Fachri menggelembungkan kedua pipinya, seraya menaiki satu persatu anak tangga rusun untuk menuju ke unit yang ditempati Arin. Sekaligus rumahnya untuk beberapa waktu ke depan. Langkahnya kini terasa berat setelah melewati hari tak kalah beratnya dengan bumi yang kini ditempati. Begitu banyak masalah yang dihadapi sedangkan ia belum menyelesaikan satupun masalah yang kini dilimpahkan padanya. Setelah ini, Fachri pun harus menghadapi sikap dingin Arin yang selalu saja menolak kehadirannya. Padahal niatnya baik ingin menyelamatkannya dari cibiran orang-orang, dan rencana Mayang yang tidak pada tempatnya. Sebelum masuk, Fachri menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskan secara kasar. Ia mengusap wajahnya yang tampak lelah, serta sedikit memperbaiki penampilannya yang kini tampak kus

