POV SANDRA
Aku cemburu. Cemburu setiap kali Akara duduk dengan cewek cupu bernama Aruni. Kenapa namaku harus di awali dengan huruf S? Duh!
Kenapa Aruni bisa ngobrol sesantai itu dengan Akara? Akara kenapa pandangannya manis banget ke Aruni? Atau jangan-jangan Aruni bukannya cupu tapi suhu? Ah aku harus memisahkan mereka. Aku gak mau Akara sampai suka dengan cewek cupu itu.
Akara Danendra Basudewa. Salah satu pewaris dari klan Basudewa. Cowok yang di gandrungi tak hanya oleh adik kelas, bahkan oleh kakak kelas. Ada beberapa kakak kelas yang diam-diam sering memberi perhatian dengan mengirimkan hadiah kecil untuk Akara.
Aku menyukai Akara sejak kelas satu. Kami satu kelas. Aku merasa senang saat kelas dua bisa sekelas lagi dengannya. Sayangnya, aku juga harus sadar bahwa yang menyukai dia banyak.
Bila aku tak bisa dekat dengan Akara, maka cewek lain juga tidak boleh.
********
Suatu hari aku mendekati Aruni. Aku harus memastikan bahwa dia benar menyukai Akara atau tidak.
Aruni malah menantangku untuk menjadi mak comblang antara dia dan Akara.
Oh My God!
"Muka kusut amat sih, San", sapa Savitri. Cewek paling cantik di sekolah. Kami sempat satu bangku saat di bangku sekolah menengah pertama. Memilih melanjutkan sekolah di tempat yang sama dengan dia adalah kesalahan. Setiap ada kontes kecantikan, aku pasti kalah. Harus puas di tempat kedua.
"Apaan sih, Sav. Lagi pe-em-es nih", jawabku asal. Konsentrasiku makin terganggu dengan Savitri yang memilih ikut duduk di gazebo.
"Nama Busana mau mengadakan lomba the next model nih. Kamu ikutan ga?"
"Bukannya mereka sudah punya brand ambassador ya?".
"Ya Malika Yashna kan ambassador skala nasional. Ini nyari buat yang level regional," terangnya padaku.
"Kamu ikut, Sav?", tanyaku memastikan. Bila dia ikut maka aku memilih mundur duluan.
Savitri menundukkan wajah. Air mukanya nampak sedikit keruh.
"Mungkin enggak, San. Ayah ingin aku fokus dengan sekolah."
Dalam hati aku bersorak kegirangan. Namun aku pura-pura bersimpati dengan kondisinya.
"Lalu karir modeling kamu gimana, Sav? Kamu kan udah sering ikut lomba."
"Ayah meminta aku berhenti dulu sampai waktu yang tidak di tentukan. Huft, padahal setiap model di kota kita memimpikan ingin jadi ambassador dari Nama Busana. Jarang sekali Nama Busana mencari model baru lewat lomba. Mereka punya tim sendiri yang bertugas menyeleksi model yang akan jadi ambassador," terangnya panjang lebar.
Aku sampai ternganga mendengar penjelasan Savitri.
"Kamu kok tahu banyak, Sav?".
Savitri tertawa pelan. "Akara itu temanku bermain sejak kecil, Sandra. Kami tetangga. Mama pernah mencoba melobi Ibunya agar aku bisa jadi salah satu model iklan. Aku di tolak dengan alasan hal semacam itu bukan urusan keluarga. Jika ingin menjadi model Nama Busana, harus siap bersaing secara langsung dengan talent lainnya."
Mati aku! Savitri yang kece seperti ini bisa di tolah mentah-mentah jadi model mereka.
"Susah juga ya masuk Nama Busana," ratapku lirih.
Savitri tersenyum simpul. "Pemilihan secara langsung ini juga yang pertama kali di helat. Katanya ambassador utama yang mengusulkan. Malika Yashna. Dia juga yang akan jadi juri."
"Kapan lomba ini, Sav?".
"Nunggu jadwalnya Malika longgar. Malika sedang mempersiapkan diri ikut kontes kecantikan skala internasional."
*******
Rencanaku menjauhkan Akara dari Aruni hampir berhasil. Akara kulihat tak pernah lagi menyapa Aruni. Meski masih duduk sebangku saat mata pelajaran pak Abdul, akan tetapi Akara selalu menghindarinya. Awalnya kukira akan terus seperti itu.
Hingga suatu hari aku di cegat Akara selesai jam pelajaran olahraga. Aku di paksa mengikutinya ke gazebo depan perpustakaan. Aku tak bisa menghindar karena Akara menyuruhku berjalan di depannya.
"Aku gak mau banyak basa-basi. Kenapa kamu bilang ke aku bahwa Aruni menyukaiku?".
"Aruni yang bilang ke aku, Aka."
Akara mendecih kesal. "Apa yang kamu bilang ke aku itu gak bener, Sandra. Aruni udah punya pacar."
"Serius? Cewek cupu gitu punya pacar?," jawabku tak percaya.
"Kamu tuh bigos ya emang. Gak bisa di percaya, bikin aku salah sangka dengan Aruni. Nyebelin."
Aku gak mau begitu saja disalahkan oleh Akara. "Loh kok kamu nyalahin aku sih? Kamu berharap Aruni beneran suka sama kamu? Cewek cupu gitu aja dibelain."
"Kamu gak tahu siapa pacar Aruni, San."
"Siapa?", tanyaku balik. Penasaran.
"Gak usah tahu. Mulai sekarang berhenti ngecengin aku dengan Aruni."
Akara beranjak meninggalkan gazebo. Di satu sisi aku senang mendengar kenyataan bahwa Aruni sudah punya pacar. Di sisi yang lain aku penasaran siapa cowok yang mau dengan dia.
*********
Sejak hari itu Akara berbalik menjaga jarak denganku. Yang membuatku heran meski tahu Aruni sudah punya pacar akan tetapi Akara malah semakin gigih mendekati Aruni.
Ada saja hal yang dilakukan Akara untuk Aruni. Mulai dari membelikan buku novel hingga mentraktir Aruni dengan camilan saat jam istirahat. Aruni yang awalnya bersikap dingin, lama-lama mulai melunak.