Dewi Claradia Maharani Wijaya
Dewi Claradia Maharani Wijaya atau biasa dipanggil Aya, seorang wanita yang berprofesi sebagai seorang dokter.
Aya adalah putri dari Mayjen Hilman Santoso Wijaya seorang Mayor Jendral tentara angkatan darat.
Dirinya mempunyai dua orang kakak yang sama sama berprofesi sebagai tentara angkatan laut, Abigail Angga Riko Santoso Wijaya atau Bang Iko dan Shesar Risky Veri Santoso Wijaya atau Bang Eri.
Sudah tiga tahun Aya berprofesi sebagai seorang dokter namun kemampuannya saat menangani pasien tidak bisa diremehkan ataupun dipandang sebelah mata.
Orang diluar sana pasti memandang Aya adalah sosok yang sempurna karir yang baik, wajah cantik dan tentu saja cerdas.
Saat ini Aya tengah sibuk memeriksa data pasien yang nanti akan ditanganinya.
Aya sebenarnya orang yang ramah tapi sikapnya dengan pria yang berusaha mendekatinya sangatlah dingin, cuek dan seakan tidak peduli.
Hal itu dikarenakan kejadian dimasa lalunya yang membuat dia tidak ingin mengenal cinta. Memikirkannya saja tidak pernah.
Tok...tok...tok
Terdengar ketukan pintu dari luar ruangan Aya
"Sapa sih ganggu aja gak liat lagi sibuk apa," batin Aya agak sedikit kesal.
"Masuk,"ucap Aya tanpa melihat siapa yang masuk ruangan karena masih sibuk dengan data data pasien yang sedang di periksa.
"Pagi dokter cantikku," ucap dua orang itu bersamaan
Merasa mengenali suara karena sangat familiar di telinganya, dirinya menatap dan mendongakkan kepalanya menatap orang yang memanggilnya.
"Abangggg!!!" Aya berteriak dan langsung memeluk mereka berdua.
Ya tentu aja mereka adalah kedua kakak Aya, Bang Iko dan Bang Eri. Mereka baru selesai bertugas selama 9 bulan lamanya.
"Adek abang yang cantik ini gimana keadaannya?" Tanya Bang Iko menatap adiknya dengan senyuman.
"Aya baik bang Aya sehat,Aya seneng abang udah pada pulang hiks.. hiks.." sambil terisak Aya menjawabnya entahlah dirinya terharu dengan kedatangan kedua kakanya.
"Duh jangan nangis dong adek abang yang sangat super duper manja, rindu banget ya sama gue dan Iko yang super duper ganteng ini" kata Bang Eri sambil menyibakkan rambutnya kebelakang padahal ukuran rambutnya tidaklah lebih dari 2 cm.
Bang Eri memanglah sedikit narsis dan memang benar dia sangat tampan tapi bagi Aya tidak super duper juga sih.
Bang Eri memang tipe orang yang banyak bicara daripada kembarannya. Bang Iko dan Bang Eri kembar namun bukan kembar identik.
"Bang Eri apaan sih gw gak manja ya bang, dan abang tu gantengnya BIASA AJA." ucap Aya sambil terkekeh melihat ekspresi Bang Eri yang memelas.
"Abang kenapa gak pulang ke rumah dulu terus telpon Aya biar Aya yang pulang terus ketemu abang, abang pasti capek banget ya?Abang udah pada makan belum? Abang mau solat dulu apa mau langsung pulang ?Abang mau Aya anterin pulang sekarang?" Tanya Aya memberondong dengan berbagai pertanyaan.
Bang Iko dan Bang Eri saling tatap dan tertawa membuatku heran.
"Napa ketawa si, gue gak ngelucu" ucap Aya ketus,
" Aduh aduh adek abang judesnya keluar, kita mau langsung ke barak aja nanti sore baru ke rumah soalnya ada urusan dulu" Jawab Bang Iko sambil mengelus kepala Aya yang tertutup jilbab.
Setelah itu Bang Iko dan Bang Eri pergi dan Aya melanjutkan tugasnya sebagai dokter. Normalnya seorang dokter yang harus memeriksa pasien dan tiba tiba suster Diana masuk ke ruangannya dan mengingatkan bahwa saat ini dirinya ada jadwal operasi. Tanpa basa basi Aya pun bergegas menuju ruang operasi.
Operasi berlangsung 6 jam dan sangat melelahkan.
"Alhamdulillah operasinya lancar, doakan saja pasien agar cepat melewati masa kritisnya, saya permisi" ucap Aya
Keluarga pasien berterima kasih Aya hanya meresponnya dengan senyum dan berjalan pergi.
Aya kemudian menyelesaikan beberapa data data.
Aya melihat jam tangan yang melingkar di tangannya dan shiftnya sudah habis saatnya untuk pulang. Saat sedang membereskan beberapa hal ponsel Aya berdering. Ternyata yang menelpon adalah mamahnya.
"Assalamualaikum mah."
"Waalaikunsalam sayang, udah perjalanan pulang belum?"
"Udah mau pulang sih, Mah. Ada mau titip sesuatu kah?."
"Nggak, yaudah hati hati jangan mampir kemana mana ya langsung pulang"
"Iya mah, ini tinggal bawa tas masuk mobil terus pulang deh enggak akan kemana mana juga capek banget hari ini."
"Yaudah mamah tunggu di rumah ya sayang"
"Iya mah, eh mah abang sudah di rumah belum?"
"Sudah, mereka semua di rumah. Nanyanya nanti aja sekarang pulang, Assalamualaikum sayang."
"Dih, iya Waalaikumsalam."
Aya sebenarnya menyerit heran tumben sekali mamahnya menelpon hanya memastikan dirinya langsung pulang.
Dan tadi bukankah itu makna tersirat dari mamahnya untuk menyuruhnya cepat pulang. Entahlah
Aya berjalan menuju mobilnya dan bergegas pulang ke rumah.
Sampe di depan rumah, Aya melihat ada 5 mobil bejejer. Aya tersenyum lucu rumahnya seperti sorum mobil sekarang.
Dan yang membuatnya heran ada 2 mobil yang Aya tidak tau siapa pemiliknya.
Selain itu dirinya bingung mau di masukkan garasi lewat mana mobilnya karena memang tidak bisa lewat.
Dan dengan terpaksa mobil Aya dititipkan di rumah tetangga sebelah rumahnya, Pak Burhan.
Mau bagaimana lagi, untungnya Pak Burhan mengizinkan lagian mobilnya ga bakal dijual sama Pak Burhan ya kali orang kaya jual mobil tetangganya.
Sebenarnya Aya juga cukup akrab sama Pak Burhan sebab dia pernah jadi dosen Aya sewaktu kuliah.
Siapa tau juga mobil Aya dicuci sekalian kan lumayan mobil Aya jadi kinclongg. Aya berpikir begitu karena Pak Burhan ini tipe orang yang tidak bisa melihat sesuatu yang kotor.
Setelah berbincang sejenak dan mengucapkan terimakasih Aya berjalan menuju rumahnya.
Dirinya tidak expect banyak orang di ruang tamu rumahnya
"Assalamualaikum, mamah papah abang Aya pulang" teriak Aya dengan muka tidak ada dosa langsung buka pintu dan lompat sambil melebarkan tangannya
dann..... trenggg.... tenggg..... tengg
Di ruang tamu banyak orang dan ada 4 orang yang tidak Aya kenal menatap ke arahnya.
Rasanya malu banget sumpah.
Bang Iko, Bang Eri ketawa ngakak dan tante yang tidak Aya kenal bersama remaja rambut sebahu terkekeh melihat dirinya tadi.
"Ya Tuhan malunya diriku ini"Batin Aya sambil gigit bibir bawahnya.
"Maaf ya saya tidak tau kalo lagi rame gini saya permisi" ucap Aya tertunduk
Saat ingin berjalan seketika berhenti ketika ada yang bicara
"Dasar adek abang bikin malu aja, dah sana masuk mandi terus pakek baju yang udah mamah siapin di kasur" Kata Bang Eri sambil ketawa.
Aya langsung nyelonong aja mendengar itu, lari naik tangga mau masuk kamar dan ternyata rasa malu Aya masih berlanjut.
Aya tersandung kakinya sendiri dan jatuh tepat di depan kamarnya. Hal itu tidak luput dari pandangan orang orang yang ada di ruang tamu tadi karena dari ruang tamu, kamar Aya terlihat sangat jelas.
Aya langsung masuk kamar dan menutupnya. Dia menepuk pipinya berulang.
Setelah itu dirinya masuk kamar mandi dan ya mandi.
Keluar dari kamar mandi dirinya baru melihat baju yang di siapkan
" Lah ngapain disuruh pakek beginian, yaudah pake aja daripada dimarahin" ucap Aya bermonolog
Setelah memakai pakaian yang disiapkan tidak lupa dengan jilbab yang membungkus kepalanya, Aya juga memoles sedikit wajahnya dan langsung turun.
Aya duduk sebelah papahnya dengan senyum yang semanis mungkin supaya tidak disangka jutek.
"Mau ngapain ini astaga kek mau lamaran aja ihh" Batin Aya
"Hai sayang, namanya siapa?" Tanya tante itu sambil tersenyum manis,
ya ampun cantik banget ih tante
"Nama saya Dewi Claradia Maharani Wijaya, tante bisa panggil saya Aya" Jawab Aya
"Jangan tante dong sayang, panggilnya bunda."
"Iya bun-da, maaf bunda kalo boleh Aya tau nama bunda siapa?" Tanya Aya agak gak punya malu hehe abis kepo sih bundanya cantik
"Nama bunda Ratih Devi Tarisa, bunda ini mantan polwan lho" Aya tercengang mendengar jawaban bunda, dirinya kira Bunda Ratih ini model atau semacamnya tapi ternyata polisi.
Aya tersenyum sambil agak bengong, "duh pasti dulu waktu si bunda muda banyak cowok yg naksir nih" batinnya
"Wah bunda keren"
"Kenalin kak namaku Farah Nadia Nugroho, panggil aja Farah umurku 19 tahun aku kuliah semester akhir fakultas hukum"
Farah hanya menundukkan kepalanya sebentar tanda menghormati.
"Hai Farah panggil aja Kak Aya, kamu keren banget umur 19 tahun udah mau sarjana aja" ucap Aya sambil mengacungkan jari jempol pada Farah
"Aya masih ingat om nggak?" Tanya om om yang sepertinya suami bunda.
"Maaf om aya gak ingat,om siapa emangnya? Aya agak bingung karena dirinya tidak kenal
"Anak mamah pikun banget sih, ini Om Wahyu eh maksud mamah Ayah Wahyu" Kata mamah sambil tersenyum.
"Oh Om Wahyu, angkatan udara kan" ucap Aya sambil mengingat
"Panggil Ayah aja jangan om" kata Om Wahyu eh Ayah
"Terus dia siapa? Tanya Aya
Dirinya menatap cowok dengan kulit putih bersih untuk ukuran seorang pria, dengan badan proposional, sepertinya dia cukup tinggi dan bisa dibilang dia cukup tampan tunggu bukan cukup tapi sangat tampan.
Tapi sejak dari awal Aya turun ekspresinya pria ini sangat datar tidak ada senyum sedikitpun di wajahnya.
dan
Dia adalah