Kejadian Aneh

1031 Kata
Akhirnya, sampailah mereka di tempat tujuan. Elang mengajak Annora menuju tempat makan langganannya. Sebuah depot bakso. Mata Annora langsung berbinar, karena bakso adalah makanan favoritnya. “Kamu suka makan di sini?” tanya Annora dengan mata berbinar. “Iya, emang kenapa sih? Biasa aja kali itu mata!” Elang memutar bola mata malas. Lalu, pria arogan itu menuju salah satu meja dan memanggil waitress. Annora pun hanya mengikuti di belakang Elang. Gadis itu seperti menahan rasa dongkol. Sebab, merasa tak dianggap. Dia pun mengambil duduk di samping Elang. Elang memesan dua porsi bakso. “Wah, Mas Elang, kok, ganti yang dibawa ke sini, biasanya bukan Mbak ini.” Pelayan itu menggoda Elang. Mendengar pertanyaan sang pelayan Annora langsung menoleh pada Elang. Ternyata Elang sudah sering ke sini dan membawa cewek, sampai pelayan pun kenal, ucap Annora dalam hati. Annora pun menatap Elang dengan pandangan tak suka. “Udah ah Mbak, nggak usah bahas masalah cewek. Biasalah cowok ganteng jadi rebutan.” Elang terkekeh. “Iya ya, bener juga. Ya udah sebentar ya Mas Elang saya buatkan dulu pesanannya.” Lalu, pelayan wanita itu pun kembali ke belakang. “Oh jadi kamu udah sering ke sini gonta-ganti pasangan?” tanya Annora dengan nada tak suka. “Hak guelah, lagian lo ngapain kepo? Cemburu?” tanya Elang dengan mencebik. “Yey, siapa juga yang cemburu! Aku cuma aneh aja, masa sih Ayah jodohin aku dengan pria macam kamu.” Annora bergidik. Mendengar perkataan Annora, Elang langsung melotot. “Terus kenapa kamu nerima perjodohan ini? Gue udah bilang, kan, sama lo jangan pernah nerima perjodohan ini!” sentak Elang. Annora berjingkat, kaget dengan bentakan Elang. Pasalnya gadis itu sama sekali tak pernah menerima bentakan dari sang ayah. Belum nikah sudah bentak-bentak, bagaimana kalau sudah menikah? Oh Tuhan ... haruskah hamba membatalkan perjodohan ini? Tapi, bagaimana dengan Ayah? Pasti kecewa. Annora berucap dalam hati. Lalu, gadis itu pun hanya bisa pasrah. Lalu, pesanan mereka pun sudah datang. “Selamat menikmati,” ucap pelayan wanita tersebut. “Makan dulu gih. Nggak usah liat gue kayak gitu,” ucap Elang tanpa menoleh pada Annora, dia asyik menikmati baksonya. Annora merasa kesal, dia sama sekali tak berselera makan. Namun, karena lapar dia pun memakannya. Setelah sebelumnya memberi sambal yang begitu banyak, Elang yang menyadari pun langsung membelalak tak percaya. Buset ini gadis hebat juga, baksonya rupa sambal, batin Elang sambil geleng-geleng. Annora tak peduli dengan rasa pedas yang penting harus cepat menyelesaikan makan, karena dia ingin Elang segera memberi tahu niatnya membawa Annora ke sini. Dengan keringat yang membasahi wajahnya, akhirnya bakso Annora pun habis. Sementara Elang belum selesai. “Cowok makannya, kok, lama! Masak lebih cepat cewek,” ejek Annora. Elang langsung menoleh, tak terima dengan ejekan Annora. “Bisa diem nggak?! Gue udah habis ini!” sentak Elang sambil melihatkan mangkoknya yang sudah habis. “Sebenarnya kamu ngajak aku ke sini buat apa? Langsung aja deh, aku banyak kerjaan di rumah, laporan dan admin sekolah belum beres.” Annora langsung memotong pembicaraan Elang. “Iya, nanti dulu. Gue bayar dulu, terus pergi ke taman, nggak enaklah kalau di sini.” Annora mendengkus kesal. “Bilang aja sih mau berduaan sama aku!” sentak Annora. “Iya, biar lebih mesra,” bisik Elang menggoda Annora. “Ish, amit-amit! Tadi katanya ogah sama aku, eh, sekarang biar mesra. Dasar om-om omes!” Namun, Elang tak mendengar perkataan Annora sebab pria itu pergi ke kasir untuk membayar makanannya. “Udah, yuk!” ajak Elang. Lalu, dia langsung melangkah mendahuluiku. Aku pun berjalan di belakangnya. “Elang,” sapa seorang cewek saat mereka sudah ada di tempat parkir. “Je-jeny?” Suara Elang terdengar gugup saat menyebut nama gadis itu. “Kita ketemu di sini ternyata.” Lalu, raut wajah gadis itu berubah saat melihat Annora muncul di belakang Elang. “Sayang, siapa dia? Kenapa kamu jalan sama cewek lain? Kenapa kamu juga nggak bilang ke aku kalau makan siang di sini? Tadi aku datang ke kantor kamu, katanya kamu lagi pergi. Ternyata sama gadis lain.” Gadis itu langsung mengeluarkan air mata. Annora hanya melongo melihat pemandangan aneh di depannya. “Je-jeny, kamu tenangin diri dulu. Nanti aku ceritain semuanya. Sekarang bukan waktu yang tepat. Kamu tenang aja, aku hanya mencintaimu saja, Sayang. Gadis ini bukan siapa-siapa aku, mana mungkinlah aku suka sama dia. Kamu lihat penampilan dia, kan? Beda sama kamu. Bukan selera aku, okey? Aku duluan, ya? Aku selesaikan dulu semuanya.” Elang mengusap buliran bening di wajah gadis itu, lalu mencium keninganya. Gadis itu pun memeluk Elang dengan erat sambil tetap menangis. Annora kaget melihat semua ini, karena gadis itu sama sekali tak pernah bersentuhan dengan pria mana pun. Lalu, sekarang dia melihat pria dan wanita yang belum halal saling berpelukan. Apalagi pria itu calon suaminya. Astaga, akankah hamba akan menikah dengan pria yang sudah bergonta-ganti pasangan? Annora mendesah pelan. “Ehm.” Annora memancing Elang dengan berdeham. Elang pun langsung melepas pelukannya dan menoleh pada Annora. Wajah Annora sudah memerah menahan amarah. “Apa?” tanya Elang dengan wajah tak suka. Nadanya pun berbeda jika berbicara dengan gadis itu. “Kalau emang udah nggak ada keperluan aku mau pulang dulu, naik taksi.” Setelah berkata demikian Annora pun langsung melangkah hendak mencari taksi. Namun, seketika langsung dicengkal lengannya oleh Elang. Annora kaget bukan main, lalu segera menepisnya dengan kasar. “Kita masih ada urusan. Harus diselesaikan sekarang juga.” Elang menatap tajam Annora. “Ok.” Annora pun bersikap jutek. “Sayang aku pergi dulu, ya? Nanti malam kita ketemu di tempat biasa.” Elang tersenyum saat bicara dengan gadis bernama Jeny tersebut. “Iya, Sayang.” Gadis itu mencium pipi Elang. Annora langsung membuang muka melihat pemandangan yang menurutnya sangat aneh. Ya, walaupun zaman sekarang bukan lagi hal aneh, tapi bagi Annora itu hal yang sangat tabu. Lalu, Elang menyuruhku untuk naik ke mobil. Pria itu sudah naik terlebih dahulu. Saat hendak naik, Annora melewati Jeny. “Ingat, jangan macem-macem sama pacar gue!” ancam Jeny. Oh, ternyata gadis ini pacar Elang? Pantes sih Elang menyuruhku menolak perjodohan ini. Tanpa menanggapi ancaman Jeny, Annora langsung masuk ke mobil, membuat Jeny menggerutu. “Kita lihat saja nanti, hubungan percintaan kalian yang tidak halal atau justru perjodohanku dengan Elang yang menang.” Annora bermonolog dengan tersenyum kecil, ucapannya sangat lirih. “Lo kenapa? Kesambet?” tanya Elang. Annora menoleh dan melotot. “Udah buru pergi, ntar dikira macem-macem sama cewek kamu.” Tanpa basa-basi lagi mobil pun meluncur meninggalkan tempat parkir depot. Elang hendak membawa Annora ke taman kota untuk membahas tentang perjodohan mereka. *** bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN