Dengan hati yang kian membara setiap Migael menyebutkan terkait Elvrince. Nancy berjalan menyusuri lorong rumah menuju suatu tempat yang membuatnya selalu nyaman. Nancy memasuki ruangan lalu mengunci pintu,raut wajah datar yang selalu terlihat berubah sendu setiap ia berada di ruangan ini. Dengan langkah pelan ia menghampiri meja kerja dan duduk di kursi. Mata yang selalu menatap tajam setiap orang kini mulai megeluarkan cairan bening yang mengalir tiada henti.isak tangis pilu mengisi satu ruangan.tangis yang terdengar menyakitkan yang bahkan tidak ingin hilang meski telah sepuluh tahun lamanya. Ikrar janji yang selalu bedengung di telinga seperti petir yang setiap saat bisa datang. Nancy menelungkupkan wajah ke meja kerja dengan tangis yang tak mau berhenti.
‘’kenapa harus sesakit ini,hiks hiks...’’ lirih Nancy
‘’saya berjanji di hadapan Tuhan,hamba tuhan dan seiman menjadikan engkau sebagai istriku dan satu-satunya seumur hidupku’’
Bagaikan di sambar petir. Nancy yang baru saja tiba di New York,merelakan waktu untuk menemui sahabat yang di cintai tapi malah mendapat kejutan yang luar biasa. janji tetap janji yang setiap orang bisa melupakan begitu saja. Setiap detik dan setiap saat ia selalu memikirkan dan merindukan namun apa yang ia dapat dari semua kesetiaannya. Orang yang merubah jalan hidupnya dengan tega melupakan janji. Ia berbalik dan berlari keluar,jangankan menemui.sepatah kata saja tidak mampu ia ucapkan.sekuat apapun dirinya tetaplah seorang wanita yang bisa merasakan sakit. Nancy melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.rasa sesak dan panas dalam hati terasa mencekik, membuat akal sehatnya hilang. Mobilnya berhenti di bibir tebing yang menghadap laut lepas. Nancy keluar dan berdiri menghadap laut berteriak sekuat mungkin. Langit malam berhias rembulan yang membulat sempurna,debur ombak yang menabrak karang seakan tidak mampu melunturkan sesak dalam hati nancy.
‘’aku jatuh hati padamu.sifatmu yang menjengkelkan selalu berputar di otakku hingga seluruh saraf di tubuhku beku’’
‘’aku ingin kau menjadi permaisuriku’’
‘’kita akan memiliki anak yang lucu’’
‘’ laki-laki atau perempuan mereka akan sama hebatnya’’
‘’mau atau tidak kau akan mengandung anak-anakku’’
‘’Tidaaaakkkkkk’’ teriak Nancy sambil menutup kedua telinga dengan kedua tangan.
Kata-kata cinta yang pernah terucap terus berputar di kepala,ia berusaha menepis dengan tangan mengusir namun nihil.itu hanya sisa kata yang melekat. Ia menjatuhkan diri di atas tanah sambil menangis tergugu. Ia menyesali kenapa mudahnya menjatuhkan hati pada seorang pria yang hanya mengatakan janji manis. Begitu bodohkah dirinya,tidak bisa membandingan lelucon dengan kata serius. Sebegitu ingkankah dirinya memiliki cinta layaknya wanita lain?,atau memang dirinya yang tak tau diri dan bodoh untuk tahu tentang kata cinta sungguhan dan lelucon. Nancy terus menyalahkan diri sendiri.ya.hanya itulah yang ia rasakan,biarkan kali ini ia menangis seperti wanita luaran yang sedang patah hati karena memang itulah yang ia rasakan saat ini.
Entah berapa lama Nancy menangis di tempat yang sama dengan tubuh melantai di tanah. Isak tangis yang tiada henti membuat seorang pria yang sejak tadi mengikuti dan melihat dari jauh,meninggalkan mobilnya dan melangkahkan kaki menuju tempat dimana Nancy yang masih setia meratapi kesedihan. Sang pria mulai menunduk ikut duduk di tanah,tangannya terulur memeluk erat Nancy.Nancy yang memang membutuhkan sandaran membalas pelukan sang pria dan menangis di d**a bidang sang pria. Tidak ada kata yang di ucapkan dari mereka, hanya suara isak tangis yang menyatu dengan debur ombak.
‘’semua akan baik-baik saja. Lupakan yang telah terjadi. Ayo, sudah waktunya kita pergi’’ uncaps pria yang merangkul bahu Nancy
***
‘’papi sama mami bertengkar?’’ seruan Glowry membuat Migael tersadar dan menatap putrinya yang sudah berada disamping.
‘’kau sudah siap nak, maaf papi tidak menyadarimu’’ ucap Migael
‘’Glow bertanya tentang mommy, tapi papi malah membelok ke lain arah.’’ Sunggut Glowry.
‘’mommy banyak pekerjaan, mommy dan papi tidak bertengkar sayang.’’ Ucap Migael mengelabuhi sang putri. ‘’katanya mau belanja dan makan hotdog jumbo? Tidak jadi kah?’’ imbuhnya lagi. Sontak membuat Glowry sedikit tersentak.
‘’tentu jadi. Kita pergi sekarang.’’ Seru Glowry sambil menyambar tangan Migael dan menggeret untuk beranjak.
Melihat wajah polos dan tingkah laku Glowry yang semakin hari kian menggemaskan membuat hati Migael bahagia. Waktu semakin cepat berlalu,bayi kecilnya kini tumbuh menjadi gadis kecil yang cerdas dan cerdik. Tawa yang selalu menyambut kepulangannya adalah obat paling mujarab menghilangkan lelah. Migael mulai melajukan mobil dan keluar dari area Mansion.
‘’lama sekali kita tidak jalan-jalan ya.’’ Celetuk Glowry memecah keheningan.
‘’kalau papi menemanimu jalan-jalan terus kita akan Bangkrut Glow.’’
‘’iya juga. tapi Glow bosan Pi, dua puluh empat jam di rumah terus. Tidak ada teman, bahkan sekolah juga di rumah’’ tutur Glowry yang mengeluarkan keluhan.
‘’Glow, tidak semua teman akan baik pada kita. Terkadang sahabat juga bisa menusuk kita dari belakang. Tapi bukan berarti semua teman itu jahat. Teman yang benar-benar baik itu hanya beberapa saja. Jangan mudah percaya pada teman Glow.’’ Ucap Migael yang menasehati sang putri sambil tetap fokus memandang jalan di depannya.
‘’apa papi punya teman yang benar-benar baik?’’ tanya Glowry yang sudah dengan posisi menghadap Migael.
‘’tentu ada Glow. Mommymu.’’ Jawab Migael sambil menoleh sekilas ke Glowry.
‘’tidak seru.’’ Ucap Glowry cuek dengan memposisikan tubuhnya menghadap kearah jalanan.
Mobil yang dikendarai Migael terus melesat membelah ramainya pusat kota. Jalan tol yang berliku,cuaca yang cerah dan panas, gedung-gedung besar yang menjulang tinggi. Mereka terus mengobrol sepanjang perjalanan. Glowry yang bertanya ini dan itu, Migael yang menjawab layaknya sang pemandu. Memang benar apa yang dikatakan orang, bahwa anak perempuan akan lebih dekat dengan sang ayah ketimbang dengan ibu. Sekian lama berkendara akhirnya mereka tiba di pusat perbelanjaan terbesar di kota. Ayah dan anak itu berjalan bergandengan karena tempat yang mereka kunjungi sangat ramai. Selain semua hal tersedia di tempat ini ditambah mereka berkunjung tepat di akhir pekan jadi tak heran jika tempatnya begitu padat pengunjung.
‘’mau makan dulu atau belanja dulu glow?’’ tanya Migael disela langkahnya,karena sejak tadi ia dan Glowry hanya berjalan.
‘’kita pergi makan dulu pi.’’jawabnya
‘’baiklah,mari kita masuk ke kedai hotdog kesukaanmu’’ seru Migael dan diangguki Glowry cepat.
Kini mereka menikmati makanan masing-masing. Tidak ada suara apapun yang keluar,Glowry terlalu sibuk dengan hotdog jumbo. Dan Migael yang telah selesai makan hanya memperhatikan gadis kecilnya sambil tersenyum. Kesukaan yang menurutnya aneh, karena seingat dia,seluruh keluarganya dan keluarga Nancy tidak ada yang menyukai sossis blackpaper.
“aku masih ingin makan lagi papi, tapii...aku sudah kenyang” ucap Glowry begitu makanannya habis sambil mengelus perut.
“Kita bisa membungkus lagi Glow, kalau kau masih ingin makan” ucap Migael santai. Tangannya melambai memanggil pelayan.
“Kau papi yang terbaik” ucap Glowry yang duduk berseberangan sambil melempar ciuman untuk sang ayah.
“papi memang yang terbaik.” Sahut Migael dengan gaya angkuh. Glowry memutar bola matanya malas.
“oke.sekarang waktunya aku menguras saldomu papi” ucap Glowry dengan semangat dan kini ia beranjak membetulkan penampilan sejenak lalu menggandeng tangan Migael.
Mereka keluar dari restoran. Menghampiri satu persatu toko yang ada di pusat perbelanjaan. tak selang berapa lama ke empat pengawal sudah menenteng kantong belanja yang tak terhitung berapa banyak. Setelah puas mengelilingi mall, mereka pulang.
‘’apa kau bahagia sayang?’’ tanya Migael setelah berada di dalam mobil.
‘’tentu saja papi’’ jawab Glowry singkat sambil mengenakan sabuk pengaman.
‘’asalkan kau bahagia,apapun akan papi berikan padamu’’ ucap Migael lembut sambil mengelus rambut panjang Glowry.
‘’Glow sangat beruntung memiliki Papi. Sekarang mari kita pulang, mommy akan menjerit jika putri tercantiknya ini lama bepergian’’ ucap Glowry.
Sepanjang perjalanan tidak ada sepatah kata yang mengiringi perjalanan pulang mereka. Migael menoleh kesamping dan ternyata putri tercintanya tidur nyenyak.
Tiga puluh menit berkendara akhirnya mereka sampai. Melihat Glowry yang masih tidur,dengan hati-hati Migael meraih tubuh kecil itu dan membawanya ke kamar. Setiap pergerakan Migael bahkan tidak membuat Glowry terbangun, ia malah merasa nyaman. Setelah meletakkan sang putri,Migael berkeliling rumah mencari keberadaan Nancy. Setahu Migael di jam sekian Nancy akan duduk di taman atau di depan tv jika tidak sedang bekerja. Lelah berkeliling akhirnya Migael bertanya pada salah satu asisten rumah tangganya. Kini ia berada di depan pintu sebuah ruangan,Migael menekan knop namun pintu terkunci dari dalam. Inilah yang selalu terjadi jika ia mengangkat satu nama yang sekarang menjadi sumber kemarahan Nancy. Migael hanya ingin Nancy keluar dari dunia sepi yang selama sepuluh tahun ini menyelimuti dirinya. Migael hanya ingin Nancy kembali ke keluarga dan sahabatnya. Melupakan masa lampau meski itu berat, tapi ia juga tidak memaksa karena bukan hal mudah untuk melupakan begitu saja. Apa salahnya juga kalau mencoba, Nancy juga sudah bahagia memiliki keluarga.
Migael beranjak dari depan pintu dan pergi ke kamar untuk mengambil kunci cadangan. beruntung ia sempat menduplikat kunci ruangan Nancy sehingga jika dalam keadaan seperti ini dapat digunakan. Begitu pintu terbuka ia segera masuk dan menutup kembali pintunya. Ia berjalan mendekati meja kerja yang besar dimana Nancy menelungkupkan wajah. Dengkuran halus menyapa indra pendengaran saat Migael berdiri disamping Nancy, ia menunduk meraih tubuh Nancy dan menggendong ala bridal style.
Migael membaringkan tubuh Nancy ke ranjang dengan lembut agar Nancy tidak terbangun. Setelah membaringkan Nancy ia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan badan. Migael yang telah selesai mandi ikut membaringkan tubuh di samping Nancy dengan posisi miring. Ia terus memandang wajah sendu Nancy, wajah ceria yang ia lihat pertama kali kini tak pernah lagi ada.
“apa aku dan Glowry tak cukup membuatmu bahagia seperti dulu, sampai kapan dirimu beku seperti ini. Kau selalu bilang jika kau bahagia tapi wajah dan sorot matamu berbeda.” Batin Migael sambil memandang wajah Nancy. Tidak berapa lama ia pun ikut tertidur.
***
Entah berapa lama Migael dan Nancy tidur,hingga suara melengking menyapa pendengaran kedua orang dewasa yang nyenyak dibalik selimut. sontak keduanya terbangun dan duduk saling memandang lalu mengarahkan pandangan ke pintu, gadis kecil yang berkacak pinggang dengan tatapan marah layaknya anak harimau yang mengeluarkan taring siap mencabik.
“Aku menunggu kalian sangat lama sampai kelaparan dibawah. tapi papi dan mommy malah nyenyak dalam selimut.” Teriak Glowry yang setia diambang pintu.
“maafkan kami sayang,sudah membuatmu kelaparan.” Ucap Migael sambil beranjak melangkah ke arah Glowry dan diikuti Nancy dari belakang.
“papi,kau itu milikku. Bisa tidak,kalau dirumah jangan mengabaikanku.” Ucap Glowry disela langkah menuruni tangga.
“ya,oke.” Jawab Migael singkat. Putrinya memang posessive
“sejak kapan kalian menukar seragam?” celetuk Nancy ketika sudah berada di meja makan dan melihat para asisten rumah tangganya yang kini memakai seragam warna ungu yang lucu menyiapkan menu makan malam.
“sejak tadi siang,mommy.” Jawab Glowry enteng. Dan pandangan Nancy beralih kepada sang putri.
“itu terlihat aneh Glow...ditambah bando dengan hiasan kupu.” Ucap Nancy yang menatap ngeri para asisten
“seragam mereka itu sudah usang dan kuno mom, apa salahnya jika glow menggantinya dan ini bill untuk seragam mereka.” Jawab Glowry sambil menyodorkan selembar kertas dengan nominal yang membuat Mata Migael dan Nancy akan melompat dari tempatnya.