Pagi ini Emma di kejutkan oleh telepon masuk dari Azizah. Dia melihat jam masih jam 4 subuhi, dia melihat kearah Angga yang masih tertidur pulas, sedikit menjauh agar suaranya tak membangunkan suaminya.
"Assalamualaimu mak.. ada apa pagi buta gini nelpon?" tanya Emma.
"Waaaikumsalam Emma... molor aja sih kamu, aku sengaja bangunin kamu, aku tadi udah nyebar info ke group line kita, cuma kamu yang gak nongol, makanya ku telpon, takut kamu nggak liat info." jawab Azizah.
"Info apa mak.. maaf ya ketiduran." kata Emma.
"Jadi besok kita masuk semua All Factory." jawab Azizah.
"Lahh bukannya kita dapat giliran libur, ada apaan emangnya mak, urgent banget kayanya." lanjut Emma.
"Defect Parah Emm... 5000 pasang boot di return dari Italy, soalnya pas tes waterproff disana airnya masuk merembes gitu, otomatis gak bisa di pake musim winter kan, yahhh kita harus kerja dua kali buat repair." jelas Azizah.
"5000 pasang mak, kok bisa sih?" tanya Emma.
"Ya nggak tau Emm, itu juga bukan kerjaan kita, tapi semua masuk buat repair agar bisa cepet balik kesana." kata Azizah.
"Oh iya mak... yaudah mak aku masih ngantuk, besok aku masuk kok." kata Emma.
"Okke okke... gimana nih rasanya malam pertama, kayanya ngebut banget, hahaha..." ucap Azizah.
"Aduuh mak, ada aja topik nya, dah ah Assalamualaikum." pamit Emma.
"Waalaikumsalam... iya iya tidur lagi sono, awas telat." kata Azizah.
"Hmmm..." Emma menutup teleponnya lalu kembali ke tempat tidurnya. Emma kembai meletakkan kepalayapada lengan Angga, dan menempelkan keningnya pada belikat Angga. Angga yang merasakan pergerakan istrinya, merapatkan pelukannya lalu mencium rambut Emma.
Keesokan paginya Emma membangunkan Angga, dia minta tolong untuk diantar mengambil seragam di kos lama mereka.
"Loh kamu kerja hari ini sayang, bukannya off?" tanya Angga sambil memakai ikat pinggangnya.
"Iya mas, tapi ada insiden, coba cek grup kamu pasti infonya udah ada." kata Emma mengambil ponsel Angga diatas tempat tidur lalu membuka chat grup Skiving, dan memang lagi ramai dibahas.
"Nih... Kamu baca deh mas, ya jadi kita semua masuk lagi." kata Emma.
Angga menerima ponsel dari tangan Emma kemudian mulai scroll keatas membaca mulai awal.
"Oohhh gitu .. kok bisa sih, emang liningnya gimana, apa dari lem nya, apa dari Assy nya?" Angga bermonolog.
"Nggak tau mas, tapi nanti kata Mak ku bakalan dibongkar mulai dari lining juga ke Assy bakalan repair juga." jawab Emma.
"Yaudah ayok sayang..." ajak Angga.
"Iya..." kata Emma.
Mereka beranjak menuju pintu, namun Angga buru-buru berbalik menghadap Emma.
"Ada apa mas?" tanya Emma ikutan panik.
"Ada yang ketinggalan." jawab Angga.
"Apaa?" tanya Emma dia ikutan berbalik menatap ke sekelilingnya.
"Bukan kok..." Angga menarik Emma untuk menghadap kearahnya, lalu mengecup dan sedikit hit kiss di pagi hari.
"Biar semangat kerjanya kalau ingat istri." kata Angga diakhir aktivitasnya sambil membuka pintu.
Emma masih mematung, sampai Angga menggandeng tangannya untuk berangkat. Lalu saling tersenyum. Sampai di line ternyata Azizah sudah briefing hingga Emma berdiri paling belakang.
"Emma sini... Aduh pengantin baru, bangun kesiangan dah ah." kata Azizah.
"Cieee... Seneng banget rona rona mukanya." bisik Ulfa pada Emma begitu Emma berhasil maju dan berdiri di sampingnya.
"Kebanyakan ngangkang sih makanya kesiangan." Celetuk Rere.
Emma langsung menoleh ke sumber suara, alisnya bertaut.
"Re.. aku nggak pernah nyari masalah sama kamu, kenapa kamu sensi terus sama aku, lagian mau ngangkang mau nggak ya suka-suka lah, toh suami juga suami aku bukan suami orang, lagian juga kami udah sah, udah nikah, ya kali kamu ngangkang buat laki yang buka suami kamu." tegas Emma.
Ulfa yang tadi udah siap membuka mulut mau ngebela jadi fokus dengerin Emma, dia tersenyum miring, sahabatnya udah gak selemah dulu. Kemudian mengangkat dua jempolnya di wajah Emma.
"Maksud kamu apa ngnomomg kaya gitu, sok suci lu?" bantah Rere.
"Ya emang aku suci, kenapa? Masih ada yang salah lagi sama aku, cari aja terus kesalahan aku dimana, Sampek kamu bosen, toh aku sama sekali nggak pernah ngusik hidup kamu." kata Emma.
"Semua orang juga tau Re.. kamu hobi jajan sama om om, sama buaya-buaya pabrik, jadi nggak perlu ngelak, udah kalau nggak mau dikatain jangan ngatain, Laguna kamu udah tau kok bangkai yang kamu sembunyikan." Kata Ulfa.
Wajah Rere memerah, nafasnya memburu dia sangat marah, kalau saja Azizah tidak melerai pasti udah terjadi pertumpahan darah di line.
Setelah mereka paham kerja hari ini, datang anak gudang dibantu anak-anak Assembly membawa handpallet berisi tumpukan box sepatu yang siap di repair. Di belakang mereka ada Adrian selaku Asmen dan juga staff nya.
Sementara itu bantuan datang dari semua departemen termasuk Skiving dan gudang semi. Mereka si sebar ke seluruh line, sayang sekali line Emma tidak kebagian bantuan dari manpower pria, Angga berada di line sebelah, dan duduk di sebelah Galuh. Emma sempat menoleh kearahnya dan tersenyum menyapa. Angga membalasnya, namun buru-buru Mika yag duduk di sebelah Emma menoel lengan Emma dan menggodanya.
"Pacaran abis nikah euy.. yang jomblo bisa apa, udah aku diem aja pura-pura nggak lihat." kata Mika.
"Hehehe.. habisnya aku kaget liat dia disini Mika.." kata Emma.
"Tapi seneng kan?" lanjut Mika.
"Hehe..." jawab Emma malu-malu.
"Yang cowok ganteng maksimal, yang cewek cantik pake banget, anak kalian nanti pasti lucuuu gemesin banget." kata Mika.
"Bisa aja kamu Mik..." kata Emma, mereka berdua terus membuka dan upper dari lininggnya yang terlebih dulu outsole sudah dilepas oleh Asembly.
"Btw mbak... Ini undangan buat mbak Emma, tadi dari mbak Ulfa mau nikah juga Minggu depan." ucap Mika menyerahkan undangan yang tadi dia simpan.
"Looh Ulfa mau nikah juga, akhirnya... Rama gentle." bisik Emma, sambil membuka undangan itu, untuk melihat tanggal pernikahan mereka.
"Haah.. Minggu depan ini?" tanya Emma pada Mika.
"Iya mbak.. diihh kok nggak cerita sih... Bentar aku ke tepat Ulfa dulu ya." pamit Emma.
"Iya mbak..." kata Mika.
Sambil membawa sepasang upper dia mengambil tempat duduk lalu menggesernya ke sebelah Ulfa
"Nikah nggak bilang-bilang sih." kata Emma.
"Mau cerita gimana Emm, kamu sendiri juga sibuk ngurusin pernikahan kamu." kata Ulfa
"Hmmm kamu kok gitu sih Fa, aku ngerasa kamu cuekin nih gara-gara kamu nggak berbagi cerita " rengek Emma.
"Ehmm gimana lagi Emm, keburu gede bayi aku, kalau nggak buru-buru nikah." bisik Ulfa.
"Whatt?? jangan bilang kalau.." Ucapan Emma menggantung.
"Iya kamu bener... Aku udah hamil, makanya aku desak Rama buat nikahin aku." ungkap Ulfa.
"Ehmm tapi dia mau kan? Maksud aku dia bertanggung jawab sepenuhnya kan?" tanya Emma.
"Ya aku sedikit maksa sih, la gimana lagi, toh ini juga anaknya dia, mau seenaknya sendiri, habis manis sepah dibuang." bisik Ulfa.
"Iya kamu bener Fa, harus ditegesin tuh anak, btw selamat ya mau jadi calon mama nih, boleh usap nggak biar aku cepet ketularan." bisik Emma.
"Usap aja..." kata Ulfa sambil menggiring tangan Emma ke perutnya.
"Hmmm pingin juga." ucap Emma.
"Gasskaann..." kata Ulfa
"Boro-boro mau digass, masih dua kali dipake rasanya sakit gila."kata Emma.
"Ya jangan dipaksain bodoh... Ntar aja kalau udah biasa, kalau dipaksain ya sakit." kata Ulfa.
"Yaudah deh, aku balik ke tempatku ya, nggak enak banget tuh anak liatin aku dari tadi." ucap Emma.
"Rere?" Tanya Ulfa.
"Siapa lagi, yaudah kerja sana aku pulang bye..." kata Emma.
Dia berjalan ke tempatnya, dan alangkah kagetnya dia melihat Adrian sudah duduk ditempatnya.
"Looh pak... Permisi, saya mau duduk." ucap Emma melihat Adrian duduk ditempatnya.
"Emma... Oh silakan duduk." kata Adrian, dia lantas berdiri, namun sesaat kemudian kembali lagi dengan membawa kursi sendiri lalu duduk di sebelahnya.
"Sini aku bantuin buka, berat banget ini nariknya." ucap Adrian sambil mengambil upper yang dibawa Emma.
Emma sempat melirik ke belakang tempat duduknya, Angga juga memperhatikannya. Emma sedikit geser mendekat kearah Mika dengan alasan lebih dekat dengan SBP.
"Emm... Kenapa sih kok jauh-jauh." tegur Adrian, yang mendekat lagu kearah Emma.
"Nggak papa pak.. ini dekat SBP." jawab Emma.
"Emm kamu tau nggak?" tanya Adrian.
"Apa pak?" kata Emma.
Tiba-tiba Rere yang melintas di depan mereka, melemparkan tatapan tajam ke Emma kemudian mendengus kecil.
"Cewek gatel..." katanya sambil berlalu.
"Iihhh Rere tuh bener-bener ya suka cari masalah sama aku." kata Emma.
"Dah lah.. nggak usah diladeni mbak, emang kudu Mika jambak-jambak tuh anak kayanya." sahut Mika.
"Emang dia punya masalah hidup apa sih?" tanya Adrian.
"Ya mana ku tahu pak." jawab Emma.
"Pak Adrian aku mau nanya." kata Mika.
"Iya apa?" tanya Adrian mempersilakan Mika untuk bertanya.
"Cowok tuh lebih suka cewek yang secara penampilan buka-bukaan apa yang tertutup?" tanya Mika.
"Beda-beda sih Mika, tapi kalau saya pribadi sih lebih suka yang tertutup, soalnya lebih bikin penasaran daripada yang udah buka-bukaan gitu." kata Adrian.
"Nah itu dia masalahnya dia pak, mbak Rere itu nggak suka sama mbak Emma karena cowok-cowok banyak yang lebih suka sama Mbak Emma daripada dia." kata Mika.
"Oohh gitu, makanya sensi banget ya." kata Adrian.
Mereka terus bekerja sambil membahas banyak sekali topik yang membuat kerja keras tak terasa sampai jam istirahat. Mika sudah pergi ke toilet untuk mencuci tangannya hingga Adrian lebih leluasa mendekati Emma.
"Pak.. tolong janga dekat-dekat, nggak enak dilihat orang." kata Emma, sambil merapikan tumpuka Upper.
"Emma aku suka sama kamu..." kata Adrian tiba-tiba.
"Pulang kerja jalan yuk, aku ada rekomendasi tempat bagus yang pasti kamu suka." kata Adrian.
"Maaf pak... Kayanya pak Adrian belum tau ya, kalau saya udah nikah?" kata Emma.
"Apaa?? udah nikah? Kapan?" tanya Adrian dengan kesal.
"Iya pak, baru juga Minggu kemarin." kata Emma.
"Allahhh bohong kamu Emm..." kata Adrian.
Emma tersenyum memaklumi kekecewaan di wajah Adrian. Dia mengangkat tangan kirinya kemudian menunjukkan cincin pernikahan yang dia pakai.
"Dan itu suami saya." kata Emma menunjuk Angga yang tengah membantu Galuh menghitung ulang jumlah upper.
"Kamu beneran nikah sama dia Emm?" Tanya Adrian.
"Iya pak..." kata Emma.
"Hmmmm... Btw selamat ya, moga dia menjadi suami yang baik buat kamu." kata Adrian.
"Makasih pak..." kata Emma. Bersamaan dengan itu terdengar sirine panjang tanda istirahat.
"Emma tapi aku mau kamu makan sama aku, sekarang." kata Adrian, dia menarik tanga Emma, tak peduli suami Emma melihat atau tidak, Adrian tidak memikirkan hal itu.
"Pak saya nggak bisa..." kata Emma dia berusaha melepaskan diri dari Adrian sampai tangannya terpelintir.
"Kali ini aja Emma.." paksa Adrian.
"Aduh pak jangan kaya gini, dilihta orang nggak pantas." kata Emma.
Tiba-tiba sebuah tangan terjulur dari samping dan menghempaskan tangan Adrian ke udara.
"Maaf pak.. bapak boleh punya jabatan disini, tapi jangan salah gunakan untuk bisa bertindak tidak sopan pada istri saya." kata Angga.
Emma menelan ludahnya, dia tau pasti bakalan panjang urusan, kalau suaminya sudah turun tangan
"Mas... Udah ayo makan." ucap Emma berusaha menurunkan Emosi Angga.
Adrian merasa sangat geram sekali.
"Tunggu aja..." kata Adrian dalam hati.
Sementara Angga berjalan mengikuti Emma dari belakang.
"Sayang kamu bilang ke dia, kalua kamu udah nikah?" tanya Angga.
"Ya udahlah mas, aku bahkan nunjukin siapa suami aku, dia aja yang bandel, toh dari duku aku udah bilang kan aku tuh kalau sama dia nggak ada rasa sama sekali, dia aja yang ngeyel." jelas Emma.
"Kurang ajar banget sih." ketus Angga.
"Udahlah nggak bakal diulangi lagi, dia pasti udah malu banget karena banyak yang lihat tadi." kata Emma.
"Tapi tangan kamu nggak papa kan?" tanya Angga sambil menyingsingkan lengan serangan Emma untuk melihat tangan Emma.
"Ya ampun sampe merah gini." kata Angga.
"Aa nggak papa kok." kata Emma, dia menurunkan lagi lengan bajunya.
"Ya udah makan yuk, beneran nggak tenang aku, nanti pulang kerja biar aku urut, tadibpasti kenceng banget kepelintirnya." kata Angga.
"He em mas...makasih." Kata Emma.
Mereka menuju kantin di lantai 2, Angga menyuruh Emma untuk mencari tempat duduk sementara dia mengambil dua kotak lunch box lalu menuju tempat duduk Emma.
"Nih... Jangan lupa berdoa." ucap Angga.
Emma menoleh kearah Angga lalu tersenyum.
"Iya mas..." Kata Emma.
Mereka berdua mulai menikmati makan siangnya.