Bagian 4

1178 Kata
"Baguslah, kamu pulang lebih cepat dari dugaanku. Hampir saja aku berencana menyeretmu," ujar Evano seraya menghampiri Kana. Dia segera mendekat dan tiba-tiba menyentuh dagu istrinya itu. "Buka mulutmu, aku harus pastikan kamu tidak mabuk!" Kana menurut saja walaupun sebenarnya jengkel dengan perlakuan suaminya itu. Dia segera membuka mulut dan menghembuskan nafasnya, sementara Evano segera melakukan tugasnya. 'Tau gini, tadi aku makan petai aja sebelum pulang. Sudah enak, dan setidaknya bisa sedikit balas dendam pada laki-laki j*****m in!' batin Kana. Lalu tanpa sadar senyum manisnya segera mengembang memikirkan idenya itu. Tidak kejadian, tapi tetap saja membayangkannya membuat Kana terhibur. "Kamu kenapa?" Evano mundur dan segera menatap Kana dengan tatapan sedikit menyelidik. Menyebabkan Kana jadi kikuk dan mengusap lehernya sendiri, tapi kemudian dia teringat sesuatu. Lantas menggunakan hal itu sebagai alasan. "Oh, enggak, tapi tadi aku dapat kiriman Mas dari pak Aksa. Mas tidak salah kirim bukan? Gaun dan satu set perhiasan itu buatku bukan? Aku senang banget kalau beneran," ujar gadis itu polos. Evano terdiam untuk sesaat dan menatap Kana dengan aneh sebelum mengangguk, kemudian mendengus kasar. "Itu hanya hadiah kecil, tidak usah norak dan berlebihan. Kauseperti diberi hadiah saja, padahal kau sendiri kaya Kana! Ayahmu pebisnis, sementara ibu kandungmu sekarang bahkan sudah menjadi ibu pejabat." Kana mengangguk saja, walaupun sebenarnya dia sedikit sesak mendengar kalimat dari suaminya itu. Sebenarnya pria itu tidak salah, walaupun tumbuh dilingkungan orang tua yang sudah bercerai, seharusnya Kana tidak kekurangan. Namun, Kana pun tak salah dengan perasaanya itu, karena kedua orang tuanya yang punya kehidupan masing-masing itu bahkan sudah melupakannya. Apanya yang cukup, Kana selalu kekurangan. Semejak nenek kandung dari pihak ayahnya tiada, Kana yang dirawat olehnya langsung terlantar. Dia hampir terluntang-lanting tanpa penopang hidup. Bekerja paruh waktu untuk kelangsungannya. Bukan karena tidak pernah meminta pada orang tuanya, tapi dia selalu diabaikan. Terutama ayahnya yang harusnya masih berkewajiban menafkahinya saat itu. Diaa bukan cuma jarang, bahkan bisa dihitung jari memberi Kana transferan. "Tapi tidak mengherankan juga, perempuan manja sepertimu memang selalu haus akan hadiah dan pemberian," cibir Evano. Kana mengangguk memuaskan pria itu, lantaran sekarang dia mulai sadar tidak ada gunanya melawan Evano. Meski kemudian dia juga harus menekan dad*-nya karena sesak di bagian sana. "Aku bahkan hampir berpikir kamu tidak bisa apa-apa, yah walaupun kamu punya bisnis kafe. Ah, sudahlah, lupakan itu, aku tidak mau bicara banyak, dan bersiaplah," jelas Evano meanjukan, tapi kali ini cukup ambigu. "Bersiap apa?" tanya Kana memastikan. Evano pun menjelaskan maksudnya, ternyata pria itu tidak benar-benar memberinya hadiah dengan cuma-cuma. Gaun itu diberi agar Kana langsung memakainya, karena ternyata dia harus menemani pria itu ke sebuah acara. ***** "Aku pikir kau akan datang bersama Wulan," ujar Orion. Dari yang Kana ketahui saat dia datang kesana dengan Evano. Pria itu adalah yang punya acara. Orion kenalan dekat dan juga baru saja melakukan kerja sama dengan perusahaan Evano. Kerja sama tersebut sukses besar dan acara malam ini adalah perayaannya, juga sekaligus pertunangan laki-laki itu. "Dia Kana Mahira Abrisam istriku," ungkap Evano, tapi saat Orion mengangkat tangan untuk berkenalan dan bersalaman, Evano langsung menarik mundur Kana. Seolah tidak rela membiarkan hal itu terjadi. "Oh, pantas saja. Aku pikir beberapa bulan lalu kamu kepergok meniduri wulan dan menikah dengannya," ujar Orion. Dia memang tidak menghadiri acara pernikahan Kana dan Evano, disebabkan karena sibuk mengurusi proyek di luar kota, ditambah acaranya memang dadakan. Pria itu hanya mendapat kabar dan tahu sahabatnya sudah menikah. "Tapi aku mendukungmu, akhirnya selera kita sama," Orion sedikit menaik turunkan alisnya."Daun muda lebih muda dikendalikan," lanjut pria itu bercanda dan Evano langsung mendengus seolah tidak setuju. "Diamlah, kau terlalu berisik!" ketus Evano. Namun, setelah itu beberapa rekan dan teman Evano yang mereka temui di acara itu pun membahas dan menanyakan hal serupa.'Kenapa tidak bersama wulan?' Lantas hall itu pun membuat Kana kepikiran. Siapa Wulan, apakah dia gadis tadi pagi, lalu apa hubungannya dengan Evano. Segera setelahnya Evano pun menjadi sibuk dengan orang yang di temuinya di sana. Sampai melupakan Kana, bahkan lepas dari pantauannya. Kana mendesah kasar dan ingin mengeluh, atau setidaknya mengajak suaminya pulang, tapi tentu saja dia tidak berani. Lalu fokusnya pun beralih pada stan makanan yang ada di sana. Tidak mengenal siapapun di sana, Kana akhirnya memutuskan makan saja, daripada bosan. "Kamu istrinya Evano?" Tiba-tiba sosok perempuan yang dia lihat tadi pagi muncul di sana. Mengingat bagaimana perlakuan Evano pada wanita itu, Kana menatapnya dengan sedikit tidak senang dan menjawab dengan ogah-ogahan. "Hm," dehem Kana sambil mengannguk. Namun, perempuan itu pun tampak sama, diapun berterusterang lewat tatapan tidak sukanya pada Kana. "Tidak usah bangga, kamu itu cuma istri hasil kepergok satu malam dan jangan-jangan Evano adalah orang kesekianmu," cibir perempuan itu. Kana tidak membalas, tapi dia terlihat seperti sedang menahan diri. Melampaskannya lewat memakan makanan yang sudah diambilnya dari stan makanan. Perempuan itu geram dan menepis makanan Kana hingga jatuh, tapi tampaknya kesabaran Kana masih cukup. Sampai gadis itu malah berbaik pergi dan bukannya melawan. Melihat hal itu, perempuan yang cari gara-gara tersebut pun jadi kesal sendiri, lantas dari belakang tiba-tiba menarik rambut Kana. "Jalang mura*an! Dasar tidak tahu malu ...." "Arrrggghhh ... lepaskan!" Kejadian tersebut pun akhirnya jadi pusat perhatian tamu-tamu yang ada di sana, tapi saat perempuan itu tak sengaja melihat Evano menoleh tiba-tiba dia pun membalikkan keadaan. Melepaskan Kana begitu saja dan menjatuhkan dirinya sendiri sambil menjerit. "Hiks-hiks, aku tidak menggoda suamimu, tas itu hanya hadiah ulang tahunku dan aku cuma menganggapnya saudara tidak lebih!" ucap perempuan itu. Kana segera mengerutkan dahinya bingung. Dia menatap geram, dan tidak habis pikir dengan maksud perempuan itu. Barusan menjambaknya dan sekarang tiba-tiba terjatuh dan memberikan penjelasan, padahal Kana tidak menuntutnya. "Yaasuda---" baru saja mau menjawab, Kana langsung disela seseorang dan orang itu tidak lain adalah suaminya sendiri. "Apa yang kau lakukan pada Wulan, Kana?!" Evano terlihat geram dan segera membantu perempuan itu berdiri, tapi karena itu Kana menyadari ternyata dialah yang sejak tadi ditanyakan orang-orang dipesta itu pada Evano. "Kak Evano jangan marah, kakak ipar hanya cemburu," ujar Wulan menjelasnya. Nada suaranya sangat berbeda dari saat berbicara pada Kana. Sekarang dia bicara lembut pada Evano. Kana tebak perempuan itu pasti sedang mencari perhatian. Memikirkan hal itupun membuatnya muak, sampai akhirnya sisa kesabarannya habis, saat melihat Wulan mulai kurang ajar dengan memeluk Evano. "IYA!" teriak Kana sembari menari Wulan dari Evano. "Aku memang cemburu. Hari ini cuma mendorong lain kali, aku akan membunuhmu, jika masih berani kegatelan pada suamiku!" bentak Kana. Sisi barbarnya pun keluar dalam seketika. Evano mendesah kasar, tapi masalahnya belum selesai karena laki-laki lain mendekat dan terlihat memastikan keadaan Wulan. "Ada apa ini, apa yang terjadi padamu Wulan?" kata orang itu nampaknya khawatir. "Tidak apa-apa, Kak. Ini hanya masalah kecil masalah perempuan," cicit Wulan. "Tidak bisa, lihat kondisimu jadi berantakan seperti ini." Tatapan lelaki itu pun tertuju pada Evano. "Kau apakan adikku, apa yang terjadi padanya?!" "Suamiku tidak melakukan apa-apa padanya, adikmu saja yang ratu drama.Dia cuma latihan akting di tempat yang tidak tepat. Jika tidak percaya silahkan cek CCTV!" jelas Kana. Baru saja menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba lengannya ditarik dan pelakunya adalah Evano. Tanpa melirik Kana yang kini dirangkul olehnya, pria itu segera minta maaf. "Maaf, aku tidak mengawasinya dengan baik." *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN