barang pribadi sekalipun.Lalu apa gunanya seorang Istri apabila segala sesuatunya dikendalikan oleh mertua?
[Oh ya, Mas, jadi kan mau beliin Alwa tas yang Mas janjikan itu lho? Kan hari ini Mas gajian. Jangan ingkar janji lho, Mas. Ingat jatah buat Alwa dinaikin, dong! Masa cuma delapan juta terus? Naikin lima belas juta dong]
"Wow .... delapan juta? Oh My God ...! Jatahku saja cuma lima juta. Memangnya berapa sebenarnya gaji Mas Gavin sampai-sampai jatah selingkuhannya bisa lebih besar dari jatahku sebagai istri? Aku tidak boleh membiarkan semuanya terjadi! Uang-uang itu harus kembali padaku! Dan akan kuberikan pelajaran setimpal pada kalian, wahai pecundang!"
Vina terkejut ketika mengetahui kenyataan jika suaminya mempunyai wanita lain, tapi dalam kekagetannya dia tidak hanya diam dan menangis. Dia merencanakan sesuatu untuk membalas pengkhianatan itu.
Bagaimana cara Vina memperjuangkan hidupnya dan anak-anak? Bagaimana dendam Vina bisa terbalaskan?
Karena belum dikaruniai buah hati, seorang istri mengizinkan suaminya menikahi wanita lain. Namun siapa tahu pernikahan kedua suaminya itu adalah sebuah petaka.
Ketulusan dan keikhlasannya tidak di hargai sama sekali. Takdir memang tak selalu menyenangkan. Namun apa yang terjadi itulah yang harus di hadapi.
Berkat kesabaran dan keteguhan hati, maka terciptalah sebuah akhir yang bahagia.
Cerbung ini mengisahkan bagaimana seorang istri tangguh membalas pengkhianatan suaminya.
Di dini perjuangan seorang istri yang kuat melawan sakit hatinya. Ia nekat untuk membalas sebuah pengkhianatan tanpa menjatuhkan air mata.
Penasaran, yuk baca kisahnya ....