Part 34

1191 Kata
"Setuju!" Sahut beberapa anggota kelompok dengan kompak lalu mereka bersorak gembira sambil bertepuk tangan. Suasana yang canggung pun kini berubah menjadi ramai hanya karena ucapan Ana. Selain mampu menarik perhatian orang lain, Ana juga mampu mencairkan suasana. Dia tidak ingin diam dalam rasa canggung, apalagi dalam soal yang tidak untuk diucapkan, kalaupun diucapkan bukan menyelesaikan masalah, yang ada malah semakin berisik dan tidak ada habisnya. Namanya juga orang aneh, kalau tidak aneh maka tidak menarik. Cukup melelahkan jika berbicaralah dengan orang yang tidak bisa untuk diajak kompromi. Jadi, Ana menganggap bahwa hal ini adalah sebuah keajaiban, sedangkan orang lain menganggap bahwa Ana orangnya asyik. Padahal hal itu bukan menjadi suatu ketentuan. Beberapa kali Ana merasa tidak senang maka dia memilih untuk diam. Semua itu karena dia tidak ingin mencari maupun memperpanjang masalah. Cukup kalau tidak nyaman memilih untuk keluar dari zona tersebut. Tercetak di bibir Ana sebuah senyuman manis, di mana senyuman tersebut yang mampu memikat hati orang lain. Sedikitpun Ana tidak pernah ada niatan cari perhatian, hanya saja beberapa kali sering terjadi kalau rasa suka pada diri orang lain kepada Ana sangatlah singkat. Hanya tatapan sekali saja seringkali langsung tumbuh rasa kagum, tidak kebayang kan jika seringkali bertemu. Andai saja jika Ana memiliki sifat yang bisa dikatakan buaya, maka sudah tidak bisa dihitung lagi berapa banyak mantannya. Dia malah tidak ingin kalau nanti dirinya dianggap sebagai cewek yang gampangan karena hal tersebut sangatlah tidak baik jika melekat pada diri perempuan, lebih tepatnya sih karena berhubungan dengan harga diri. Satu hal yang paling pertama bagi Ana adalah harga diri. Semakin tinggi harga diri yang dimiliki maka akan disegani oleh orang lain, pun sebaliknya. Jika tidak bisa menjaga harga diri tentunya pasti akan diremehkan orang lain karena hanya keburukanlah yang orang lain lihat. Sudah tak jarang lagi terjadi seperti hal tersebut. Bahkan bagi mental yang tidak kuat pun akan sering merasa tersinggung dan berkahir sakit hati. Oleh karena itu, Ana paling tidak suka kalau nanti dirinya malah menjadi sasaran yang tidak tepat hanya karena banyak yang tertarik kepadanya. "Nah, kalau seperti itu, pesan saya cuma simpel sih, jangan mudah termakan omongan orang lain. Dibalik ucapan orang lain seringkali terjadi ada rasa tidak suka. Masih mending kalau cukup itu saja, terkadang ada hal yang bisa dikatakan iri. Selain menguatkan harga diri, tidak ada salahnya menjaga keselamatan diri sendiri dari orang yang diam-diam sangat berbahaya. Orang yang memiliki karakter tersebut lebih bahaya dibandingkan dengan orang yang memang secara terang-terangan berniat jahat." "Betul sekali!" Lagi-lagi beberapa suara dari beberapa kelompok kembali terucap sangat kompak. Ana benar-benar bahagia mendapatkan respon bagus. Inilah salah satu hal yang diharapkan oleh Ana. "Apakah ada yang mau ditanyakan lagi?" Tanya Ana. "Nomor nya yang tadi belum dijawab!" Sorak laki-laki tadi yang menanyakannya. Kurang lebih 5 menit dia ngobrol di telpon. Ana paham bagaimana sibuknya pacarnya, meskipun nantinya akan dan masih sempat ngabarin. "Coba cek di counter, di sana banyak nomor yang mungkin mereka bisa sangat cepat ngeceknya," jawab Ana ngasal. Dia memang sengaja menjawab dengan jawaban yang sedikit agak tidak nyambung. Lagian Ana tidak ingin memberikan nomor nya karena nomor merupakan salah satu hal yang bersifat privasi. Suatu hal yang privasi tidak boleh untuk disebar luaskan karena takut jika disebar luaskan terutama jika sampai disalah gunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Apalagi beberapa kali teman laki-laki seangkatannya seringkali meminta nomor dan bahkan sering kali ada beberapa nomor yang masuk ke dalam w******p meminta untuk kenalan. Namun, masih lebih banyak pesan di i********: dibandingkan dengan pesan di w******p. Perbedaannya sih karena Instragram itu bersikap public, sehingga siapa pun bisa melihat dan tahu apa saja yang dilakukan oleh orang lain tanpa melihat secara langsung. Itulah salah satu keunggulan teknologi di jaman sekarang yang sangat beda jauh dengan teknologi dulu. Beberapa anggota pun ada yang kesal karena jawaban Ana cukup menyebalkan. Akhirnya ada seseorang yang berani untuk meluruskan. Hal itu dia lakukan hanya semata-mata ingin sekali mengenal dekat dengan Ana. "w******p nya dong!" Ujar laki-laki tersebut. Semua orang yang berbicara tadi tidak ada satupun yang Ana kenal. Dia masa bodoh terhadap siapa pun mereka karena dia ingin sekali merasakan bagaimana indahnya ketenangan. Sebab, terkadang ada beberapa orang yang suka spam chat hanya demi mendapatkan apa yang dirinya mau tanpa memikirkan perasaan Ana. Jika dipikir sih memang agak aneh saja, lagian dia pun tidak tahu dan tidak mengerti banyak hal mengenai orang tersebut. Cara akhir yang Ana lakukan paling ampuh adalah dia langsung ngeblok nomor yang berani spam dirinya. Ana selalu berpikir bahwa orang yang suka spam adalah orang yang tidak menghargai waktu orang lain sekaligus termasuk orang yang tidak sabar. Ana sendiri tidak suka jika bertemu dengan orang yang memiliki perilaku tersebut. "Kalau w******p bisa download di play store ya," jawab Zea sangat santai. Lagi-lagi dia berhasil membuat kesal temannya. Dia tidak peduli bagaimana perasaan temannya tersebut karena yang jelas dia tidak mau ambil pusing dalam menghadapi beberapa orang yang memang menurutnya agak tidak jelas. Padahal Ana akan merespon orang-orang yang memang sopan, meskipun itu awalnya tidak kenal. Bagi Ana sih kalau spam chat media sosial selain w******p tidak masalah karena notifikasinya tidak terlalu berisik dan membuat handphone sampai ngelag. Beda lagi kalau menggunakan w******p yang tentunya berisik dan juga bisa ngelag. "Huft, susah banget sih buat bisa kenal sama kamu, Na," keluh orang tersebut. "Enggak kok, buktinya tadi aku sudah kenalan. Sudah ya, sekarang gantian Elsa biar yang lain kebagian juga. Kasihan pada nungguin. Oh iya satu lagi biar cepat selesai terus pulang. Tadi kan gitu yang dikatakan sama Kak Dafa," ujar Ana lalu memberikan mikrofonnya kepada Elsa. "Oke, sekarang gantian saya ya. Jadi, hobi saya adalah sama seperti hobi Ana, hanya saja saya tidak suka membaca karena setiap kali disuruh membaca maka respon tubuh saya akan lemas dan cepat ngantuk. Motivasi saya ingin membahagiakan orang tua," jelas Elsa. "Kalau bahagiain aku nya kapan nih?" Cletuk seorang laki-laki yang duduk di barisan paling depan. Dia berasal dari kelompok 2. Di papan namanya bertuliskan nama Ilham. Untung saja namanya terpampang sangat jelas, beda lagi kalau tadi orang-orang yang sengaja bertanya kepada Ana. "Cie!" Sorak beberapa anggota lain. Mereka memang sengaja menggoda Elsa dan Ilham agar sedikit salah tingkah. Rupanya hal itu benar-benar terjadi. Kini Elsa terlihat salah tingkah ditandai adanya semburat malu di kedua pipinya. Bibir Elsa sulit untuk berucap karena tidak biasanya dia merasakan digoda oleh beberapa laki-laki. Baru kali ini dia digodain secara terang-terangan di hadapan orang banyak. Biasanya sih kalau di jalan yang tidak sengaja lewat saja. Elsa menganggap bahwa hal ini adalah sebuah keberuntungan yang berada di awal dan dia berharap bahwa kedepannya akan sama terus. Suatu hal keberuntungan bagi Elsa bisa berteman dengan Ana, senyuman di bibirnya memberi makna sangat dalam. Hari yang sangat bahagia tanpa ada sedikitpun rasa yang ditutupi. Entah mau bagaimana ceritanya karena yang terpenting adalah tiada kebohongan yang melekat, meskipun bohong demi kebaikan. Belum sempat menyelesaikan ucapannya, ada laki-laki lain yang menatapnya kagum, bahwa paras laki-laki tersebut juga ganteng dan gagah. Elsa sangat merasa bersyukur atas segala pencapaian yang sudah Elsa gapai, yaitu mengenai terkenal di kalangan teman sebaya maupun kakak kelas. Terkesan konyol sih, tapi memang itulah yang terjadi dan sudah menjadi salah satu tujuan hidupnya. "Ayo, pada lanjut perkenalannya!" Suruh Dafa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN