'Plak'
Ron menampar gunung wanita itu hingga memerah. Wanita itu menggeliat, dia tersenyum dan dia langsung menyedot ujungnya kembali. Dia merasakan adanya cairannya yang keluar. Ini sangat membantunya… Ya, terasa licin hingga rasa sakit tidak terasa lagi.
"Ah,"
Perih mulai hilang berganti dengan kenikmatan. Rasanya mereka terbang ke awan menikmati setiap momen dan gerakan yang di lakukan oleh keduanya.
“Tuan, apa anda benar-benar akan pulang sekarang?! anda membayar saya cukup mahal, kenapa pulang di saat seperti ini. Tidakkah anda masih menginginkan diri saya?!”
Dengan senyum simpul Ron mengangkat dagu wanita ini. “Aku yang punya uang, lalu kenapa kau yang merasa tak nyaman?!”
“Bu, bukan begitu Tuan.”
“Jangan terlalu banyak bicara karena bisa saja itu malah membunuhmu.”
Dengan langkah tegas Ron meninggalkan kamar hotel yang sudah sangat berantakan dan di penuhi bau s****a. Dia dan mobilnya melaju dengan cepat, hari ini dia akan bertemu dengan Clara.
“Kau datang?!”
“Apa kau pikir aku tak akan datang? Aku jarang sekali mendapat panggilan darimu. Jadi ini seperti sebuah kejutan. Jadi apa yang akan kita bicarakan?!”
Ara awalnya ragu tapi di kembali berpikir bahwa ini adalah kesempatan yang tak datang dua kali. Ron sangat sibuk dan dia tak ingin merepotkan saudara kembarnya terus menerus.
“Aku ingin bercerai dari Dion, karena aku tak bisa lagi bersama dengannya. Tapi bisakah kau membantuku agar dia hanya bisa memiliki rumah, mobil dan kantor cabang saja?! ini semua karena aku yang cinta buta sudah membuat segalanya atas nama pria itu. Ah bodohnya aku.”
Tak mungkin Claron membiarkan sang saudara sendirian saja. Dia pasti menyelesaikan urusan Ara. “Baiklah, aku akan melakukannya. Itu hal mudah, dan segeralah bercerai! Kembali ke rumah dan kita akan hidup seperti dulu.”
“Aku tidak tahu seperti dulu yang kau maksud itu seperti apa.”
“Ara, kembalilah.”
“untuk ini aku tidak bisa karena perusahaan itu adalah tanggungjawabku, tenanglah ada Zayn yang selalu berada di sisiku.”
Ron mengangguk, “Oh, pria itu! Dia yang memiliki perusahaan mobil sport terbesar nomor 3 di dunia.”
“Itu milik keluarganya, jangan di besar-besarkan.” Karina tak enak jika Ron memasukkan Zayn dalam daftar pria yang di tandai. “Aku tak ingin kau memanfaatkannya.”
“Tapi aku ingin memanfaatkannya, bagaimana itu? Aku sempat kecewa karena memiliki saudara yang bodoh. Tapi nyatanya kau lumayan juga.”
“Ron!”
Dia tersenyum sembari memajukan wajahnya. “Apa yang kau takutkan? Aku hanya berusaha bijak saja sebagai saudaramu. Apa kau tak lihat kalau Zayn itu…?!”
“Jangan sembarangan menduga, dia tak ada masalah denganmu. Dan tak berminat denganku, lagipula apa yang membuatmu berpikir begitu.”
Ron tersenyum, “Biasalah!”
“Hah, kau korban sosial media.”
“Tapi aku sudah punya ide untuk keinginanmu, jadi santai saja. Beri aku waktu 3 hari untuk mengurusnya, bagaimana menurut saudara cantikku?”
“Okey, aku setuju! Dan terimakasih sekali. Aku tidak terlalu berharap padanya. Rasanya mau mati saja jika terlalu lama dekat dengan pria itu. Aku bahkan tak merasa sakit ketika melihat mereka.”
“Kau harus tetap baik-baik saja.” Ron berdiri dari duduknya. “Jadi jika tak ada lagi yang ingin di bicarakan kau boleh pergi sekarang karena aku harus melihat mereka, Kael dan Kaena.”
“Kata Mommy kau membawa wanita ke rumah, Ron?! kau beli atau-”
Ron kembali duduk menatap wajah Ara. “Mommy bilang aku harus memiliki keturunan, jadi aku butuh dia untuk mendapatkannya. Aku tak punya pilihan, jujur saja sampai saat ini aku belum bisa untuk diam bersama satu wanita. Itu terlalu membosankan dan aku tak berminat sama sekali.”
Ara merasa semakin bersalah, Ron tak percaya cinta karena dirinya. “Baiklah, aku mengerti. Tapi coba pikirkan kembali bagaimana baiknya. Kasihan anak-anakmu tanpa ibunya.”
“Ada kau yang akan jadi ibu mereka juga. Bukankah anakku, anakmu juga?”
Deg, jantung Ara berdebar hebat. Dia tak tahan dan ingin menangis karena kalimat itu sangat menyentuh dirinya. “Aku benar-benar wanita yang gagal.”
“Hey-hey, jangan menangis! Ini tempat umum dan aku sangat malu kau melakukan ini, Ara.”
“Aku tak tahu harus bagaimana, Ron. Tapi hati ini benar-benar sakit. Aku pikir anak Cindy bisa menjadi anakku juga nanti. Tapi aku tak bisa melihat mereka berdua dan membiarkan mereka menghina diriku.”
“Hey Ara, sudahlah. Jangan membuat aku takut seperti ini.” Ron tak bisa melihat orang yang dia sayang menangis. “Aku mohon.”
Dia mengangguk, “Baiklah aku akan melakukannya Ron, aku akan berpisah dari Dion.”
“Apa kau tak ingin berselingkuh? Aku ingin melihatmu merasakan apa yang Dion rasakan. Tidur dengan pria lain dan kau akan tahu betapa menyenangkan ketika tak bersamanya.”
Ara memicingkan matanya pada Ron. “Apa kau ingin membuatku seperti w************n?!”
Aron menggeleng, “Itu mengasyikkan Ara, apa yang membuatmu marah? Kalau kau menikah lagi makan bayang-bayang suamimu akan terus ada. Makanya aku katakan padamu berselingkuh dan nikmati momen bersama pria lain. Maka jejak Dion akan terhapus dari dirimu.”
Ron berdiri dari duduknya dan menatap wajah Ara sekilas. Dia tak mengerti tentang cinta, tapi bermain memang lebih menyenangkan dari pada benar-benar menjadi kewajiban.
“Kaena dan Kael?!”
“Mereka tinggal bersama di apartemen mewah Zaiku, Amsterdam.”
Ara mengangguk, “Aku akan mengunjungi mereka lebih cepat.”
“Urus saja semua yang belum kau selesaikan. Jangan khawatirkan mereka karena sudah ada aku.”
“Baiklah dan aku sangat berterimakasih atas waktu yang kau berikan.”
Ara menatap punggung Ron yang semakin menjauh, dia berpikir kembali tentang apa yang di katakannya tadi. Apa benar selingkuh bisa menjadi obat untukku? Tapi dengan siapa aku bisa melakukannya? Benar-benar memusingkan.
Ara yang sudah masuk ke dalam mobil menatap langit biru, lalu matanya menangkap gedung tinggi yang kini berada di depan matanya. Aku sebaiknya memasak di apartemen Zayn. Apa lagi yang bisa aku lakukan sekarang. Bertemu teman baik di saat pusing begini adalah nilai plus.
Ting tong, Ara menekan bel berkali-kali tapi Zayn tak juga membukakan pintunya. “Ara…?!”
“Zayn, aku sengaja tak menghubungi dirimu. Pantas saja tak ada yang membuka pintu. Ternyata kau di luar, darimana saja?!”
“Aku baru selesai menandatangani sebuah kontrak, masuklah.” jawabnya sembari membuka pintu. “Lain kali buka saja sendiri, aku pakai tanggal lahirmu untuk membukanya.”
Ara terdiam sejenak dan ikut melangkah masuk. “Aku baru saja bicara pada Ron untuk mengurus perceraian.” Ara berbalik menatap Zayn. “Aku akan berpisah darinya, tapi aku akan merubah semua hartaku yang di buat atas nama pria sialan itu.”
Ara berbalik menatap jendela yang menghadap ke jalan. Gedung pencakar langit ini sungguh sangat indah.
“Apa kau benar-benar yakin?!”
Zayn masih berdiri di tempatnya, dia menatap punggung Ara yang berdiri tegap. Zayn tahu dia adalah wanita yang kuat, tapi akan sulit baginya untuk melupakan Dion.”
“Ron menyarankan aku untuk berselingkuh sembari menunggu semua yang aku minta selesai. Dia ingin aku melupakan Dion dalam sekejap karena selingkuh itu sangat indah. Bagaimana menurutmu, Zayn?!”
Pria itu berjalan pelan ke arah Ara sembari menelan salivanya. “Apa kau ingin mencobanya?!”
Dia dengan berani melingkarkan tangan pada pinggang Ara hingga wanita itu terdiam membatu. Ara tak pernah di sentuh pria lain, dia merasa merinding dan tak nyaman.”
“Zayn.”
“Jangan bingung Ara, kau sebaiknya mengikuti apa yang di sarankan Ron.”
Pelan tapi pasti, bibir Zayn mencium tengkuk Ara dengan lembut. Dia mencumbu berkali-kali dengan pelukan Erat. Ara perlahan pun terbawa suasana. “Ah, Zayn.” dia mendesah pelan, terlalu lama Ara tak di sentuh suaminya.
“Ara, apa kau ingin melakukannya denganku?!”
Zayn mencium leher Karina perlahan, wanita itu menyadarkan tubuhnya pada d**a bidang Zayn. “Aku takut Zayn, aku sangat takut.”
“Hey, apa yang kau takutkan, ini aku Zayn. Lebih baik kau melakukannya bersamaku, daripada kau bertemu pria lain yang tak kak kenal.”
Ara berbalik menatap Zayn, dia menginginkan sentuhan pria itu lebih dari yang sebelumnya. “Aku menginginkan dirimu, Zayn. Maukah kau membantuku?!”
Tanpa banyak tanya Zayn mengangkat tubuh Ara hingga mereka masuk ke dalam kamar. Zayn membuka baju pakaian atasnya dan naik ke atas ranjang mendekati Ara.
“Kenapa menghindar?!”
“Zayn, untuk kali ini bisakah kau melakukannya tanpa pemanasan? Aku tak ingin kacau, tolong aku.”
Napas Zayn menderu, jantungnya seperti sedang terkena gempa. Dia tak tahan sama sekali saat mendengar kalimat itu. Tangan Zayn pun dengan pelan membuka kancing kemeja yang di gunakan oleh Ara, meremas p******a miliknya sembari mengecup bibir wanita itu.
“Buka kakimu, Ara.”
“Zayn… oh…” dia mendongak sembari memejamkan mata dan meremas tangan Zayn. “Ah, perlahan Zayn.”
“Aku sangat pelan Ara, aku tak mungkin menyakiti dirimu. Jangan tegang karena aku akan sangat lembut melakukannya.”
Dia mendorong perlahan, lembut, tapi pasti. Ara tak bisa mengatakan apa yang di rasakan saat ini. Dia terlalu berdebar dan tak bisa bernapas dengan benar. “Oh Zayn.”
“Akh… sebentar Ara, ini belum masuk sempurna. Sebentar sayang, aku akan melakukannya perlahan jadi nikmati saja.”