Rheva Pramudana mengalami kecelakaan dan mendapati dirinya terjebak dalam tubuh protagonis wanita dari n*vel yang baru saja ia baca. Tanpa ragu, Rheva langsung menggugat cerai Naren Mahendra, suami protagonis yang dingin, arogan, dan terang-terangan berselingkuh. Usaha Rheva untuk melepaskan diri dari Naren tidak semudah yang ia bayangkan. Naren selalu berhasil menggagalkan rencananya. Bahkan meminta orang untuk mengawasinya agar tidak pergi ke pengadilan. Rheva yang keras kepala dan pantang menyerah, mencoba berbagai macam cara untuk bisa bercerai dari Naren. Mulai dari membuat surat perjanjian yang memberatkan Naren, menghambur-hamburkan uangnya, hingga mengadu dengan menjelekkan Naren di hadapan Aditya Mahendra—kakek Naren. Sayangnya, semua usahanya gagal total. “Sebenarnya, apa yang kamu inginkan dariku, Naren?” tanya Rheva frustrasi. “Keinginanku hanya satu. Memilikimu selamanya,” jawab Naren dengan senyum misterius. Bisakah Rheva mengubah akhir cerita ini? Atau akankah ia selamanya terperangkap dalam takdir n*vel yang tidak bisa ia ubah?

Kehidupan rumah tangga Nabila seketika berubah ketika dirinya divonis penyakit TB paru. Herman—sang suami—perlahan mulai berubah sikap padanya. Tentu karena Nabila yang selalu menghindar setiap Herman mendekatinya. Herman menjadi sering pulang larut malam dengan bau alkhohol. Meski begitu, Nabila tidak memberitahu Herman mengenai penyakitnya. Nabila tidak ingin Herman menceraikan dirinya jika pria itu mengetahui penyakitnya. Hingga suatu saat, Nabila mengetahui Herman berselingkuh di belakangnya. Hal itu tentu membuat Nabila marah. Namun, ia tidak bisa melakukan apa-apa karena penyakitnya. Nabila hanya bisa berusaha keras untuk sembuh. Ia ingin mengambil kembali cinta sang suami. Namun, Tuhan berkata lain, setelah dirinya dinyatakan sembuh dari penyakitnya, ia mengalami pneumonia dan kanker payudara. Kehidupan Nabila semakin hancur saat Herman mengetahui penyakitnya dan menceraikannya. Apalagi tiga minggu setelah perceraian, Herman menikah dengan selingkuhannya. Membuat Nabila semakin tenggelam ke dalam kesedihan yang tiada akhir. Suseno, dokter yang merawat Nabila selama ini, mencoba membujuk Nabila untuk meneruskan hidup. Suseno setia dan tanpa lelah menemani dan memberikan dukungan pada Nabila. Akankah Nabila terus terpuruk dalam kesedihannya, atau Nabila akan mendengarkan ucapan Suseno untuk bangkit dan meneruskan hidup yang begitu kejam padanya?