Maya ikut menyusul Erwin ke dalam kamar. Saat Maya membuka pintu kamar. Erwin mendongak menatap Maya. Tatapan yang tidak biasa, membuat Maya semakin penasaran. Tapi, tak berani bertanya lebih. "Oh iya, aku mau tanya. Paket yang kemarin kamu kirimkan itu, untuk apa?" tanya Maya. "Paket apa? Bukannya kamu sudah menyajikannya tadi?" Erwin balik bertanya. "Bukan palu sama paku itu. Ini soal pakaian yang seperti kain pel kompor itu," ujar Maya, membahas tentang lingerie. Erwin memutar otaknya, mencoba mengingat paket apa yang Maya maksud. "Yang mana? Ada banyak paket yang aku kirim setiap hari. Aku lupa," sahut Erwin, benar-benar melupakan kesalahan yang Iwan buat. Maya menghembuskan nafasnya kasar, lalu melangkah menuju tumpukan paket yang sengaja ia susun di sudut ruang kamar. "Yang i

