chapter 3

1322 Kata
Adrel keluar dari ruang kantornya, dia masih sangat emosi karena salah satu rekan kerjanya melakukan penipuan. Itu bukan hal yang sulit untuk seorang Garwine, dia bisa menangani itu dengan sangat mudah. Namun, kemarahannya semakin memuncang saat seorang pelayan yang dia tidak ketahui siapa, memakai berlian yang di berikan pada perempuan sialan itu kemarin. Dan setelah Adrel introgasi, ternyata ia mendapatkan itu dari Eara. jalang sialan itu berani menolak pemberiannya. Dan itu membuatnya semakin kesal. Langkahnya yang sangat cepat menaiki tangga rumah dan berteriak pada salah seorang pengawal. “Bawa perempuan sialan itu ke kamarku,” ucapnya pada pengawal itu. Pengawal itu pun menganggukkan kepala dengan hormat dan segera melakukan perintah tuan besar.   Adrel duduk di bangku sofanya dengan tangannya yang memainkan gelas wishky. Dia bisa melihat ketakutan wanita itu saat dua pengawal menariknya kedalam kamar dan melemparnya. Hingga tubuhnya terjatuh di lantai. Adrel menarik rahang wanita itu, membuat wajah putih dan mata coklat itu menatapnya langsung. Lalu dengan perlahan dia bicara,” Aku tidak suka pemberianku berada di tangan orang lain.”             “Anda sudah memberikannya padaku, berarti itu adalah hakku untuk memberikan pada siapapun.” Kata-kata Eara membuat Adrel semakin marah. Tangannya yang tadi membelai wajah putih itu, kini beralih pada rambut perempuan itu yang di kuncir dua dan dengan kasar dia menarik rambut pirang kecoklatan itu. Membuat Eara meringis kesakitan. Adrel menatap wanita itu, wanita sombong yang keras kepala. Adrel menarik perempuan itu dan melempar Eara ke sofa. Dia melepaskan ikat pinggangnya dan mengikat kedua tangan wanita itu dengan keras. Perempuan itu berusaha untuk berkilah dari ikatan tangan Adrel. Tapi tenaga yang ia miliki tidak akan cukup untuk melawan Adrel. Hingga akhirnya kedua tangan perempuan itu pun terikat di ranjang Adrel.   Baru saja Adrel ingin menikmati tubuh perempuan itu. Dengan tiba-tiba pintu kamar Adrel terbuka dengan keras, membuatnya berbalik dan melihat gadis yang paling dia benci. Tapi dia tidak bisa menyingkirkan perempuan ini dari rumah ini. Adrel membiarkan Eara yang masih berkelut berusaha untuk melepaskan ikatannya, sementara dia harus menyelesaikan urusannya dengan jalang yang berdiri dihadapannya saat ini. Kalau saja dia bisa melelang tubuh wanita ini, mungkin dia sudah mendapatkan uang yang sangat banyak.             “Wanita sialan yang selalu sok pahlawan.”             “Lepaskan dia! Dia bukan p*****r yang biasa kamu gunakan!” ucapan Dera membuat Adrel tersenyum sinis, dan satu tamparan keras terasa di pipi Dera. Perempuan itu terjatuh ke lantai dengan darah yang mengucur dari bibirnya. Adrel pun menunduk dan menjambak rambut Dera dengan sangat kasar. Dan kembali memberinya tamparan beberapa kali pada wanita itu, lalu berkata,” dengar jalang sialan. Aku sudah menampungmu di mansion ini. Dan bukan urusanmu, wanita mana yang boleh dan tidak boleh aku nikmati. Karena semua pelayan di rumah ini sudah aku bayar untuk memuaskanku.”             “Bahkan, jika bukan karena pria tua itu, aku bisa saja menjajakkan tubuhmu!” bisik Adrel dengan dingin. Perempuan itu sudah             “Bawa dia keluar.” perintah Adrel. Dia meninggalkan Eara di kamar dan menguncinya.   Eara hanya bisa menangis. Bukan hanya tangannya yang terasa sakit, tapi juga karena dia memikirkan Dera. Dia ingin keluar dan ingin melihat apa yang dilakukan pria itu pada Dera. Eara berharap Dera tidak merasakan apa yang dirasakannya. Tak berapa lama, pria itu kembali ke kamarnya. Sedangkan Eara tak bisa berkutik dengan kedua tangannya yang terikat. Adrel tersenyum sinis, dia menyukai pakaian pelayan di kenakan wanita itu.   Gerakan kaki Eara membuat dressnya tersingkap. Dan itu membuat Adrel semakin mudah menikmatinya. Pria itu mendekati Eara dan menyentuh paha Eara yang terbuka. Eara mencoba mengelak, tapi setiap elakkannya membuat pria itu semakin dengan mudah menyentuhnya. Eara merasakan napas pria itu pada wajahnya dan perlahan mencium bibirnya dengan kasar. Adrel pun menuruni ciumannya dan dengan kedua tangannya dia merobek gaun Eara dan membuat perempuan itu tanpa helaian benang. Hanya pakaian dalam yang masih menutupi tubuhnya.             “Tuan… saya mohon… lepaskan…” Eara harus menggigit bibirnya saat merasakan jemari pria itu menyusup pada kewanitaannya dan menyiksanya. Eara tidak menginginkan ini, tapi sentuhan pria b******n ini sungguh membuatnya gila.             “Kamu sama saja seperti jalang yang lain…” ucap Adrel yang masih memainkan jemarinya di dalam kewanitaan Eara, lalu berkata,” kalian akan mengelak pada awalnya. Namun, diam-diam kalian menikmatinya. Tapi, tetap saja jalang adalah jalang, kalian tetap menikmati sentuhanku.” Eara tak bisa berbuat apa-apa, saat pria itu melepaskan kaitan branya dan membuat tanda merah di bahu, leher dan dadanya. Eara semakin menutup matanya dan menggigit bibirnya. Airmatanya terjauh. Dia benar-benar menjadi jalang. Karena benar kata pria itu, tubuh sialannya menikmati setiap sentuhannya. Rasa panas yang kembali datang, meluap kepalanya, bibirnya menghianati dirinya sendiri. Seberusaha apa pun dia menahannya, erangan itu akhirnya keluar. Pria itu membawanya pada sebuah kenikmatan yang baru Eara alami, dia menyiksanya dan pada akhirnya dia terjatuh dan sebuah penyesalan pun terlintas di dalam hatinya. Dia mengkhianati dirinya, ibunya dan juga Dera yang berusaha melindunginya.   Belum sempat Eara bernapas, kali ini, tanpa melepaskan pakaian Eara Adrel menyetubuhi Eara. Eara mencengkram kedua tangannya, merasakan hentakan kasar pria itu. Belum lagi tangan Adrel yang meraup payudaranya dengan keras, mencubitnya, kemudian menggigitnya. Gerakan Adrel semakin cepat, tak mempedulikan teriakan dan desahannya. Bibirnya memberikan tanda diseluruh tubuh Eara. Hingga akhirnya Adrel merasakan tubuhnya memanas. Eara mengerang semakin keras, milik Adrel yang semakin penuh di dalamnya. Hingga akhirnya menumpahkan seluruh spermanya di sana.               ****   Eara baru bisa keluar kamar tuan besar saat jam menunjukkan pukul sebelas malam. Lagi-lagi ia harus memakai pakaian kotor tuan, namun untuk kali ini dia merasa sial karena masih banyak pengawal yang berjaga. Dan lagi-lagi mereka seakan melecehkan dirinya. Eara mengacuhkannya dan berjalan turun, dia memasuki kamarnya dan mengganti dengan pakaian tidur. Kali ini dia memakai celana dan kaos longgar, karena menurutnya pakaian itu dapat menutup tubuhnya daripada dress.   Setelah berganti pakaian, Eara segera mencari Dera di kamarnya. Namun, dia tidak melihatnya. Hanya ada beberapa pelayan yang sedang berbincang. Dan saat Eara bertanya, mereka seperti diam dan tertunduk. Eara memilih pergi dari kamar itu dan mencari Dera. Hingga saat Eara melewat pintu halaman, Eara seperti melihat seseorang di tengah halaman. Dia berharap penglihatannya salah. Karena malam ini sangatlah dingin. Udara swiss saat malam sangatlah dingin dan Dera bisa mati kedinginan. Eara segera berlari ke kamarnya dan mengambil selimut tebal.   Walau mengenakan pakaian tebal, dia masih saja dia merasa kedinginan. Bagaimana dengan Dera? Sudah berapa lama Adrel mengikatnya di tengah halaman seperti ini? Langkahnya mendekati bangku dan kali ini dengan jelas dia melihat Dera berada di sana. Wajahnya sudah pucat dan tubuhnya gemetar. Eara segera memberikan selimut tebal pada Dera dan berusaha untuk melepaskan ikatan di tubuh Dera dan membopongnya ke dalam mansion. Eara membawa Dera ke kamarnya dan menggantikan pakaian Dera dengan pakaian hangat. Lalu, dia berlari ke dapur untuk mengambil air panas untuk mengompres Dera.   Di saat Eara sedang merawat Dera, pintu kamarnya terbuka. Pria itu berdiri di depan pintunya dengan tatapan menyeramkan. Eara tidak tahu apa yang akan dilakukan pria itu.             “Siapa yang mengizinkan kamu keluar dari kamar?” tanya pria itu.             “Dia sudah membeku di luar tuan,” jawab Eara. Dia merasa perbuatan tuan sudah kelewat batas. Dia tidak peduli apa pun kebencian pria ini pada wanita, tapi apa yang dia lakukan pada Dera sangatlah kelewatan. Dia mengikatnya di luar.             “Siapa yang menyuruhmu menolong dia!” Eara tidak tahu apa yang dia lakukan. Ketakutan membuatnya melakukan hal yang tidak pernah dilakukannya. Dia mencium bibir Adrel dengan panas, walau tidak selihai ciuman pria itu. Eara melingkarkan tangannya dileher pria itu dan menciumnya lebih panas. Merasakan bibir Adrel membalasnya dan melingkarkan tangannya di pinggang Eara. Dengan perlahan Eara melepaskan ciumannya dengan kepala tertunduk, karena merasa dirinya sudah benar-benar menjadi jalang.             “Aku mohon biarkan aku merawat Dera. Aku berjanji, setelah dia sembuh, aku akan melakukan apapun yang tuan perintahkan.” Adrel menatapnya dengan intens, lalu perlahan dia mengetatkan pelukannya. Sekali lagi bibir keduanya bertemu, saling memagut satu sama lain. Eara pun mulai lihai dan mengikuti cara Adrel mencumbunya. Keduanya saling berpagutan hingga keduanya kehabisan napas. “Jangan pernah berbohong padaku!” ucap Adrel yang segera melepaskan pelukannya dan pergi. Dia merasa aneh, ciuman wanita itu seperti sebuah magnet, seakan menarik seluruh emosinya dan membuatnya menginginkan lebih dari sekedar ciuman.     
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN