Gairah pemuda PolosDiperbarui pada Dec 11, 2022, 06:10
WARNING anda memasuki zona 18+
mohon agar stidaknya umur di kondisikan untuk membaca cerita ini
"Reza,Bapak mohon maaf padamu. Sepertinya ... tahun ini belum bisa kuliah dulu." Kedua mata Anton berkaca-kaca. Raut penuh kerutnya kini tampak kian muram. Ditatapnya lekat wajah anak lelaki satu-satunya tersebut.
Fahreza, namanya. Umurnya baru memasuki angka 20 tahun. Lelaki bertubuh tinggi dengan lengan berotot sekaligus penuh urat akibat terlalu giat bekerja itu runtuh hatinya. Cita-cita untuk berkuliah di jurusan teknik sipil yang telah lama dia idamkan, akhirnya harus pupus juga.
"Iya, Pak. Nggak apa-apa." Reza, begitu dia dipanggil, hanya bisa tersenyum getir. Diraihnya kedua tangan tua milik sang bapak. Kasar, begitu yang dirasa oleh Reza, Tangan kasar itulah yang menghidupi tiga orang anak tanpa merasa lelah. Tak sampai hati bagi Reza untuk menuntut anton yang hanya seorang kuli bangunan dengan penghasilan tak seberapa itu.
"Bolehkah aku meminta bantuanmu, Rez?" Pudin bertanya lagi. Cukup diragukan sebenarnya. Hati Anton berat untuk merepotkan putra sulungnya. Namun, apa boleh buat. Pada Rezalah dia bisa menggantungkan harapnya.
"Apa itu, Pak?"
"Mulai sekarang, Reza bisa kan, kalau bekerja penuh membantu Bapak di proyek?"
Reza mengangguk. Dikencangkannya genggaman di tangan sang bapak. Reza tak punya pilihan lain.
"Bisa, Pak. Sangat bisa. Reza akan bekerja
, sungguh-sungguh."
"Alhamdulillah. Bapak senang mendengarnya. Mulai lusa, kita akan mengerjakan renovasi rumah seorang nyonya. Kepala rombongan sudah menelepon Bapak kemarin. Dia kekurangan tenaga. Bapak bilang, Reza pasti bisa membantu. Bapak senang ternyata kamu memang bisa membantu, Rez."