kamu dan aku itu adalah kita, dan kita itu adalah cinta, dan cinta itu adalah kepercayaan antara kita yang akan membuat kita berdua selalu bersama...
"Woyyyy, ngapain tuh?" Tanya Lila yang datang mengagetkan Mika yang tengah duduk sendiri.
"Ngagetin tau, dateng kayak roh nggak ngabarin?"
"Eh stres, masa dari kamar terus keluar ke ruang tengah aja harus pake ngabarin sih."
"Iya yah, kirain kamu dari sydney," Tawa Mika.
"Gila, tulis apaan sih? serius gitu tadi." Tanya Lila.
"Nulis puisi," Sahut Mika mengangkat note berukuran sedang memperlihatkan Lila hasil tulisannya.
"Wuiiidi, puitis banget sih."
"Namanya juga puisi yah harus puitis Lil,"
"Jadi ceritanya mau jadi penulis puisi lagi nih?,"
"Kok tau? paranormal yah?" Mika memasang wajah yang di buat-buat kaget.
"Iya aku paranormal, dan aku ramal itu hanya akan bertahan kurang dari dua bulan dan paling lama tiga bulan" Lila memperaktekkan layaknya paranormal pada umumnya namun sedikit lebih absurd. Mika yang melihat sahabatnya itu tak dapat menahan tawanya. "Kok tau lagi?"
"Gimana nggak, kamu itu tahun ini udah lima kali ganti cita-cita, tujuh bulan yang lalu kamu pengen jadi pelukis, terus berubah lagi, begitu terus dan dua bulan yang lalu berubah lagi pengen jadi novelis cuman gara-gara kamu baca novel yang menurut kamu luar biasa bagusnya,." Ucap Lila panjang lebar mengingatkan Mika tentang cita-citanya yang tak jelas itu. dan itu cukup membuat Mika tertawa nyaring mendengarnya. "Kali ini aku serius pada puisi, karna aku rasa bakat aku tuh di puisi Lil,"
"Huuh basi deh, kemarin-kemarin juga gitu ngomongnya, capek nih kuping dengar." Kata Lila menarik kupingnya ke arah Mika.
"Iya deh, tapi ini aku serius Lil, kali ini beneran deh, nggak akan berubah lagi." Ujar Mika.
"Males percaya, males bahas cita-cita kamu yang nggak pasti itu," Kata Lila pada sahabatnya yang punya segudang cita-cita yang tak pernah tercapai itu,
"Oya, kita jadikan doubledatenya ntar malam? " Tanya Lila sambil mencomot kue yang ada di depannya.
"Kayaknya sih jadi Lil," Kata Mika lalu menyeruput kopinya.
"Kok pake kayaknya?" Protes Lila yang mendengar jawaban dari sahabat sableng yang duduk di depannya.
"Iya kan aku belum bisa pastiin Lil, ntar aku bilangnya udah pasti dan akhirnya Arga tiba-tiba kabarin kalo dia sibuk dan blalala, kan sedih akunya." Mika mengakhiri ucapannya dengan bibir manyun.
"Iya juga sih, tapi kok kamu yang sedih? harusnyakan aku yang sedih."
"Lah kok kamu, jelas aku yang sedih kan yang nggak jadi ngedate aku Lil, kalo kamu mah jadi terus, kan Arfan nggak pernah batalin janji ngedatenya sama kamu," Kata Mika yang menopang dagu.
"Cup,Cup,Cup, nggak usah sedih gitu dong, siapa tau nanti jadi, berdoa aja Arga nggak sibuk." Hibur Lila.
"Yah, semoga." Ucap Mika sembari menarik nafas berat, bagaimana tidak sudah tiga kali kencan malam minggunya dengan Arga pacarnya batal. Semua hanya karna satu penyebabnya "Sibuk" itu kata Arga. Dan Mika mengerti itu, tepatnya sih mencoba untuk selalu mengerti, apalagi Arga baru merintis bisnisnya sendiri, toh sibuknya Arga kan untuk masa-depan mereka berdua.
***