Sekarang hari Sabtu, yes besok bisa berduaan dengan Minggu. Minggu-minggu UTS telah berakhir. Tapi...tunggu sebentar, tunggu sebentar. Aku menoleh kearah meja kerjaku, tumpukan apa itu?
Oalah... ternyata tumpukan buku Ulangan Harian mata pelajaran Seni Budaya yg belum selesai aku koreksi dikarenakan kesibukanku sebagai panitia UTS ditambah tumpukan map yang berisi lembar jawaban UTS anak-anak juga telah bertengger manis diatas mejaku.
Aku mendesah sebentar, untung saja hari ini bukan jadwal belajar melainkan jadwal remedial pasca UTS, jadi waktu di sekolahan hari ini bisa aku manfaatkan untuk mengoreksi mata pelajaran Seni Budaya 4 kelas, mata pelajaran IPS 5 kelas. Itu baru untuk UTS, sedangkan Ulangan Harian bab 2 untuk seni budaya masih ada 2 kelas yang belum tersentuh. Jadi total ada 11 kelas. Fix bakal mabuk koreksian ini!
Tanpa basa basi aku segera mulai mengoreksi tumpukan lembar kerja anak murid. Yang pertama-tama harus dilakukan adalah membuat kunci jawab yang sudah dibolong-bolongkan sesuai jawaban yang benar. Ini akan memudahkan semua guru dalam mengoreksi soal pilihan ganda. Kalau soal esai ya mau nggak mau, wajib dibaca jawaban dari anak yang empunya kertas.
Setelah selesai membuat lembar jawab, aku segera menuju meja panjang didepan tempat duduk jejeran-jejeran petinggi disekolah ini jika ingin rapat yang untuk sementara waktu dialihkan untuk tempat duduk mahasiswa PPL. Maklum dari mejaku aku tidak kebagian kipas angin. Saat ini aku butuh kipas angin biar nggak gerah ngelihat hasil UTS anak-anak.
"Kakak numpang duduk disini ya?" tanyaku sopan meskipun sebenarnya aku bisa main duduk manja nan manis di bangku salah satu dari mereka mengingat hirarki statusku lebih tinggi. Tapi tetap saja, sopan santun harus di utamakan dong ya? Iya kan? Iya.
"Silahkan saja kak. Kami mau ke dapur, mau bantu masak-masak"
"Titip salam rindu kakak ya sama pihak dapur. Dan sampaikan maaf kakak yang tidak bisa ikut bertempur didapur. Lagi digerilya koreksian ini. Habis dapat amunisi dari siswa" ucapku sambil menunjuk tumpukan koreksian yang aku angkut ke meja depan.
Mereka tersenyum mendengar ucapanku. Pihak dapur adalah anggota TU muda pastinya, makanya aku berani berseloroh. Kalau yang udah sepuh mah, beuhhh bisa kena ceramah non stop akunya.
***
"Kak bubur pedasnya udah jadi. Ada didapur ya kak" salah satu dari mahasiswa PPL itu menghampiriku.
Bubur pedas adalah salah satu makanan khas daerah Sambas, Kalimantan Barat. Ini bukan bubur nasi yang diberi banyak sambal sehingga jadi pedas. Bukan, bubur pedas adalah sejenis makanan sehat –sepertinya- karena isinya terdiri dari berbagai jenis sayuran dan dari beras yang disangrai lalu diblender agar halus. Kalau bingung, silahkan mampir ke om google J
Aku tersenyum "Nanti kakak nyusul deh, lagi nanggung ini"
Dia mengangguk dan meninggalkanku untuk melanjutkan aktivitasnya di dapur.
Aku melirik jam di pergelangan tanganku. Ternyata sudah jam 10.00. Dari jam 07.00-10.00 aku mengoreksi nonstop dan kuhitung sudah 6 kelas yang selesai. Sisa 5 kelas lagi. Harus selesai sebelum jam 12.00, minimal koreksian UTS udah harus rampung, agar hari Minggu ku tenang, tentram dan bahagia seperti pengantin baru. Pengantin baru dengan siapa? Tentu saja dengan hari Minggu. Sudah ku ungkapkan bukan betapa aku mencintai hari Minggu?
Sebenarnya aku bisa saja meminta tolong siswa untuk mengoreksi pilihan ganda namun semester lalu pernah aku lakukan dan ternyata banyak yang salah koreksi, sehingga aku harus kerja 2 kali. Kapok deh!
"Dira, makan dulu yuk. Koreksiannya nanti dilanjut lagi"
Aku mendongak dan menatap Bu Zulaikha.
"Duluan saja bu, lagi nanggung ini, sebentar lagi selesai" ucapku lembut. Maklum ngomong sama orang tua harus dijaga nada dan ekspresinya. Ini bukan munafik loh ya, ini namanya sopan santun.
Berkali-kali aku mendapatkan ajakan yang sama dari guru-guru senior dan sepuh dan berkali-kali pula aku menjawab dengan jawaban dan nada yang sama pula.
"Makan dulu nih Dir"
Suara berat itu memang selalu yang paling the best dalam memahami karakter orang.
Aku melihat semangkok bubur pedas telah terletak di samping tumpukan koreksianku yang telah rampung.
"Makasih Bang Gigin" ucapku tanpa perlu menoleh pada orangnya, aku udah hapal kalau suara dan kelakuan Gigin. Kalau orang lain cuma nawarin doang, Gigin langsung in action ngantarkan aku makanannya. Best lah!
"Udah dibawain ini, makan dulu"
"Nanggung Bang Gin, bentar lagi selesai"
"Selesai versi kamu itu bukan selesai hanya 1 kelas atau 1 siswa tapi langsung rampung semua kelas"
Aku hanya nyengir merespon ucapan Gigin.
Namanya Ginda, nama panggilan Gigin. Gigin guru BK. Statusnya masih jomblo. Umurnya 28 tahun. Wajah? Tampan. Hanya tampan saja bukan kategori tampan luar biasa. Tinggi 176 cm. Ada yang berminat mendaftar mengisi posisi sebagai pendamping hidup Ginda?
"Mau aku suapin nggak?"
Aku langsung membuka mulutku. Tanda setuju. Mau bagaimana lagi? Tangan kananku memegang pulpen dan sibuk dengan koreksian.
Makan pakai tangan kiri kan nggak boleh, aku kan manusia yang menolak dimasukan dalam golongan setan. Beda dunia, beda level, beda alam.
Guru-guru yang melihat kedekatanku dengan Gigin santai saja, B aja mereka mah.
Pintu ruang guru selalu tertutup, kalau siswa ingin masuk keruang guru, wajib ketok 4 kali dulu. Kagak boleh ganjil, katanya setan kan kalau ngetok jumlahnya 3x. Makanya biar tau yang ngetok itu siswa atau setan, jadi siswa wajib ngetok 4 kali sebelum masuk. Beneran ada peraturan kayak gitu disekolah ini? Ya nggaklah. Sebebasnya siswa aja mau ngetok pintunya berapa kali.
Gigin mah bebas mau dekat dengan wanita manapun. Semua tak akan curiga, semua tak akan berprasangka buruk hingga timbul fitnah.
* * *
Aku melangkahkan kakiku ke apotik yang direkomendasikan oleh kakak sepupuku yang berprofesi sebagai perawat disalah satu rumah sakit di kota ini.
Setelah beberapa kali aku merasakan tangan dan kakiku akhir-akhir ini sering kesemutan. Akhirnya aku memutuskan untuk mengecek kolestrol ku untuk pertamakalinya.
Aku juga mengecek kadar gula darahku. Meskipun didaftar keluargaku tidak ada riwayat menderita diabetes namun aku sangat menyukai makanan yang manis-manis. Brownies dan Donat adalah 2 hal dari banyak hal yang sangat aku sukai.
Dan aku sangat menyukai makanan yang digoreng hingga crispy karena itu maka disinilah aku berdiri sekarang untuk mengecek kolestrol.
Bagaimana setelah ini aku tidak boleh makan ayam goreng tepung atau cumi goreng tepung atau udang goreng tepung lagi?
Membayangkannya saja membuatku ingin menangis manja. Favoritkuh inikah saatnya kita say goodbye? Baiklah see you later saja. Aku tak sanggup berpisah untuk selamanya. Secinta itu aku tuh pada kalian!
Duh kenapa semua makanan nikmat versiku sangat tidak menyehatkan?!
Aku tidak takut jarum suntik, buktinya ketika aku mendonorkan aku biasa saja bahkan saat aku harus ditusuk berkali-kali oleh jarum suntik ketika darahku harus diambil sampelnya untuk mengecek apakah aku positif thypus atau malaria aku juga biasa saja. Bahkan ketika aku di infus di rumah sakit karena positif thypus dan para perawat harus menusukku beberapa kali hingga menemukan tempat yang pas, mungkin pembuluh darahku ketutupan lemak sehingga mereka sulit menemukannya. Eh tapi betulkan ya yang mereka cari adalah pembuluh darahku? Entahlah, aku kan bukan anak kesehatan.
Tapi aku benci tes seperti ini.
Ditusuk dengan tiba-tiba oleh jarum yang super halus hanya agar aku berdarah sedikit untuk mengambil sampel darahku untuk dites.
Tidak sakit memang, hanya saja aku benci perasaan terkejut seperti ini, untung saja aku tidak punya riwayat latah.
"Kolestrolnya 198 ya mbak, masih normal namun hampir mendekati. Jangan sampai melewati angka 200 ya mbak. Gula darahnya 86, masih normal juga"
Aku mengangguk mendengar ucapan mbak-mbak apotiknya.
198? Lebih tinggi dari tinggi badan aku. Astaga.
86? Lebih berat dari berat badan aku. Alhamdulillah. Eh?
Saat aku sampai dirumah, adzan isya telah berkumandang.
Setelah sholat isya, aku membuka w*****d, mencari cerita yang sanggup membuatku baper hingga ketitik maksimal. Sekali-kali menghibur diri yang haus akan liburan nggak apa dong?
Sebentar...sebentar...saudara-saudara dunia oren. Sepertinya ada yang kelupaan.
Oh iya misiku.
Satu hari satu pesan cinta.
Kepada siapa?
Tentu saja pada es kutub utara.
Si dokter s***p eh saraf.
Aku mulai membuka aplikasi wa dan mengetikkan pesan, inginnya sih pesan cinta namun apa daya belum ada rasa cinta darinya padaku.Apadah Dir.
Pak...
Yuhuu bapak...
I'm back...
And I'm miss you even you not miss me~~~
Read.
Tumben cepat terbacanya. Namun jangan bahagia dulu saudara-saudara. Laki-laki tua yang tidak lagi muda ini namun tidak pernah sadar umur mana mungkin membalas chat unfaedah dariku.
Namun tak mengapa karena aku adalah Indira, wanita pekerja keras. Kerja keras meluluhkan es di kutub. Upahnya? Gaji seumur hidup si es kutub.
Pak, kaki saya suka kesemutan kalau duduk lesehan lama-lama.Kaki saya manis kali ya pak? Atau sayanya yang kali yang manis makanya sering kesemutan. Kan semut suka yang manis-manis. Dihhh bapak kalah dari semut.
Tapi saya udah cek gula darah.
Hasilnya 86. Tinggi pak, KKM mata pelajaran yang saya ampu aja cuma 75.
Tapi kata mbak-mbak apotiknya yang cantik karena mbak-mbak apotiknya perempuan jadi nggak mungkin saya bilang tampan, meskipun saya maunya yang jaga pria tampan,mapan dan beriman agar jari saya yang udah berdebu jarang disentuh ini bisa kembali merasakan pori-pori dari kulit seorang pria. Gula darah saya normal. Percaya saya pak, kalau mbaknya jujur 99%.
Kenapa cuma 99%? Saya sih mau aja pak ngasih kepercayaan saya 100%. Cuma takut menduakan Allah pak, saya nggak mau dapat dosa besar pak. Saya maunya dapat bapak aja. Tapi bukan sebagai bapak saya. Melainkan sebagai....#mohonmaafsebagiantekshilang.
Read.
Calon imam sedang mengetik...
Oh my god...calon imam sedang mengetik cuy. Calon imam siapa? Calon imam aku tuh, bukan calon imam kamu apalagi calon imam masjid.
Perlu diperiksakan agar jelas
Singkat, padat, dan jelas. Jarinya lagi sariawan kali ya makanya nggak bisa ngetik panjang lebar.
Sip pak, sekalian saya juga mau meriksa perasaan saya ke bapak. Biar jelas.
Periksa ke bagian apa pak? Saya takut nyasar ini, kalau nyasarnya keruangan jodoh saya sih nggak masalah, malah saya bahagia.Mama saya juga pasti bahagia karena pulang dari rumah sakit saya malah bawa mantu potensial buat mama saya tapi kalau nyasarnya kekamar mayat kan bahaya.
Ampun deh Pak, ngasih informasi kok irit banget. Cukup uang aja kali pak yang diirit.
Read
Calon imam sedang mengetik...
Bisa ke bagian saraf
Ulala~~~ jalan pertemuan telah terbuka saudara-saudari dunia perorenan. Nampaknya calon imam mulai penasaran dan ingin bertemu dengan calon makmumnya tahap selanjutnya calon imam akan merindukan Indira si calon makmum satu-satunya Pak Dokter s***p. The power of Indira's halu.