8

1086 Kata
“Ini makananmu dan ini makananku, harus banyak makan supaya tetap sehat.” Kael, pria tampan yang mewarisi keunggulan dari setiap keluarganya begitu sempurna. Hanya saja sejak mereka masuk sekolah menengah atas pria ini berubah menjadi dingin dan tak ingin bicara pada siapapun kecuali Kaena. Dia juga menjadi lebih posesif dan tak ingin Kaena berkumpul bersama yang lain. Kael hanya ingin Kaena terus di sampingnya dan tak ingin mendengarkan kalimat dari siapapun. Kael menarik tangan Kaena hingga duduk di pangkuannya. “Suapin aku, selera makan ini hilang setelah menonton film bersamamu.” “Loh kenapa?! film itu mengedukasi kita untuk mengetahui seberapa paham kita tentang seks.” Kaena meletakkan kedua tangannya pada pipi Kael. “Kenapa jadi pemarah? Mana Kael yang dulu?” ”Sudahlah Kaena, aku hanya akan baik padamu.” jawabnya sembari meletakkan kepala di bahu gadis yang masih berada di atas pangkuannya. “Ayo suapkan makananku.” “Kau manja sekali, sebaiknya segeralah berpacaran agar tak merepotkan aku lagi. Kita sudah sama-sama dewasa tapi kau sama sekali tak ingin berpacaran. Padahal banyak wanita cantik yang mengantri untuk menjadi kekasihmu.” “Aku sudah cukup dengan kau saja.” jawabnya sembari mengeratkan pelukan. “Apa kau tak ingin selalu bersama denganku?! aku tak terbiasa bersama yang lain.” “Kael, suatu saat aku akan menikah, begitu juga dengan dirimu. Jadi mana mungkin kita akan terus seperti ini.” Kaena mengusap rambut Kael sangat lembut. “Kau harus belajar menerima orang lain, ayo buka mulutnya.” “Aku tidak ingin Kaena, aku hanya mau bersamamu.” Dia sangat manja bersama Kaena, bahkan Kael lebih mau menuruti perkataan gadis itu di bandingkan orangtuanya sendiri. Makanya El dan Karina sangat mengandalkan Kaena. Padahal gadis itu ingin melanjutkan sekolah psikologi, tapi karena Kael ingin ilmu bisnis di sini dengan segala cara Kaena mengikutinya. Karena ayah dan ibu hanya percaya padanya. “Makanlah yang banyak, suatu saat pasti kau yang lebih dahulu meninggalkan aku. Siapa yang tak tertarik dengan pria tampan yang hampir sempurna seperti dirimu.” Kael tak menjawab lagi karena kepalanya sudah menyelinap di antara ketiak Kaena. Dia tak suka jika gadis ini mulai membicarakan hal yang tak masuk dalam pikirannya. Kael dan Kaena yang kini sudah berusia 17 tahun, mereka pun sedang mengancang-ancang impian mereka. Hanya saja Kaena di sini secara pribadi dan dirinya tak bisa melepaskan Kael begitu saja. Entah apa yang merasuki dirinya tapi gadis itu sangat suka saat berada di sisi Kael dan dia tahu ini bukan rasa seperti sesama saudara kembar. Awalnya Kaena yang sangat paham tentang cinta berkat drama romantis itu selalu berpikir ini hanya keterikatan sebagai saudara kandung. Tapi makin lama terasa sangat berbeda. Karena itu pun Kaena memilih mengantarkan Kael lebih dulu mendapatkan kebahagiaan bersama orang yang dia cintai. Kaena tak mungkin memikirkan hal lebih dari pada ini, karena dia telah terkena sindrom brother complex. “Kaena, aku lelah sekali. Bisa temani aku tidur?!” “Oh Tuhan, Kael! Lihat dirimu, dengan tinggi 187 cm semua orang bisa tahu betapa dewasa dirimu. Kapan kau akan tak mengganggu hidupku, hm? Berat sekali rasanya bersama dengan dirimu seperti saat ini. Kau terlalu manja, apa lebih baik aku pulang pada ibu dan ayah saja? Mereka tak akan membuat aku kerepotan.” “Jangan berkata seperti itu Kaena, aku butuh dirimu.” “Siapa sangka anak super pintar dan ketua tim basket memiliki sikap seperti anak-anak.” Karena menghela napas, dari kecil Kael memang sangat manja padanya. Tapi kini mereka berdua sudah dewasa ini tak baik untuk jantung Kaena yang terus berdebar tidak menentu. “Aku harus cuci piring, masuklah kamar terlebih dahulu.” “Tidak, aku akan menemani dirimu sampai selesai mencuci piring. Aku lelah sekali dan jangan bantah aku Kaena, aku juga tidak tahu kenapa begini. Tapi bisa jadi karena kita lahir kembar.” Kael memeluk Kaena dari belakang di saat wanita itu sibuk mencuci piring bekas mereka makan tadi. “Aku heran kenapa kau tak biarkan pengurus rumah tangga saja yang melakukan ini.” tanya Kaena pada Kael. “Aku hanya ingin ada kita berdua.” jawabnya pelan. “Hey, jangan menciumiku seperti ini.” sungut Kaena karena Kael yang tak berhenti bermanja dan bergelayut padanya. “Ini geli sekali.” sambungnya lagi. Kael memicingkan matanya, “Geli?” dia maju satu langkah dan muka mereka sungguh sangat dempet. “Kalau begini apa juga merasa geli?!” Kael menempelkan wajahnya pada Kaena, d**a mereka beradu. Hingga Kael dapat merasakan p******a Kaena yang kini sudah semakin besar. “Kau-” “Hah, Kael. Hentikan menggoda seperti itu. Kita sudah dewasa aku tak ingin ada yang melihat kita kelak. Aku juga tidak ingin ada yang salah paham dengan hubungan kita, jangan sampai ada orang menilai buruk.” Kael melangkah mundur, dia mengangkat dagu Kaena. “Apa yang akan mereka pikirkan? Kita saudara kembar hanya saja kau tumbuh lebih lambat hingga seperti ini.” “Kael, kau mengejekku? Bagi wanita 170 itu sudah tinggi, kau saja yang selalu mengatakan aku jelek! Sungguh mengesalkan sekali tingkahmu.” Kaena merasa Kael selalu saja mengatakan dirinya jelek, padahal dirinya juga masuk dalam deretan wanita tercantik di sekolah. Tapi karena itu jugalah Kaena jadi paham kalau Kael dan dirinya sangat terikat sebagai saudara. “Mau kemana?!” Kael lagi-lagi mendekap pinggang Kaena hingga di tak bisa berlari kemanapun. Senang sekali hati pria itu ketika berada dalam pelukannya. Kedua orangtua mereka sering sekali bepergian dan mereka berdua akhirnya selalu saling melengkapi. “Ayo aku antar tidur, aku yakin kau sudah sangat lelah. Lihat matamu mulai merah Kael, jangan sampai minus matamu bertambah.” “Oke, aku kan tidur jika kau juga tidur di sampingku. Aku tak ingin sendirian Kaena, kau itu obat penenang dan tempat ternyaman dalam hidupku. Aku suka ketika kau memeluk sangat erat.” “Aku rasa kita tak perlu membahasnya lagi karena anak manja sepertimu memang selalu ingin di perhatikan.” Mereka berdua masuk ke dalam kamar dan seperti biasa Kaena mendekap Kael dalam pelukannya. Sejujurnya jantung Kaena saat ini berdebar sangat kencang tapi dia berusaha untuk tenang. Oh Tuhan, apa yang terjadi pada diriku. Kenapa aku berdebar saat bersama saudara kembarku sendiri. Apa jadinya hidupku jika semua keluarga tahu. Aku tidak ingin mereka menyalahkan Kael. Hanya aku yang memiliki perasaan aneh di sini. Aku mohon Tuhan pertemukan Kael dengan wanita yang baik untuknya. Aku yakin Engkau selalu mendengar do’a yang aku minta Padamu. “Kaena…” “Hm?!” “Kalau aku tertidur jangan coba untuk bangunkan aku ataupun pergi dari pelukan ini. Kau tahu aku bisa terbangun karena gerakanmu.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN