Perjodohan
Terdengar gelak tawa seorang gadis yang baru saja tiba di rumahnya.
"Iya iya! Sampai ketemu lagi besok ya!" ucap seorang gadis bernama Assyfa seraya melambaikan tangannya pada seorang pemuda yang mengendarai sepeda motor matic.
Ketika berbalik, ia disuguhi wajah sinis sang ibu yang rupanya sudah memperhatikannnya sejak tadi.
"Jam segini baru pulang?" tanya Ibu Assyfa
Assyfa melihat jam tangan sekilas,
"Baru juga jam 8 mah,"
"Fa! Kamu tuh anak gadis, gak baik anak gadis suka keluyuran malem-malem. Apalagi sama cowok perginya!"
"Mah! Dia itu pacar aku, lagian kita gak ngapa-ngapain koq! pacaran kita tuh sehat!"
"Gak ada yang namanya pacaran sehat! yang namanya laki sama perempuan kalau jalan bareng itu yang ketiganya setan!"
"Ck!" Assyfa yang merasa kesal pun melangkah melewati mamanya begitu saja.
"Syfa! Dengerin dulu mama!"
Assyfa menutup pintu kamarnya tanpa mau mendengar ocehan sang mama.
"Norak banget mama! Pacaran itu kan udah hal yanng lumrah, semua orang juga pacaran! kenapa cuman aku yang dilarang?" Assyfa melempar begitu saja tas miliknya.
Ia kemudian merebahkan tubuhnya,
"Gak ngerti sama jalan pikiran mama!"
Assyfa pun memejamkan matanya.
Hari pun berganti,
Assyfa tengah menikmati sarapan paginya,
"Syfa?" panggil lembut mama
"Hm?"
"Nanti kamu pulang kerja jam berapa?"
"jam 5, kenapa emangnya?"
"Kamu langsung pulang ya,"
"Tumben, kenapa?"
Sang mama pun tersenyum lembut,
"Gapapa, Pokoknya kamu langsung pulang ya?"
"Iya iya, Syfa berangkat dulu ya,"
Assyfa punn berpamitan dan pergi.
***
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, Assyfa pun bergegas untuk pulang. Namun, tiba-tiba...
"Sayang, Kamu mau pulang sekarang?" tanya seorang pemuda bernama Heri, kekasih Assyfa
"Iya nih, Mama nyuruh aku pulanng cepet,"
"Kalau gitu, kamu temenin aku bentar ya?"
"Kemana?"
"Ke toko buku,"
"Tumben banget ke toko buku?"
"Iya, soalnnya aku ada tugas dari kampus."
"Oke."
Mereka berdua pun melangkah pergi, Namun tiba-tiba Heri berhenti di sebuah jalan yang sepi.
"Koq berenti?"
Heri melepas helmnya dan berbalik menatap Assyfa.
"Fa, aku mau ngomong sesuatu sama kamu,"
"Tentang apa?"
"Kita udah 3 tahun pacaran,"
"Terus?"
"Emm, Selama itu kita gak pernah ngapa-ngapain. Paling cuman gandengan tangan doang."
Assyfa mulai curiga dengan arah pembicaraan Heri
"Terus maksud kamu, apa?" tanya Assyfa sedikit membentak
"Aku cuman pengen bukti aja dari kamu,"
"Bukti? Bukti apaan?"
"Bukti kalau kamu itu cinta dan sayang sama aku!"
"Emang perhatian dari aku ke kamu, kesetiaan aku ke kamu selama ini kurang?"
"Aku pengen bukti yang lebih dari itu,"
Heri pun melangkah mendekat ke arah Assyfa, dan Assyfa memundurkan langkahnya.
"Kamu jangan macem-macem ya!"
"Aku cuman minta satu aja dari kamu, cium aku disini!" Heri menunjuk bibirnya
"Apa? Gila lo ya! Lo udah janji sama gue, Lo gak bakalan nyentuh gue sebelum lo halalin gue!"
"Ya terus bedanya nanti sama sekarang apa? Kan sama aja! Toh kalau ada apa-apa, aku pasti tanggung jawab koq!"
Assyfa menggelengkan kepalanya, ia merasa tidak percaya kata-kata itu keluar dari mulut kekasih yang sangat ia kasihi selama tiga tahun.
Merasa marah dan kecewa, Assyfa pun memukulkan helmnnya tepat ke kepala Heri, hingga membuat heri meringis kesakitan.
Assyfa pun membanting helmnya,
"Kita putus!" ia kemudian melangkah pergi meninggalkan Heri yang masih terduduk kesakitan.
Dengan airmata yang terus mengalir, Assyfa mencoba untuk kuat dan menghapus kasar airmatanya.
Setibanya di rumah,
"Kamu dari mana aja syfa? Ibu kan tadi udah bilang buat langsung pulang,"
"Maaf Bu, tadi macet!"
"Ya udah, Masuk!"
Assyfa kemudian melangkah masuk kedalam rumah, Namun ia terkejut saat melihat ramai orang di dalam rumah.
"Ini, ada apa Bu?" bisik Assyfa
"Ibu pengen ngenalin kamu sama Ivan, putranya Tante Ani." Assyfa mencoba mencerna maksud ucapan mamanya. Ia kemudian menarik sang mama kembali ke luar rumah.
"Maksudnya apa?"
"Mama pengen jodohin kamu sama Ivan, dia anaknya Baik. Dia udah mapan, punya usaha beberapa usaha yang bakal menjamin masa depan kamu!"
"Tapi aku gak kenal dia Mah! Aku bahkan gak tau orangnya kayak gimana!"
"Ya udah kamu kenalan dulu aja, Nanti juga suka! Atau lebih baik kamu langsung nikah aja!"
Assyfa membulatkan kedua matanya,
"Mah!"
"Lagian, apalagi yang kamu cari? usia kamu udah 23 tahun dan itu udah dewasa! sampai kapan kamu mau pacaran sama berondong itu? yang belum jelas masa depannya! untuk hidupnya aja dia masih ngandelin orang tuanya!"
Seketika Assyfa menundukkan pandangannya, ia mengingat kembali kejadian mengerikan yang hampir saja ia alami.
"Coba kamu pikir baik-baik! Mama akan kasih waktu kamu buat mikirin ini."
Mama pun melangkah pergi meninggalkan Assyfa sendirian.
Beberapa hari kemudian,
Setelah kejadian itu, Heri tidak pernah mennampakkan batang hidungnya. dan membuat Assyfa murung.
"Dor!" Assyfa dikagetkan oleh sahabatnya yang melihat Assyfa tengah melamun.
"Lo kenapa?"
Assyfa tersenyum tipis, "gue gapapa."
Aska mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Ka?"
"Hm?"
"Gue pengen nanya sesuatu sama Lo!"
"Tanya aja,"
"Kalo miisalnya lo dijodohin sama ortu lo, lo gimana?"
"Gimana apanya?"
"'Ya, lo mau nerima apa gak?"
"'Ooh, Kalau itu sih kayaknya gue terima- terima aja. soalnya gue tau, orang tua itu gak sembarangan milih. pasti bakalan dilihat bibit bebet bobotnya."
Assyfa terdiam mematung,
Aska melambaikan tangannya didepan wajah Assyfa.
"Woy!"
Untuk kesekian kalinya Assyfa mengerjap kaget,
"Lo emang dijodohin?"
"Hm? G-gak koq!"
"Jujur aja! Gapapa koq! Gue kan udah bukan orang lain lagi buat lo!"
Assyfa punn menceritakan apa yang terjadi, dan membuat Aska terkejut.
"Ah gila tuh si Heri! Awas aja kalau ketemu! gue bejek-bejek tuh anak!"
Assyfa menarik nafas panjang, "gue juga masih gak percaya dia gitu!"
"Ya udahlah! Lo terima perjodohan itu, siapa tau dia emang takdir lo dan bukan si heri! Lagian, bener juga kata mama lo, lo udah cukup dewasa dan gak mungkin pacaran terus, mungkin dengan kejadian kemarin itu, Tuhan pengen nunjukkin ke lo kalau tuh cowok emang b******k!"
Assyfa terdiam mematung mendengar nasihat dari sahabatnya itu.
***
Setibanya di rumah,
Assyfa menghampiri sang mama yang tengah menyapu.
"Mah, Syfa udah bikin keputusan."
"'Keputusan apa?" ucap mama tanpa melihat ke arahnya.
"Syfa memutuskan untuk.. Menerima perjodohan ini!"
Seketika sang Mama pun membanting sapu yang ia pegang, berlari dan memeluk erat putrinya.
"Terima kasiihh, Nak! Kamu pasti sukses!"
Assyfa tersenyum menutupi rasa sedihnya.
Sementara itu dilain sisi,
Seorang pemuda memperhatikan mereka dari balik pinnggir rumah mereka, ia tersenyum tipis dengan tatapan sendunya, ia pun melangkah pergi.
"Maafkan aku, Berbahagialah.."