Setelah pernikahan

1023 Kata
Hari pernikahan pun tiba, Assyifa terlihat cantik dengan gaun pengantin berwarna putih itu. "Kamu cantik banget, Nak!" ucap haru mama Assyifa dengan mata berkaca-kaca Assyfa hanya tersenyum tipis mendengar pujian dari mamanya. "Pengantin laki-laki nya udah dateng," ucap Aska Mama Assyfa pun bergegas untuk menyambut calon menantunya itu. Assyfa memandangi dirinya di depan cermin, ia tidak menyangka jika pada akhirnya, ia akan menikah dengan seseorang yang tidak ia kenali. Lamunannya pun buyar, ketika sahabatnya Aska memegang bahunya. Assyfa melihat senyuman Aska yang seolah mengatakan 'tidak apa-apa', Assyfa hanya membalas dengan senyuman getirnya. *** Perlahan, Assyfa melangkah mendekat ke arah pelaminan. ia melihat sosok seorang pria yang sebentar lagi akan menjadi imamnya. Ucapan 'sah' terdengar, dan semua orang pun bersorak gembira. sedangkan Assyfa hanya menundukkan pandangannya, berusaha untuk menahan buliran bening itu agar tidak lolos dari matanya. Namun, usahanya gagal.. airmata itu tetap mengalir dan membasahi pipinya. *** Hari-hari pun berlalu, "Mas, Aku mau minta izin," Syfa membuka obrolan di pagi ini "Emang mau kemana?" "Gak kemana-mana," "Trus?" "Aku cuman pengen kerja lagi kayak dulu, soalnya setelah nikah aku resign dari kerjaanku yang dulu." "Kamu mau kerja apa?" "Ya.. belum tau, tapi nanti aku mau cari lowongan kerja, " "Gak usahlah! Kalau kamu kerja, terus yang ngurus rumah siapa? Aku juga kan harus kerja!" ketus Ivan "Tapi, Mas kan kerjanya di rumah!" "Trus? kamu nyuruh aku buat ngurusin rumah, gitu? sementara kamu bebas diluar?" "Ya gak gitu, Aku cuman pengen punya lingkungan sendiri buat sosialisasi kayak dulu!" Ivan menatap tajam Assyfa, "Kamu tuh udah nikah, udah punya suami. tugas kamu tuh dirumah! ngurusin aku!" "Ya, tapi kan.. " Ivan pun melangkah pergi meninggalkan Assyfa. Assyfa pun memilih untuk mengalah, *** Beberapa bulan kemudian, Assyfa berlari menuju kamar mandi karena rasa mual yang sudah tidak tertahankan, "Huweekk, Huweee!" mendengar sang istri, Ivan pun menghampirinya. "Kamu kenapa?" tanya nya dengan wajah datar "Gapapa, mungkin cuman masuk angin." "Oh," Ivan pun melangkah pergi Assyfa baru teringat jika ia sudah terlambat datang bulan, "Apa jangan-jangan?" Assyfa pun pergi ke apotek untuk membeli testpack. Assyfa terkejut melihat garis dua berwarna merah muda di alat tersebut. "A-aku hamil?" Bahagia sekaligus haru menyelimuti Assyfa, Ia bergegas menemui sang suami yang tengah fokus dengan komputer miliknya. "Mas?!" panggilnya antusias "Apa?" jawab singkat Ivan tanpa melihat ke arahnya. "Aku hamil!" Ivan yang terkejut, seketika langsung berdiri dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. "Kenapa kamu bisa hamil?" Assyfa mengernyitkan dahinya, ia merasa aneh dengan reaksi sang suami. "Maksudnya? Mas gak seneng aku hamil?" Ivan menarik nafas panjang, "Gak gitu! cuman, Aku belum siap aja jadi kalau bisa gugurin dulu aja ya!" Assyfa membulatkan kedua matanya sempurna saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Ivan. "Mas! Kamu gila? Ini anak kita, darah daging kita!" "Ya karena itu, mumpung masih kecil jadi gampang dikeluarin," Assyfa menggelengkan kepalanya, "Kamu gak waras, Mas!" Assyfa pun melangkah pergi keluar rumah, *** Beberapa bulan pun berlalu, perut Assyfa semakin hari semakin membesar. "Mas, tolong jemurin baju ya? Badan aku pegel-pegel." "Itu kan tugas kamu," Ivan melangkah pergi melewati Assyfa begitu saja. Assyfa hanya menghela nafas kasar, Tiba-tiba Assyfa merasakan sakit yang teramat sangat.. "Aduh, sakit!" Assyfa memegang perutnya Ia mencoba untuk memanggil Ivan, "Mas!" Assyfa berjalan perlahan untuk menghampiri sang suami yang tengah sibuk dengan komputernya. "Mas!" panggilnya untuk kesekian kali Ivan pun menoleh ke arah suara, Ia terkejut melihat kondisi sang istri yang menahan kesakitan dengan keringat yang sudah membasahi wajah dan tubuhnya. "Kamu kenapa?" terlihat raut wajah cemas di wajah Ivan. "Antar aku ke rumah sakit!" "Iya!" Ivan pun membopong Assyfa dan membawanya ke rumah sakit, Beberapa jam kemudian, Assyfa melahirkan seorang putri yang cantik. "Cantik banget sih cucu nenek," ucap Mama Assyfa seraya menimang sang cucu Assyfa tersenyum bahagia melihat Mamanya yang terus tersenyum menatap malaikat kecilnya itu. "Kamu harus banyak makan, karena kalau sudah melahirkan pasti sangat lelah." Assyfa mengangguk paham, "Waahh, cucuku!" Kedua mertua Assyfa yang baru saja tiba langsung mengambil alih bayi mungil itu dari tangan mamanya. "Hallo cantik! Lucuu banget, Kayak Ivan waktu bayi dulu." ucap mertua perempuan Assyfa hanya tersenyum, namun senyumannya berubah saat ia menatap sang suami. ia masih teringat dengan perkataan sang suami yang menyuruhnya untuk menggugurkan kandungannya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika kedua orang tua mereka tau dengan apa yang pernah dikatakan Ivan padanya. "Syfa?" panggilan mamanya membuyarkan lamunanya "Iya ma?" "Kamu makan dulu, Nak!" Mama tersenyum seraya menyodorkan suapan kecil dari tangannya. Assyfa pun makan dengan lahap, "Makan yang banyak ya," Assyfa pun mengangguk diiringi senyuman tipisnya. "Syfa?" panggil mertua perempuan "Iya ma?" "Karena di rumah gak ada siapa-siapa, dan kamu juga baru melahirkan. gimana kalau untuk sementara waktu, kamu tinggal dulu di rumah mama? biar kamu ada yang nemenin." Assyfa menatap sang ibu, "gapapa syfa, betul apa yang dibilang mertua kamu. sebulan pertama biasanya seorang ibu akan begadang tiap malam, jadi kalau kamu disana akan ada mertua kamu yang ikut bantu." "Tapi, kenapa gak dirumah ibu aja?" "Rumah mama kan lebih dekat jaraknya ke rumah kamu, kalau di rumah ibu kamu takutnya kalau ada apa-apa susah, karena lokasi rumah yang jauh." potong sang mama mertua Ibu syfa pun mengelus lembut rambut syfa seraya tersenyum dan mengangguk kecil. syfa pun setuju untuk pindah ke rumah sang mertua. *** Beberapa hari setelah pulang dari rumah sakit, "Mas, tolong pegangin Alya sebentar ya?" pinta syfa "Emang kamu mau kemana?" "Aku mau ke pasar dulu, tolong jagain dulu Alya. takutnya kenapa-napa." "Hm," Assyfa pun hanya menarik nafas panjang dan hendak melangkah pergi. Namun, Tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara sesuatu yang terjatuh. Assyfa dan Heri berlari cepat menuju kamar mereka, dan benar saja hal yang tidak diinginkan terjadi. Alya terjatuh dari atas kasur, ia menangis keras karena kesakitan. Assyfa pun langsung merangkulnya dan mencoba menenangkannya. Dengan perasaan bersalah dan syok, ia terus memeluk erat putrinya. "Kamu tuh yang bener naro anak! baru dikasih satu anak aja gak bisa jagain!" Ivan pergi berlalu begitu saja Assyfa hanya terdiam menahan sakit karena ucapan sang suami. *** Malam hari, Alya begitu rewel dan sulit untuk ditenangkan. "Berisik banget! bikin dia diem dong! aku lagi belajar nih!" ucap sinis sang adik ipar "Syfa, kamu bisa ngasuh anak gak sih?" tambah ibu mertua seraya berlalu pergi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN