Hai, selamat datang dan selamat menikmati karyaku, semoga kalian terhibur, ya...
(~ ̄³ ̄)~
Yuk, follow sosial mediaku dan jadi teman baik...
IG : sha.she.m13
eFBe : Sha She Mie
Tamat!
Warning! Mengandung beberapa adegan yang menguras emosi juga air mata!
Menjadi pujaan bukanlah keinginan, apalagi yang memuja adalah suami orang. Secinta apapun, berbalas atau tidak tetaplah sebuah kesalahan.
Pertemuan Inara Leora dengan Devan Mahendra disaat yang tidak tepat, memupuk rasa yang terlarang.
"Jadilah simpananku." Pernyataan gila dari seorang Devan yang ternyata merupakan putra pimpinan utama di perusahaan tempat Nara bekerja.
Bagaimana bisa, Devan yang sudah beristrikan Jenna Vista, malah menjatuhkan cintanya pada Nara?
"Jangan gila, Pak! Bagaimana jika istri, Anda tahu? Disentuh atau tidak, semua tetap terlihat salah."
"Kau bisa dapatkan apapun yang kau mau. Aku menyukaimu."
Karena hutang sang papa pada Tante Mara yang menggunung, juga ulah jahat Tante Mara pada adiknya–Lia, membuat Nara rela menghinakan diri. Beranikah seorang Inara Leora menukar mahkotanya dengan sebuah kata 'lunas'? Atau menjadikannya Hina karena sebuah kata cinta?
Cerita tentang ambisi, cinta dan realita.
Cover : IrumiDesign
Warning!
(Mengandung apa yang seharusnya dikandung, efek samping tidak menjadi tanggung jawab author. Seperti efek samping jadi lebih mencintaimu misalnya.)
Menjadi yang disembunyikan, tidak serta merta membuat Devasya Wirawan menjadi lemah. Devasya yang seketika dipaksa menelan pil pahit saat Maxel dengan lantang tak mengakui pernikahan mereka sekaligus calon anak kembar yang sedang Devasya kandung, terus bertahan tanpa rengekan.
Apa alasan dibalik tindakan Maxel yang kekeh menolak dan menyembunyikan Devasya? Sedangkan semua orang tahu, Maxel begitu mencintai Devasya.
Keduanya saling membunuh rasa rindu, menekan keinginan untuk bertemu, meski jarak sudah tidak lagi menjadi penentu.
"Kamu boleh nggak mengakui aku sebagai istrimu, setidaknya kamu harus mengakui mereka."
–Devasya–
"Aku hanya ingin melindungi kalian."
–Maxel–
Tahukah mereka jika semua itu tak lepas dari dendam juga obsesi seseorang?
Bukankah jika cinta dibumbui dendam, sama dengan menunggu kehancuran?
"Kamu atau aku yang hancur?"
–Someone–