"Ya sekarang coba lihat diri kamu sendiri. Tadi saja linglung seperti nenek-nenek kan? Padahal kamu tuh masih gadis remaja loh. Dulu Nenek pernah mendengar sebuah mitos, katanya kalau tidur sore secara berturut-turut selama empat puluh hari, maka kemungkinan akan membuat orang tersebut gila," jelas Tumi.
"Oh seorang itu, untung saja ini baru sekali. Amit-amit jabang kebo deh, jangan sampai terjadi seperti hal tersebut. Ana nggak ingin menjadi orang gila," ujar Ana lalu duduk di sebelah Tumi. Dia memang sangat akrab dengan Tumi dibandingkan dengan Slamet. Wajar sih karena mereka sama-sama perempuan yang tentunya arah pembicaraan pun cukup mudah dipahami dan nyambung. Beda lagi kalau dengan laki-laki karena hal kesamaannya itu lebih jarang. Namun, semua itu juga tergantung bagaimana pribadi seseorang. Pada intinya memiliki hobi maupun kesukaan yang sama saja cukup.
"Ya syukur kalau kamu sadar dan paham atas apa yang Nenek ucapkan tadi. Lain kali lebih hati-hati, Ana. Menjadi perempuan itu bukan hal yang mudah, banyak sekali aturan yang terkadang diabaikan padahal hal itulah yang paling penting, terutama soal kebersihan."
"Iya, Ana paham kalau tentang itu kok, lagian kan Ana nggak pernah jorok, Nek, Ana malah nggak suka melihat hal-hal yang membuat diri Ana nggak nyaman, seperti contoh lingkungan maupun tempat yang kotor."
"Bagus deh kalau seperti itu. Oh iya, kalau kamu mau mandi pakai air hangat ya biar nggak masuk angin, besok kan akan ada kegiatan MPLS dilanjut persiapan KBO."
"Nenek kok bisa tahu?"
"Apa sih yang kita nggak tahu, tapi jangan kamu artikan kalau Nenek dan Kakek hebat ya karena apa yang kita lakukan itu sesuai dengan apa yang dimiliki dan mampu, bukan malah seperti hal yang tidak berfaedah. Lagian kita itu sesama manusia dan tidak ada yang sempurna karena kesempurnaan hanya milik Tuhan."
"Iya deh, Ana percaya sama yang lebih senior," ucap Ana sambil mengacungkan kedua jari jempol tangannya.
"Kamu kira kita ini masih dalam tempat pendidikan apa?"
"Ya gimana ya? Hehehe."
"Sudah sana kamu mandi, terus makan, dan yang terakhir langsung tidur!"
"Oke, Nenek."
Ana pun berjalan meninggalkan ruang kamar. Dia langsung menuju ke kamar mandi agar tidak semakin larut malam karena pada dasarnya yang namanya mandi di waktu malam itu sangat dingin dan bahkan bisa membuat kondisi tubuh seseorang langsung sakit. Jika sekitar pukul 20.00 biasanya ada acara makan malam bersama keluarga. Oleh karena itu, Ana tidak ingin membuang-buang waktu.
Setelah semua beres, dia langsung menuju ke ruang keluarga. Di sana dia melihat ada Arumi, Tumi, dan Slamet. Dia mencari seseorang lagi yang belum hadir, rasanya tidak enak kalau ada salah satunya tidak ada dan tidak ikut gabung. Entah itu karena suatu hal yang menghalanginya atau memang sengaja. Aan memang lebih suka jika keluarganya kumpul, bukan malah sibuk terus terhadap kerjaan. Harapan dia sih Semoga semuanya berjalan dengan baik tanpa ada sedikitpun kendala.
"Mama!" Panggil Ana ketika duduk di sebelah Arumi. Bener kali Ana memang suka merengek minta sesuatu, sehingga terlihat seperti anak manja. Akan tetapi, semua keluarganya tidak mempermasalahkan hal itu. Mereka hanya menganggap sebuah kewajaran karena Mereka hanya anak tulang punggung keluarga.
"Iya, Ana?" Sahut Arumi lalu mencium puncak kepala Ana dengan tangannya yang memeluk putri semata wayangnya.
"Papa belum pulang atau lagi pergi, Ma?" Tanya Ana mendongakkan kepala menatap wajah Arumi yang terlihat benar-benar menyayangi Ana. Setiap kali Ana menatap Arumi, dia akan merasakan sebuah ketenangan, sehingga di mana pun berada tentunya membuat seseorang merasakan aneh.
"Oh, tumben nyariin Papa? Dia sedang kerja untuk kita."
"Pulangnya kapan?"
"Mama belum tahu, kemungkinan Papa kamu lembur."
"Oh ya sudah deh."
"Memangnya kenapa, Ana?" Tanya Arumi bingung karena tidak biasanya dia mencari Papa nya, sedangkan dalam kehidupan sehari-hari biasanya dia biasa saja. Kali ini, Arumi melihat ada sesuatu yang ditutupi dari diri Ana.
"Tidak apa-apa kok, Ma," jawab Ana.
"Kalau kamu ada masalah bilang sama Mama ya, jangan dipendam sendirian, nggak baik buat kesehatan."
"Nggak ada masalah kok, Ma. Oh iya, kita mau makan malamnya kapan, Ma? Ana sudah lapar banget."
"Kamu ini sejak dulu sukanya makan, tapi badannya tetap saja kecil, huft!" Cletuk Slamet.
Ana membalikkan badan menuju ke asal sumber suara tersebut. "Justru Ana sangat bersyukur, Kek, di luar sana masih banyak orang yang berlomba-lomba dalam mempertimbangkan setiap hal yang ada sampai lupa dengan kebahagiaan dirinya sendiri karena terlalu memikirkan badan agar terlihat indah seperti bentuk gitar."
"Ya sudah deh, kita makan malam sekarang saja, nanti keburu makannya dingin!" Ajak Tumi sudah tidak tahan menahan rasa lapar. Wajar sih karena makan memang kebutuhan setiap orang dan hal tersebut memang tidak bisa dipungkiri.
"Ayo!" Sahut Slamet, Arumi, dan Ana secara bersamaan.
Mereka berempat langsung menuju ruang makan untuk menyantap hidangan yang telah disiapkan Bibi Sanah. Masing-masing masakan ada sesuai dengan keinginan masing-masing majikannya, sehingga makanan yang dimasak cukup banyak. Maklumlah namanya juga selera yang tentunya hal tersebut merupakan ketentuan dari diri masing-masing orang. Mereka berempat makan malam bersama hanya ada dentingan yang tidak sengaja saling memukul antara piring dan sendok. Setelah selesai makan, Ana meminta izin untuk tidur karena dirinya juga sudah sangat ngantuk.
***
Hari kedua MPLS pun tiba. Ana sudah kembali kumpul di lapangan sekolah. Seperti kebiasaan selanjutnya pasti akan melakukan pegarahan kegiatan dan sedikit melelahkan. Semua orang hampir meraskan hal tersebut. Satu hal lagi yang sedikit menjadikan diri sendiri dongkol karena tidak kunjung mendapatkan respon. Selow sih boleh, tapi yang namanya beberapa orang tentunya tidak mungkin memiliki kadar kesabaran yang berbeda-beda.
Beberapa anggota OSIS ada yang berada di tengah barisan agar tidak ada yang ngobrol sendiri. Seringkali terjadi hal tersebut. Sebagai pembawa materi maupun pembawa acara kalau tidak sesuai dengan waktu yang diberikan dan pengunjungnya tidak puas maka lain kali lebih hati-hati. Padahal masih pada bagian pemasaran, sehingga hal pertama yang dilihat pasti banyak, apabila sedang promo. Masalahnya seragam dan alat keperluan lainnya lagi untuk yang digunakan saat sekolah. Semua tahu hal tersebut, hancur saja dan sampai saat sekarang pun tidak ada yang tahu bagiamana dan apa yang harus menjadi hal solusii dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
"Mohon perhatiannya!" Pinta Dafa dan semua pasangan mata menatap ke arah sumber suara. Banyak beberapa anak yang bisik-bisik membicarakan mengenai Dafa, sehingga anggota OSIS pun lagi. Padahal sebagai nelayan pasti tahu kalau akan terjadi sebuah fenomena.
"Baiklah. Hari ini kita melakukan hal-hal yang aneh-aneh, contohnya seperti halnya orang yang kuker saja. Nah, setelah itu, kita lanjut untuk pengumuman pembagian kelompok untuk KBO. Pembahasan juga aku rak mangkat," ujar Dafa dengan kedua matanya.
"Nah, betul tuh kalau punya cadangan, sehingga kalau apa-apa tidak bingung lagi!" Cletuk beberapa orang yang tidak mengetahui hal tersebut.
"Huu!" Sorak semua orang yang berada di lapangan. Sebenarnya mereka memang sudah agak kesal saja , sehingga paling malas kalau berhunungan dengan tanah dan air.
"Sudah-sudah!" Lerai beberapa anggota OSIS yang berada di barisan tengah, sehingga apa yang dilakukannya itu seperti terlihat bebas, sedangkan diriku ngomong saja masih banyak yang orang lain rasakan.
"Nah, sekarang ini kalian langsung masuk ke aulah ya karena setelah ini pasti akan ada hal-hal yang kaitannya dengan penulis dan beberapa sesuatu buruk yang Ana lihat. Akan tetapi diam saja karena tidak kuat dengan janda."
"Siap, Kak!" Sahut seluruh peserta MPLS.
"Oh satu lagi, jangan bikin gaduh dan pastikan kalau nanti sepatunya dilepas dan letakkan yang rapi di depan aula."
"Iya, Kak, kita paham."
Tak lama kemudian banyak beberapa orang yang menjadi hal tersebut, akan tetapi beberapa juga ada yang tidak nyaman. Satu hal yang membuat mereka bingung, la kalau nesu seperti dia. Lucu saja sih kalau minta tolong terus tidak masalah karena semua hal tersebut termasuk dalam sebuah hal yang sangat luget.
Lagi-lagi Ana harus kembali belajar beradaptasi karena sampai saat ini, dia tidak memiliki uang selama ini, seakan hidupnya akan ada sesuatu yang aneh ketika berada di luar dan lingkungan baru. Ana benar-benar malas, bahkan dia tidak sabar ingin mengakhiri segala kegiatan seperti hal tersebut yang sampai saat ini tahu jawabannya. Raut wajahnya pun sudah terlihat. Ditambah lagi sekarang lebih sibuk mengurus anaknya hingga jam sore belum acara kembali terkejut.
"Hai!" Sapa seseorang yang berada di samping Ana.
"Oh hai!" Ana tersenyum kepada temannya tersebut, padahal Ana belum mengetahui hal tersebut.
"Nama kamu siapa?" Tanya perempuan tersebut. Tampilannya sangat simpel, tubuhnya kecil, dan kedua pipinya cukup bulat. Gaya rambutnya di kepang satu dari atas hingga bawah, seperti kepangnya milik Elsa Frozen.
"Namaku Ana, kalau kamu?"
"Namaku Elsa. Eh, gila nggak sih kalau kita ini seperti tokoh dalam kartun Frozen. Kamu adiknya dan aku kakaknya, hehehe. Sudah lah saya tidak apa-apa kecuali beberapa hal yang memang baik hati dan nanti pada akhirnya ada dia yang tersakiti."
"Oh iya juga ya. Kebetulan tapi bagus banget, hehehehe."
"Kamu ke sini ada temannya tidak?" Tanya Elsa bingung karena sejak tadi dia menatap Ana terlalu banyak diam.
"Nggak ada, aku ke sini sendirian terus karena tidak ada teman yang satu angkatan daftar di teman kuliah sini sih."
"Hebat banget," puji Elsa katika tahu mengenai hal baru mengenai Ana.
"Hebat apanya? Mungkin semua orang yang berada di sini pasti ada yang sama juga. Tak apalah karena sendiri bukan berarti tidak memiliki teman."
"Iya juga sih, hehehe. Kalau kamu rumahnya jauh dari sini?" Tangan Elsa, dia benar-benar penasaran mengenai Ana karena beberapa memang sudah ada yang banyak membicarakan Ana dan kini malah Elsa bisa berteman dengan baik.
"Nggak jauh kok, paling kurang lebih dua kilometer saja," jawab Ana lalu tersenyum ramah.
"Hey, yang duduk di baris paling belakang!" Panggil Dafa dengan tangannya yang menunjuk ke arah barisan tersebut.