Mungkin tanpa dia tidak apa-apa,
Mungkin tidak ada dia tidak masalah
Banyak kemungkinan yang sulit dijabarkan dan pada kenyataannya melupa tidak semudah itu.
Resepsi pernikahan yang diidamkan setiap kaum hawa memang tidak bisa dipungkiri begitu pula yang diinginkan oleh Nana namun sayang Agal inginnya tidak perlu terlalu mewah yang penting sakral, seperti acara pedang pora yang diidamkan setiap calon ibu persit. Terlihat Agal tidak ingin tampak cuek di depan atasannya dia selalu tersenyum hingga acara pedang pora itu berakhir. Pemandangan yang jarang sekali Nana lihat, senyum Agal sangat mahal.
Upacara Pernikahan Pedang Pora merupakan tradisi untuk prosesi pernikahan perwira. Pedang Pora berasal dari kata Pedang Pura atau Gapura Pedang. Makna Pedang Pora yang dimaksudkan adalah iringan rangkaian pedang yang berbentuk berbentuk gapura. Dengan kata lain itu merupakan sebuah penghormatan bagi perwira yang akan memulai hidup baru dalam bahtera rumah tangga.
Tradisi Pedang Pora dalam upacara pernikahan militer bertujuan untuk melepas masa lajang bagi perwira militer. Selain itu, upacara ini juga bertujuan untuk memperkenalkan mempelai wanita kepada dunia militer, serta menunjukkan bahwa awal memasuki rumah tangga bersama prajurit yang mungkin akan melalui banyak cobaan, namun keduanya akan selalu bersama dalam menghadapi mahligai pernikahan.
Melihat Leon, Ajon dan Deri membuat Nana menjadi terharu ternyata adik-adiknya sangat gagah jika memakai baju kebesaran seperti ini.
"Pegangan," omel Agal yang melihat rangkulan tangan Nana di lengannya mengendur.
"Modus banget mau di pegang," balas Nana tersenyum.
"Saya mau cepat. "
"Capat apa Mas? "
"Cepat acara ini selesai. "
Ada kerutan kecewa dari wajah Nana ternyata laki-laki yang dia harapkan tidak menyukainya, apa Nana saja yang terlalu banyak berharap, memang susah menaklukan pangeran es seperti Agal tapi Nana percaya batu yang setiap hari ditetesi air akan menjadi lapuk juga apalagi hati manusia yang lambat laun akan turut mencair.
Berbagai rangkaian acara mereka lalui, raut lelah sudah terpancar di wajah Nana, belum lagi Aji yang menyanyikan lagu galau dan Ani yang berjoget di panggung awalnya bisa menghibur Nana, tapi lambat laun dia lelah juga karena terlalu bersemangat.
Bu Gendut juga turut hadir memeriahkan acara resepsi Nana, dari sekian banyak yang hadir hanya Bu Gendut yang sibuk mencari ice cream dan kresek hitam untuk dimasukkan ke dalamnya, memang kekuatan dari ibu-ibu kondangan.
Nana sudah kelihatan lelah dan tampak dari raut wajahnya yang sudah mulai letih.
"Gagal, udah cinta belum sama Nana? " tanya Perempuan itu di tengah-tengah sisa tenaganya.
"Kamu habis obat? "
Nana hanya diam karena memang tenaganya sudah habis akibat acara hari ini yang memang tidak berhenti-hentinya tamu undangan datang.
Bunda Lily yang melihat Nana sudah kelelahan, meminta tolong kepada Agal untuk mengambilkan minuman dan makanan, "Nak, ambilin dulu Nana nasi liat itu udah capek banget. "
Agal langsung saja bergerak mengambil apa yang tadi diperintahkan bundanya.
Reygan yang juga diundang benar-benar tidak suka ada pria lain selain dirinya yang mampu merebut Nana darinya.
Melihat Agal yang berlari ke arah meja makan, membuat Reygan mencegat tangan Agal.
"Nana perempuan baik, engga pantas buat orang kaya lo," ucap Reygan sinis.
Agal masih fokus mengambil daging rendang dan berbagai lauk-pauk yang tersedia, tidak sedikitpun terganggu dengan kalimat Reygan.
"Lo engga suka Nana kan? "
"Maaf, sudah bicaranya? Saya mau izin kembali ke atas panggung," jawab Agal seperti tidak ada percakapan serius.
Bisa-bisanya ucapan Reygan tidak satu pun di gubris oleh Agal, memang dasar pangeran es kutub yang berhasil membuat Reygan tidak habis pikir, jika Nana menyukai laki-laki dingin begini, cobalah waktu itu dia bersikap sama. Pasti sekarang Nana sudah menjadi istrinya.
Agal berjalan dengan tegap, memang cocok sekali menjadi anggota pasukan TNI-AD apalagi dia selalu rajin berolahraga.
"Nih, " ucap Agal memberikan sepiring nasi yang baru saja diambilnya.
Nana tidak mengambil sedikitpun nasi itu, dia hanya diam tanpa membalas, biasanya perempuan itu akan membicarakan apa saja yang membuat telinga Agal panas mendengar ocehannya.
"Ayo makan! " ajak Agal lagi, sambil mencoba mengambil sendok dan memberikan sesuap nasi kepada Nana.
"Nah, coba dari tadi peka, kalo istri sakit itu disayangi bukan malah dicuekin, " balas Nana menggoda.
Agal tidak mengambil pusing ucapan itu dan menyuapkan satu-persatu nasi ke dalam mulut Nana agar perempuan itu tetap selalu sehat.
Nana memakannya dengan lahap, ternyata menggoda Agal adalah salah satu kegemaran baru untuk Nana.
"Dulu, waktu SD temen Nana yang namanya Aji selalu suapin, masa sekarang Agal ga mau suapin," ucap Nana berbicara sambil penuh makanan di dalam mulutnya.
"Minta aja suapin sama dia."
"Tapi Aji sekarang udah punya istri."
Agal diam saja tidak menanggapi lagi apa yang dikatakan Nana. "Dulu Aji itu suka makanin Ikannya Nana sampai rebutan."
Diam, hanya Nana yang bicara sedangkan Agal tidak sama sekali menimpali.
"Aji itu kucing peliharaan Nana, tapi sekarang udah tenang, karena jatuh ditangga pas Nana berangkat sekolah."
Jadi selama panjang lebar dari tadi Nana menceritakan kucingnya, padahal Agal kira yang diceritakan oleh Lana adalah manusia.
"Kamu ini aneh."
"Kok Nana yang dibilang aneh?"
"Coba aja tanya sama cermin."
"Kan cerminnnya Agal."
"Hm."
"Kan jodoh itu cerminan diri, nah berarti cerminnya Nana itu Agal."
"Terserah kamu saja."
Berdebat dengan Nana hanya akan membuat Agal sakit kepala apalagi Agal juga sedang pusing melihat banyaknya tamu undangan.
Alin dan Hanif yang melihat puteri semata wayangnya sudah menikah rasanya tidak menyangka waktu cepat sekali berlalu.
Berbagai nasihat dibagikan oleh mereka berempat agar kelak kedua anaknya mampu melewati dinding
terjal bahtera pernikahan.
Semua rangkaian panjang itu sangat melelahkan, sampai akhirnya mereka menyelesaikan semuanya dengan sangat baik. Agal melihat Nana sudah kembali ceria. Ternyata banyak sekali tamu undangan hari ini.
***
Nana sedang asik membuat nasi goreng di dapur untuk makan malam mereka nanti tapi Agal malah memilih untuk tidur, mereka memang memutuskan untuk tinggal di Apartemen Agal selagi menunggu rumah mereka dibangun.
Apalagi nantinya Nana akan sering ditinggal bertugas. Nana tahu menjadi seorang istri dari aparat negara harus selalu siap jika sewaktu-waktu harus ditinggal.
Tidak lama Agal keluar kamar dan melihat Nana yang masih sibuk memasak, "Kamu mau ngadain acara hajatan? "
"Emang kenapa Mas? " tanya Nana yang suka sekali mengubah-ubah nama panggilan suaminya, tapi jika sedang kesal dia akan memanggil Gagal.
"Itu masakan banyak sekali. "
"Biar kamu bisa milih mau makan yang mana Mamas ku sayang, " goda Nana sambil tersenyum manis.
"Saya ngantuk. "
Agal berlalu tanpa mempedulikan masakan Nana yang banyak, sedih rasanya ketika usaha lelah yang sudah di upayakan malah tidak dihargai.
Nana menangis, tidak biasanya dia secengeng ini, baru sehari menjadi istri Agal tapi rasanya dunia seakan berjalan lambat. Seperti akan menerkam Nana dalam luka.
"Padahalkan Nana udah masak susah-susah, sampe luka kena pisau dan cipratan minyak panas," lirih Nana melihat tangannya yang melepuh dan yang satunya lagi dia perban dengan kain.