Kyla dan Kabin

1482 Kata
“Akan ada saatnya dimana karma akan menemukanmu.” *** Kedua matanya mengerjap ketika cahaya matahari berhasil menembus dan mengenai kelopak matanya. Perlahan sambil melawan rasa berat pada kelopak matanya itu, Kyla membuka kedua matanya yang melihat buram. Tetapi yang dapat Kyla simpulkan, adalah dirinya berada di suatu ruangan yang memiliki langit-langit kayu dan berdebu. Gelapnya ruangan itu tidaklah terlalu gelap karena diterangi oleh cahaya matahari yang masuk lewat jendela. Lewat hidungnya, Kyla bisa mencium aroma petrichor, yaitu aroma tanah di hari turunnya hujan yang khas di sekitarnya. Pengelihatan Kyla yang tadi kabur pun perlahan semakin jelas, dan kepalanya kini dapat menoleh untuk mengedar. Dia memicing, lalu perlahan bangun untuk duduk agar dapat lebih seksama mengamati apa yang sebenarnya terjadi di sekitarnya. “…. Ini rumah siapa?” Kyla berada di suatu rumah yang sudah lama ditinggalkan. Maksudnya, Kyla bisa menyimpulkannya dengan demikian karena Kyla melihat beberapa perabotan rumah yang sudah dalam keadaan rusak, berdebu, ditutupi sarang laba-laba, berantakan, dan punya kesan mencekam. Kyla merasa seperti terperangkap di film horor. Rumah itu pernah ditinggali, oleh seseorang yang mungkin menyukai senapan laras panjang karena Kyla bisa melihat adanya sebuah pajangan berupa senapan panjang di atas perapian yang sudah tidak terpakai cukup lama. Kyla menepuk-nepuk dirinya, menyingkirkan berbagai debu yang mengotori pakaian sidang perceraiannya. Yaitu gaun span hijau pastel selutut dan berlengan panjang, lalu sepasang selop hitam sebagai alas kakinya. Rambut merah jahenya hanya Kyla urai sederhana, dan kini sedikit berantakan karena dia tertidur semalaman. Tertidur? Semalaman? Kyla lebih mendetail mengedarkan pandangannya. Dia bangkit, dan berjalan ke sana kemari mencari tasnya. Tas yang menyimpan dompet dan ponselnya. Namun, tidak ada dimana-mana. Kepanikan langsung menyelimutinya. Bagaimana jika Natasya panik dan sedang mencarinya? Kate dan Robert bagaimana? Bahkan sekarang, Kyla tidak yakin bahwa dirinya tertidur hanya satu malam saja. Bisa saja, dia sudah menghabiskan waktu selama berhari-hari di dalam rumah misterius tersebut. “Aduh, bagaimana ini?....” dan sekarang, kepanikannya bertambah ketika Kyla merasa perut bagian bawahnya sakit. Sakit seperti ketika datang bulan. Jika benar bahwa sakit perut itu adalah efek dari datang bulannya, maka dia membutuhkan tasnya saat ini juga. Kyla kembali ke ranjangnya, duduk sembari meringkuk dan menekan perutnya yang langsung terasa lebih baik daripada saat berdiri barusan. Secara tak sengaja, Kyla melihat sebuah surat dalam amplop berwarna putih di sampingnya. Mungkin karena Kyla terlalu sibuk dan terlalu panik, dia tidak memerhatikan keberadaan surat tersebut di atas kasurnya. Dan ya, ia pasti telah tertidur selama berhari-hari, karena surat tersebut berdebu saat disentuh. ‘Hai, Kyla. Surat ini adalah surat yang pasti akan kau temukan setelah kau sadar dari tidur panjangmu. Maaf aku tidak membangunkanmu, dan aku juga pergi sebelum kau sadar karena aku sedang dalam bahaya. Akan sangat merepotkan, terlebih untukmu yang pasti akan terluka jika aku bawa pergi. Ya, ini aku, Clare. Temanmu yang sebenarnya sudah menyiapkan pesta kejutan atas kebebasanmu dari kegalauan terhadap Edrick dan Emily, serta teman yang sudah menyiapkan daftar para lelaki lajang untukmu agar bisa move on he he he. Kabin di mana kau berada saat ini adalah kabin milik kakekku. Maaf. Maaf sekali karena segalanya terjadi sangat begitu cepat. Dan surat ini akan menjadi sangat panjang jika aku jelaskan semuanya, sementara waktu terus berjalan dan mereka sedang mengejarku. Alasanmu bisa tidak sadarkan diri karena kau kecelakaan. Mobilmu ditabrak oleh truk dari belakang. Bagamana aku bisa tahu? Karena saat itu aku ada di tempat kejadian. Aku sedang bersepeda di dalam hutan, dan juga sedang dalam perjalanan pulang begitu tahu kau sudah dekat dengan lokasi rumahku. Ya, intinya, tinggallah di sana untuk sementara waktu, meski tempat tersebut sudah sangat kotor dan berdebu. Dan kau hanya boleh keluar dari sana jika luka jahitan di dadamu sudah sepenuhnya kering. Hm.... sebenarnya boleh, tetapi jangan terlalu jauh dari kabin. Kalau bisa, jangan sampai kau bertemu orang asing saja. Percayalah padaku. Di lembar selanjutnya dalam surat ini aku menyelipkan detail tentang kabin kakek. Semoga bisa membantumu bertahan. - Clare’ Tidur panjang? Maka dugaan bahwa Kyla sudah tertidur lebih dari sehari itu benar. Lalu luka? Kyla segera menarik risleting di belakang gaunnya agar dapat membuka bajunya. “.... Apa-apaan ini... “ Betapa syok dirinya ketika pada tubuh di balik bajunya penuh dengan luka-luka yang sudah mengering, basah, dan dalam keadaan terjahit. Di d**a, di perut, pinggang, dan nyaris di setiap tubuhnya. Dan dijahit seolah-olah semua luka itu adalah luka kulit yang robek. Namun yang membuatnya heran, Kyla sama sekali tidak merasa kesakitan. Kyla merasa seperti biasanya. Tidak sakit dan sebagainya. Berhati-hati tangannya menyentuh bagian luka di atas dadanya yang memang masih basah, lalu bergantian menyentuh yang sudah mengering di bagian bahunya. Tidak. Kyla sama sekali tidak merasa sakit ketika dan setelah menekan-menekan itu semua. “Baiklah, ini gila—” Dengan cepat Kyla meraih satu lembar surat dalam amplop putih. Yaitu, lembaran lain yang Clare sebutkan sebagai lembaran yang menuliskan beberapa detail kabin milik kakeknya dengan harapan dirinya dapat menemukan penjelasan tentang kondisi anehnya. Tetapi itu nihil. Kyla hanya menemukan gambar denah kabin buatan tangan Clare yang secara detail dan rapi, menjelaskan bahwa kabin berdiri di tengah-tengah hutan pinus, serta penjelasan tentang letak dimana dapur, ruang tamu, kamar tamu, ruang baca, dan sebagainya berada. Kabin itu punya dua lantai. Di lantai pertama yang dia pinjak, terdapat ruang tamu sekaligus ruang dapur, ruang makan, kamar mandi, ruang tengah keluarga, gudang bawah tanah dan gudang persediaan makanan. Di lantai kedua, terdapat dua buah kamar tidur, serta dua kamar kosong yang dijelaskan oleh Clare adalah dua ruangan yang dulu digunakan oleh kakeknya semasa hidupnya untuk memajang lukisan, memajang koleksi senapannya, dan ruang kerjanya sebagai pengukir kerajinan kayu. Kyla melihat ke sekitarnya lagi. Dia kembali menghela napasnya dan pasrah. Dia tidak tahu harus berbuat apa, kecuali menuruti perkataan Clare untuk tetap di dalam kabin sampai luka jahitan di dadanya mengering. Meski Kyla tidak merasa sakit sedikit pun, tetap yang namanya luka basah harus tetap dirawat sampai benar-benar kering juga sembuh. “Clare bilang aku ditabrak truk?—“ Suara denging yang begitu kencang tiba-tiba saja memenuhi kepalanya. Surat di tangannya pun jatuh ketika kedua tangannya lebih memilih mencengkeram kepalanya yang juga terasa sakit seperti ditusuk-tusuk dengan harapan rasa sakit sekaligus dengung menyakitkan tersebut lenyap. Tetapi itu nihil. Kyla merasa seperti berputar-putar ketika di dalam kepalanya juga menggerakkan kedua mata Kyla untuk melihat kilasan-kilasan supercepat memperlihatkan sebuah lampu sen mobil di depannya yang menyilaukan pandangannya. Lalu setelahnya, ia melihat dirinya yang mendadak kehilangan kendalinya ketika ada sebuah mobil sedan hitam menyenggol mobilnya. Itu bukan truk. Kyla juga melihat dirinya yang panik, dirudung oleh ketakutan ketika rem mobilnya tidak bekerja. Setelahnya? Segalanya menjadi gelap. Tunggu…. 17…. 176 itu…, kini batin dan sel-sel pemikirnya tengah meniliknya. Rasanya Kyla sangat familier dengan pelat nomor sebuah mobil yang ada di depannya—yaitu yang menghalangi mobilnya untuk melaju lebih kencang demi mengejar waktu agar bisa segera sampai di tempat tinggal Clare. Ah, tidak, Kyla sangat mengingatnya. “Itu…. pelat mobilnya Emily, bukan?” Itu sangat samar, betul-betul samar, DZ-7165. Betulkah? Namun rasa ragu itu mencondongkannya untuk berpikir itu adalah mobilnya Emily, karena mobil yang menghalanginya adalah sebuah Alphard putih. “Itu agak…. mirip?” Persis seperti mobil yang waktu itu menghalangi jalannya dan menyebabkan kesilauan hingga membuat Kyla kehilangan fokusnya. “Tidak—tidak mungkin Emily melakukannya! Apa penye—“ Kalimatnya Kyla gantung ketika ia mengingat sebuah kejadian yang super tidak mengenakkan beberapa hari sebelum sidang perceraiannya. Ya, kejadian yang membuatnya untuk pertama kali menampar Emily, sekaligus momennya mengeluarkan seluruh rasa kecewa, marah, dan dendam kepada Emily. Momen itu juga menjadi momen Kyla memberikan Emily kesempatan terakhir untuk mengakui semua kebohongannya kepada Edrick mengenai kehamilannya. Ya, Emily hamil anak orang lain. Namun alih-alih jera dan sadar, Emily malah marah–marah melebihi marahnya Kyla. Ia bahkan menumpahkan seluruh kebencian dan kemarahannya kepada Kyla yang Emily tunjuk sebagai wanita perebut Edrick, dan benar-benar akan membuat perhitungan kepada Kyla dan seluruh keluarganya karena selama ini telah merampas seluruh kebahagiaannya. Merampas? Sungguh, apanya yang merampas? Bahkan orang tua saja Kyla dan Natasya sudah tidak punya. “Dia benar-benar serius?.... Bagaimana cara Emily tahu aku mau pergi ke.... Ah, tidak, Natt! Rob! Aku harus menele—“ Tasnya saja tidak apa, apalagi ponsel? Kyla membutuhkan alat komunikasi. Ia butuh Robert, Kate, dan Natasya—untuk memberitahu Robert bahwa dirinya saat ini sedang terluka, dan di sebuah tempat asing, serta memberi kesaksian bahwa dirinya ditabrak oleh Emily. Sekaligus bahwa ancaman Emily yang akan mengusik keluarga kecilnya itu betulan. Tapi aku juga tidak bisa gegabah keluar dari sini. Luka-lukaku masih basah, dan bisa-bisa aku malah mengundang binatang buas mendekat karena darah segarku, gumam Kyla dalam batinnya. Kyla kembali mengedarkan pandangannya, seraya mengambil denah gambaran tangan Clare. “…. Haaaa...,” dengkusnya, “Entah apakah ini berhasil atau tidak, tapi bisa jadi di rumah terbengkalai ini ada telepon yang bisa digunakan. Mungkin,” pikirnya. Dan bisa saja, selain telepon, dirinya juga bisa menemukan petunjuk tentang kondisi anehnya, bukan? Bagaimana bisa tubuhnya yang penuh luka tidak merasakan rasa sakit sedikit pun?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN