Namanya Rerena Athalas, anak dari pengusaha tekstil kaya raya. Dia sering disapa dengan nama kecil yang cantik yaitu, Rere. Sifatnya begitu friendly, selain wajahnya yang terpahat manis, Rere juga terkenal baik hati dan sering menolong.
Rere itu mempunyai sifat yang bertolak belakang dari kakaknya, Reno.
"Halo, Kay," Rere menyapa seseorang melalui sambungan telepon yang tadi malam juga dihubunginya. "Kayla... gue, gue bingung banget nanti harus dateng ke acara wisudanya sama siapa?"
"Kan udah gue bilang, Re. Bujug kakak lo, gue yakin kakak lo pasti mau kok."
Di seberang sana, terdengar sekali suara yang kurang enak didengar. Kayla, sahabatnya itu sesekali menjatuhkan barang yang entah apa dan bagaimana bisa terjatuh.
"Lo lagi ngapain sih, Kay?"
Rere penasaran, dia terganggu dengan suara yang berasal dari tempat Kayla.
"Sorry ya Re, pensil alis gue jatoh, hahaha~"
"Ck, lo dandan sendiri?" Rere bertanya.
"Iya, ngga sempet kalo harus sewa orang."
Rere memutar bola matanya, malas. "Gak sempet atau karena gak mau ketebelan makeup-nya?"
"Hahaha~"
Garing sekali, Rere jadi ikut sebal mendengarnya. Dia sudah rapi sejak pukul tujuh pagi, dan sekarang sudah pukul delapan. Acara wisuda pun akan dimulai pada jam sembilan nanti, tapi Kayla tak jua kunjung selesai merias diri? Apa ini dikarenakan Rere yang meneleponnya tengah malam, ya?
Ah, nggak tau deh. Yang terpenting saat ini itu siapa yang bakalan nemenin gue wisuda?! Rere membatin. Lalu dia berdeham, membuat Kayla bertanya.
"Kenapa, Re?"
"Ngh, orang tua lo... berdua sama gue boleh ngga?" Takut-takut, Rere akhirnya mencoba bertanya.
Seakan mengerti, Kayla yang tadinya terdengar heboh sendiri di seberang telepon sana akhirnya berdiam dan terkekeh. "Iya Re, tenang aja. Apaan si yang enggak buat sahabat sendiri."
Rere tersenyum kesenangan, sahabatnya itu benar-benar pengertian. Berbeda sekali dengan Reno. Andai saja, Rere mempunyai saudara kandung yang berusia seperti Kayla, pasti hidupnya akan menjadi tenteram, damai dan sejahtera sepanjang masa.
Setelah menunggu, Rere memutuskan untuk berangkat bersama sopir yang diperkerjakan oleh orang tuanya.
Rere menyapu pandang, dia sudah tiba di gedung mewah tempatnya wisuda. Gedung yang sudah dihadiri teman-temannya bersama orang tua mereka masing-masing. Bohong jika Rere tidak cemburu, perempuan dengan riasan serba merah muda itu terlihat lesu. Dia... menjadi tidak selera untuk ikut wisuda.
"RERE!"
Merasa dipanggil, Rere menoleh ke sumber suara yang berasal dari arah belakang. Di sana sudah ada Kayla dan orang tuanya.
Beruntung banget ya Kayla, dia punya orang tua yang pengertian. Nggak kayak gue. Lagi-lagi, Rere membatin.
"Gak usah melas gitu lah mukanya, ayo masuk." Seakan mengerti, Kayla menggapai tangan Rere. "Oiya, gue juga udah bilang sama Mama Papa gue kok, Re, jadi lo gak perlu insecure karena mami sama papi lo nggak ikut. "
Namanya... Kayla Nadinda. Perempuan dengan polesan make up serba nude itu tersenyum ramah. Retina cokelat madu itu sudah dicap sangat baik hati sekali. Selain cantik, Kayla juga berprestasi, dia senang sekali menulis karangannya. Kulit sawo matang yang dimiliki Kayla mampu membuat pria mana pun akan berselera.
Kayla... mempunyai daya tariknya tersendiri.
Orang-orang sering menyapanya Kayla. Tetapi berbeda dengan orang tuanya Kayla sendiri, mereka lebih terbiasa memanggil Kayla dengan sebutan 'Nadinda', panggilan yang diambil dari nama belakangnya.
Sewaktu-waktu, jika Rere sedang bersama Kayla, saat itu pula berhasil membuat hati Rere merasa iri. Tetapi mau bagaimana lagi, sudah kodratnya Rere menjadi makhluk seperti ini.
***
Selama acara berlangsung hingga akhirnya selesai, Rere terlihat begitu bahagia. Rere melupakan Reno, kakaknya. Perempuan yang tak kalah cantik dari Kayla itu tiba-tiba saja menjadi muram.
Kini... sesi pemotretan tiba.
Tidak ada seorang pun dari keluarganya yang hadir. Tanpa aba-aba pula, tangan Kayla mengelus pundak sahabatnya dengan lembut.
"Tenang Re, ada orang tua gue."
"Ngh, makasih, Kay." Rere tersenyum, Kayla mengangguk.
Kini, giliran Kayla dan orang tuanya yang masuk ke dalam studio, mereka akan melakukan sesi pemotretan. Meninggalkan Rere yang tengah duduk seorang diri di ruang tunggu seraya menatap nanar pintu yang sudah dijumpai oleh sahabatnya lebih dulu.
Wajah Rere terlihat muram hingga dia tidak menyadari kehadiran seseorang yang telah mengambil alih tempat duduk yang ada di sampingnya.
"Tadi itu... teman kamu?"
Suara ini, tiba-tiba saja mengingatkan Rere pada--
"Kak Reno?!" Rere terkejut, dia tidak menyangka.
"Hm."
"Kak Reno... kok... bisa di sini?" Rere bertanya, dia masih tidak menyangka dengan kehadiran kakaknya. Matanya terus menyoroti Reno seakan-akan Rere tidak percaya bahwa yang ada di hadapannya saat ini adalah kakak kandungnya sendiri.
Reno Athalas.
Rere kembali bersuara. "Lo bukan seyton, kan?"
Reno berdecap. "Saya... pulang saja, lah."
"Eh- Kak Reno!" Rere panik, dia melototi sulung Athalas tanpa rasa takut. "Kalo lo beneran kakak gue, lo harus temenin gue buat pemotretan! Kalo bukan lo, siapa lagi yang bakal temenin gue buat foto kenang-kenangan waktu wisuda."
"G!"
"Kak Reno!!!"
"Ada syaratnya."
Rere berdecap sebal. "Apa?! Jangan yang aneh-aneh, deh."
"Cukup comblangi saya dengan teman kamu yang tadi."
Reno tersenyum senang, tangannya yang kekar itu mulai menyelusupi saku celananya.
"S-s-serius Kak Reno ma-mau dicomblangin?!" Rere... bertanya, dia benar-benar terkejut. Selama ini, selama delapan belas tahun Rere hidup satu atap dengan Reno, hari ini adalah hari pertama untuk Rere mendengar Reno berbicara perihal wanita. Rere pikir, Reno adalah pria yang tidak suka dengan lawan jenis. Tapi...
"Kalau ngga mau, saya pulang."
"Iya, iya, yaudah Rere comblangin, asalkan lo ikut disesi pemotretan wisuda gue ya?!"
"Hm."
"Deal."
Sepasang adik kakak itu berjabat tangan layaknya seorang pengusaha dan koleganya.
Reno merasa senang, bahkan sangat senang sekali. Ternyata, sahabat adiknya adalah perempuan yang sudah Reno cintai dan cari-cari sejak kecil. Dan perempuan itu adalah Kayla Nadinda, perempuan yang Rere sebut namanya pada sambungan telepon tadi malam.
Maaf, Kay. Lo harus ketemu sama om-om celamitan kayak Kakak gue.
Tapi... kayaknya nggak ada salahnya juga sih kalo gue ngedeketin sahabat gue sendiri sama si Reno beruang kutub. Toh, mereka cuma beda sepuluh tahun doang kok.
Kak Reno berusia dua puluh delapan tahun dan Kayla delapan belas tahun. Couple banget, kan?
Rere... cekikikan sendiri.
Hingga tiba waktunya untuk Rere memasuki studio pemotretan bersama Reno.
Rere berjalan dengan bangga, saat dia ingin memasuki pintu studio, saat itu pula Kayla dan keluarganya keluar.
"Kayla, gue ngga jadi sewa orang tua lo, hehe, kakak gue dateng juga pada akhirnya," jelas Rere, mengamati wajah Kayla yang merasa asing dengan Reno.
Pasalnya, selama mereka bersahabat, ini adalah kali pertama bagi Kayla melihat Reno, kakak sahabatnya sendiri.
"O-oh, g-gitu. Yaudah, Re." Kayla tersenyum canggung, dia merasa terintimidasi dengan tatapan Reno yang tak luput ke arahnya. Bahkan, tatapan Reno seakan mengandung kalimat tersirat jika 'Kamu Tidak Boleh Pergi dan Tidak Akan Bisa Pergi Dari Saya'.