Terlalu Sering Sakit

1054 Kata
"Hari ini lo pulang sama siapa?" tanya Lintang sambil meniup asap bandrek hangat nya. Keyla langsung menaruh kembali secangkir bandrek yang sehabis diminumnya, "Biasa, Pak Hanum" "Kakak lo gak pernah jemput atau anter gitu?" tanya Lintang yang kelihatan nya penasaran. "Gue sama dia jarang ketemu, jadi ya gak deket" jawab Keyla tersenyum tipis. Percakapan santai diantara keduanya di Kafe Enak Pisan menambah kelengkapan suasana tenang kota Bandung yang sore ini dibasahi oleh air hujan. Lintang mengetukan jari nya ke permukaan meja ditengah kesunyian yang menenggelami sekitarnya, "Ngomong - ngomong, jadi gimana?" "Apa nya yang jadi gimana?" tanya Keyla mengerutkan dahi nya heran. "Lo sama Kevin" ujar Lintang dengan ekspresi wajah yang tidak bisa ditebak. Keyla menaikan kedua bahu nya, "Gak gimana - gimana" "Masih mau nunggu yang gak pasti?" tanya Lintang lagi dan lagi. Rasanya setiap detik dentingan jarum jam yang terdengar ikut menertawakan kebodohan gue karena terlalu mengharapkan seseorang yang bahkan sudah tidak pantas lagi untuk diharapkan. Lalu, Keyla menatap ke jendela di sampingnya, memperhatikan setiap bulir hujan yang jatuh satu persatu, dan selalu begitu. "Lo tau apa hal yang paling romantis dari hujan, Tang?" tanya Keyla tiba - tiba. Lintang sontak menggeleng. Keyla membuka notes di hp nya yang berisi beberapa kata manis yang tersirat di dalam buku - buku yang pernah ia baca, "Dia selalu mau kembali, walaupun tau rasa sakit nya jatuh berkali - kali" Tawa Lintang justru keluar begitu saja, mendengar kata - kata bijak yang tidak biasanya diucapkan oleh Keyla sangat sukses karena berhasil mengocok perut Lintang. "Ih emang lucu? Harusnya lo terenyuh" kata Keyla memanyunkan bibir sambil meletakan kembali hp nya di atas meja. Lintang tersenyum dan menekuk kedua tangan nya di atas meja, "Tapi kalo kata nya Dilan, seharusnya cinta itu indah. Tapi kalo bagi lo enggak, berarti lo salah memilih pasangan" Keyla mengerjapkan kedua mata nya berkali - kali setelah mendengar apa yang di ucapkan Lintang. Mungkin seorang Lintang Arthur biasa mengatakan kata - kata bijak di setiap pidato nya yang sangat terkenal dengan penekanan setiap kata yang di keluarkan nya. Tapi untuk mengucapkan kata - kata bijak tentang romantisme percintaan siswa SMA, membuat Keyla berfikir siapa Lintang yang sebenarnya sedang duduk didepan dirinya sekarang. "Oh ayolah, gue dapet itu dari salah satu cewe yang fangirling di timeline LINE gara - gara mau punya cowo kayak Dilan" jawab Dilan dengan memutar kedua bola mata nya. Kemudian Keyla mengeluarkan senyum meledek nya, "Dilan doesn't exist in reality, Tang" "Tapi lo suka gak sama Dilan?" tanya Lintang. Merasa jengkel, Keyla hampir saja mengacak - acak rambut nya sendiri, "Tell me who's the stupid girl that doesn't want to be Milea" "Kalo Dilan bisa jadi dirinya buat Milea. Gue bisa jadi Dilan buat lo" ujar Lintang dengan menaikan alis kanan dan kiri nya bergantian. Bandrek panas yang sedang diminum Keyla hampir saja ia semburkan ke depan wajah Lintang apabila tidak bisa ia tahan. Sungguh, sepertinya saat ini Keyla bukan sedang bersama Lintang yang dikenal nya selama satu tahun lebih. "Lo bukan Lintang ya?" tanya Keyla tampak bodoh. "Emang bukan" jawab Linatng. Keyla membulatkan mata nya, "Terus lo siapa?" Lintang tersenyum jahil, "I'm Yours" Dengan sepersekian detik, Keyla langsung memegang dahi Lintang dengan telapak tangan nya. Mencoba merasakan apakah Lintang sedang mengalami panas tinggi sehingga tidak sadar dengan yang diucapkan nya atau memang... "Don't flirting" keluh Keyla lelah. "Elah bilang aja lo baper 'kan? Padahal gue cuma bercanda doang loh, Key" kata Lintang dengan menjulurkan lidah nya. Kadang gue merasa bahwa cowo itu terlalu menganggap remeh tentang perasaan. Jadi, mereka bisa seenaknya membuat cewe seneng dengan kata - kata manis nya tanpa sebenernya gak punya niatan sedikitpun. Ternyata rasa takut akhirnya dapat kalah dengan rasa penasaran, "Tang, gue boleh nanya gak?" "Yaelah serasa lagi ngobrol sama strangers, huh?" kata Lintang. "Lo mantan nya Cindy?" tanya Keyla spontan. Lagi - lagi Keyla memang tidak sedikitpun mengeluarkan lelucon atau mencoba untuk membuat Lintang tertawa, tapi, justru sekarang Lintang sedang tertawa dengan menatap Keyla seolah - olah adalah orang bodoh. Hingga akhirnya Lintang yang melihat wajah bête Keyla berhenti tertawa, "Itu pas jaman SMP, Key" Tidak tahu mengapa, setelah mendengar jawaban Lintang, Keyla refleks menghembuskan nafas nya seolah - oleh lega setelah mengetahui kenyataan nya. "Kok tiba - tiba lo nanya itu?" tanya Lintang yang penasaran. "Keingetan pas gue lagi ngumpul sama XXX" jawab Keyla seadanya. Menyebut XXX saja membuat Keyla langsung memikirkan Kevin. Apa yang sedang Kevin lakukan, dengan siapa, dan tentu saja apa perasaan yang ada di dalam hati nya. "Dia emang mantan terakhir gue" sambung Lintang.   Keyla tertawa, "Terindah juga gak?" "Mana ada mantan terindah? Karena kalo udah jadi mantan mah, gak ada indah - indah nya. Percaya deh sama gue" kata Lintang meyakinkan. Tidak setuju dengan pernyataan Lintang, Keyla menggeleng, "Mungkin emang gak ada mantan terindah, tapi adanya kenangan terindah bersama mantan. Yoi, kan?" Lintang langsung memukul mulutnya, "Udah ah ngapain ngomongan mantan? Dosa" Suara dentingan pisau yang beradu dengan piring ketika Keyla memotong pancake nya bersamaan dengan Lintang yang sedang mencopot jaket nya. Jaket abu-abu polos yang selalu dipakai Lintang cukup membuat Keyla ingin membahasnya. Tidak heran jika oranglain ingin mengetahui cerita dibalik jaket itu, karena Lintang memang kelihatan nya tidak mau kehilangan benda kesayangan nya itu. "Jaket abu-abu itu salah satu benda kesayangan lo?" Lintang langsung melirik hoodie yang kini dipangkuan nya, "Jaket terakhir bokap sebelum berhenti jadi atlet" "Oh jadi ceritanya benda legendaris?" tanya Keyla. Lintang mengangguk, "Banget. Dan gue berharap bisa nerusin jejak bokap" "Pantesan muka Papa lo kayak gue pernah liat gitu" kata Keyla mengingat - ngingat wajah Papa nya Lintang. Raut wajah Lintang langsung kaget, "Lah liat dimana? Papa gue gak terkenal" Kini Lintang yang bingung karena Keyla tiba - tiba tertawa. "Papa gue juga dulunya atlet" jawab Keyla. Kedua nya tiba - tiba terdiam. Apalagi Lintang yang sepertinya masih merasa kaget ketika mengetahui bahwa profesi Papa mereka dulunya juga seorang atlet. Diikuti dengan persamaan nama belakang mereka yang hanya dibedakan dengan huruf terakhir di nama Keyla. "Di dunia ini banyak orang, Tang. Jadi ya wajar aja kalo punya beberapa kesamaan satu sama lain" kata Keyla. Lintang tersenyum, "Kali aja jodoh ya, Key?" "Gue masih disini dengan perasaan ke orang yang sama, Tang" jelas Keyla. "Alah lo terlalu sering dibuat sakit hati sih, sampe lupa enaknya rasa dibahagiain" sindir Lintang tajam. Keyla hanya menyipitkan mata nya. "Apalagi dibahagiain sama gue" sambung Lintang.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN