Bab 13: Sorry

566 Kata
Indra ternyata memilih tidak menghubungiku.             Aku sudah menunggu sampai satu minggu, tapi dia sama sekali tidak menghubungiku. Nomornya bahkan tidak aktif. Dia pergi begitu saja. Menolak untuk menjadi pacarku secara halus tapi menyakitkan.             Persetan dengan Indra.             Aku mulai berusaha untuk berhenti memikirkannya.             Yang penting, aku harus kuliah dengan benar.             Dan dunia kuliahku yang indah dimulai hari ini dengan melihat Lukas menjadi idola para senior. Asal kalian tahu, band Lukas jadi sangat terkenal. Jadi, banyak senior yang ingin berfoto dengan Lukas bahkan meminta Id Line-nya.             Aku turut prihatin, tapi aku tidak bisa membantu apa pun. Aku malas berurusan dengan banyak orang.             "Keyra! Ayo kita sembunyi!" Lukas menarik tanganku, mengajakku berlari entah ke mana.             Aku pasrah saja berlari bersamanya. Aku tidak mau tertangkap oleh para senior itu. Mereka terlihat menyebalkan.             Lukas mengajakku bersembunyi di perpustakaan. Di sini sangat sepi, Lukas mengajakku bersembunyi di bawah meja perpustakaan.             "Kenapa harus ngumpet di sini, sih?"             "Di sini aman." Lukas mengatur napasnya. Dia memang tidak kuat berlari.             "Lukas ... kamu di mana, Ganteng?"             Ah! Itu suara kakak senior yang tergila-gila dengan Lukas.             "Luk, gue teriak, ya?" ledekku jail.             "Eh, jangan." Lukas tampak panik.             Aku tersenyum miring, dan mulai membuka mulutku. Tapi, tiba-tiba ... Lukas menutup mulutku dengan bibirnya.             Dia menciumku.              Membuatku membeku seketika.             Kenapa dia menciumku?             Dia akhirnya menjauhkan wajahnya setelah suara senior sudah tidak terdengar lagi. “Lagian, lo tadi mau teriak.”             “Gue bercanda, astaga. Kenapa lo bikin gue diem dengan cara gitu, coba?” Aku keluar dari bawah meja, merapikan baju dan rambutku.             Lukas menggaruk kepalanya dengan bingung. “Lo marah?”             “Iya, lah. Lo pikir, gue bakal seneng gitu?” Aku mendnegus, lalu berjalan cepat meninggalkannya. Aku masih shock, sebenarnya.   *** Semenjak Lukas menciumku, jantungku jadi berdebar tidak karuan setiap melihatnya. Apa aku tiba-tiba jatuh cinta pada Lukas? Ah, tidak mungkin.             Aku pasti hanya shock.             Aku bahkan jadi merasa canggung dan salah tingkah setiap dia mengajakku bicara. Lukas bilang, ia panik dan tidak sengaja menciumku. Lucu sekali, 'kan?             "Plis, maafin gue, Key..." Aku berusaha menghindari Lukas lagi hari ini, tapi ia tiba-tiba memelukku. "Gue b**o. Gue udah ngehancurin persahabatan kita. Maaf..."             Aku yakin, kami berdua menjadi pusat perhatian anak-anak hari ini. Astaga, kami masih berada di dalam kampus!             "It's okay, Luk. Lo 'kan nggak sengaja. Yaudah..."             "Lo terdengar kesal."             "Nggak, kok."             "Beneran?"             "Iyaaa. Cepetan, lepasin gue."             Lukas akhirnya melepaskan pelukannya, menatapku dengan senyum kecut. "Lo udah maafin gue?"             "Ya. Tapi, tolong lupain kejadian yang waktu itu. Anggap aja nggak pernah terjadi. Oke?"             Wajah Lukas memucat, ia mengusap wajahnya dengan frustrasi. "Lupain?"             "Ya, lupain."             "Nggak bisa, Key. Gue nggak mungkin bisa ngelupain kejadian itu. Akhirnya, gue berani nyium lo." Lukas terkekeh hambar. "Lo nggak tau betapa menderitanya gue selama jadi sahabat lo..."             "Apa?"             "I love you, Keyra. Always." Lukas memelukku lagi, bahkan lebih erat dari yang sebelumnya.             "Lukas, kita--"             "Kasih gue kesempatan. Gue akan jadi pacar yang baik buat lo, Key. Serius!" Suara Lukas terdengar begitu putus asa. Aku merasa semakin tidak tega.             Jika aku menolaknya, mungkin saja dia akan melakukan hal bodoh dan kami tidak akan berhubungan dengan baik lagi.             Tapi, jika aku menerimanya, bagaimana dengan Indra?             Apa janjiku masih berlaku?             Hey, dia bukannya sudah memilih untuk menolakku? Ya ampun, kenapa aku hampir melupakan hal itu?             "Oke, gue mau jadi pacar lo, Lukas." Aku yakin, di masa depan aku akan sedikit menyesal, tapi ... aku yakin Lukas akan membuktikan kata-katanya. Ia akan pacar yang sangat baik. Hingga mungkin, aku sampai tidak tega putus darinya...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN