Sudah tujuh tahun lamanya Maudi dan Dafa saling kenal satu sama lain. Pertemuan kali pertama mereka dimulai sedari Maudi, yang merupakan anak dari Lurah setempat, pindah sekolah ke SMA kawasan pesantren. Di sanalah ia bertemu Dafa. Pria gagah, yang selalu menundukkan pandangannya setiap kali melewati wanita. Pria gagah, yang berhasil membuat Maudi tertarik. Pria gagah, yang tak pernah melepas peci hitam lambang agamanya. Pria gagah, yang berkulit sawo matang dan bila tersenyum akan melukis lesung. Pria gagah, yang lahir dari keturunan Kyai. Pelan tapi pasti Dafa pun mulai memiliki perasaan dengan Maudi. Namun, perasaan itu tidak pernah mencapai titik temunya selayaknya hubungan asmara anak muda jaman sekarang. Hingga tujuh tahun berlalu. Perasaan mereka tetap sama. Tapi takdir tetap tidak memihak mereka. Hari itu, Maudi menyaksikan di depan mata kepalanya sendiri. Ia, pria yang begitu dicintai semenjak SMA malah menikahi wanita lain atas dasar perjodohan.