3. Rasa kecewa itu ada ...

1347 Kata
Setelah semalam seperti seorang ratu, hari ini Zara ingin melakukan semua seorang diri. Merasa senang dengan perlakuan Paul, ia menyiapkan hidangan untuk makan pagi ini. Zara bangun sejak pagi-pagi sekali, membersihkan diri dan langsung menuju ke dapur. Meski awalnya mendapatkan omelan dari sang asisten rumah, tapi Zara tidak menyerah. Dan akhirnya ia berhasil membujuk asisten itu untuk membantunya. Semua hidangan telah siap di atas meja, dan Zara sudah menunggu kedatangan Paul di meja makan. Namun, saat Paul muncul dengan pakaian kerja yang rapi. Pria itu hanya menghampiri Zara dan berpamitan. “Aku pergi,” ujar Paul sembari mencium kening Zara. “Apa? Kau tidak makan terlebih dahulu?” tanya Zara. “Tidak, aku ada meeting pagi ini, Sayang. Aku harus sampai di sana dalam beberapa menit. Kau bisa makan sendiri hari ini, maaf … aku harus pergi,” ujar Paul dengan melangkah ke luar dari Penthouse. Kesal … Zara menahan rasa emosi yang sudah menguap, pagi ini merasa kecewa karena sikap suaminya. Dan Zara pun meninggalkan meja makan menuju ke kamar. “Bagaimana dia bisa melakukannya? Astaga! Aku sangat bodoh dengan menyiapkan makan pagi.” Zara terus menggerutu dengan kegiatannya yang gagal. Akhirnya Zara memutuskan untuk pergi dari Penthouse dan menuju ke pusat perbelanjaan menggunakan mobil miliknya sendiri. Sampai di basement tempat mobil milik Paul berjajar rapi, Zara menekan tombol pada remote mobil. Dan satu mobil dengan warna merah terlihat berbunyi. Zara melangkah mendekati mobil itu, lalu masuk ke dalamnya. Ia mengemudikan mobil dengan menghidupkan GPS. “Aku kesal! Kenapa dia bisa dengan mudah mengatakan hal itu!” gerutu Zara lagi. Kakinya menginjak pedal gas, dan mobil itu melaju menyusuri jalanan di kota New York. Zara ingin membeli beberapa barang untuk koleksi di Penthouse. Karena Paul memberikan space di dalam walk in closet untuk dirinya, dan akan dimanfaatkan dengan sangat baik oleh Zara. Zara melihat ke beberapa toko dengan brand terkenal. Ia memilih satu brand yang memang sedang diminati banyak wanita di dunia. Brand itu sedang melakukan launching satu produk terbaru. Tentu Zara tidak akan melewatkan kesempatan untuk mendapatkannya. Ia pun menghentikan mobil dan memarkirkannya. Zara berjalan masuk ke dalam toko itu, dan bertanya. “apa barang yang baru saja launching masih ada?” “Tentu saja masih,Nona. Namun, masih tersisa dua  saja.” “Baiklah, aku ingin melihatnya.” Pegawai toko itu mengambil barang yang dimaksud Zara. Lalu membiarkan Zara memilih salah satu dari ke duanya. “Baiklah … aku ambil semua,” ujar Zara. Zara memberikan kartu miliknya untuk membayar barang itu. Setelah pembayaran selesai dilakukan, ia pun keluar dari sana,dan berpindah ke toko lainnya. Saat sedang berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan, Zara seperti melihat temannya yang bernama Jessie. Zara berjalan mendekat dan mencoba menyapa, akan tetapi langkah kakinya terhenti saat ada seorang pria berjas hitam menahannya. “Maaf, kau tidak boleh mendekati Nona Jessie,” ujar Pria itu. “Tapi, aku temannya!” ujar Zara memberitahu. “Tetap saja, jika tidak ada izin, kau tidak bisa mendekatinya.” “JESSIE!” teriak Zara. Jessie menatap Zara sekilas, lalu kembali melanjutkan langkah kakinya untuk menjauh. Zara mengeryitkan dahinya dan merasa kesal dengan sikap temannya itu. “Kenapa ia menjadi sangat sombong saat sudah mendapatkan peran itu?” gumam Zara. Akhirnya Zara memilih untuk pergi dari sana dan melanjutkan kegiatan belanjanya. Zara kini berada di satu supermarket, ia ingin membeli beberapa camilan untuk diletakkan dalam lemari penyimpanan makanan. Tidak hanya satu, melainkan ada bermacam-macam camilan yang Zara beli. Merasa sudah cukup, Zara melihat ke arah jam tangan, sudah hampir sore, dan ia lupa jika belum memakan apapun selain camilan. “Aku ingin makan.” Zara masuk ke salah satu restoran ternama di sana. Ia memesan tempat untuk dirinya sendiri, dan  menyebutkan apa saja yang ingin dimakan saat itu. Saat tengah menatap ke pintu keluar, Zara seperti melihat Paul bersama seorang wanita dan pria lain. Hampir saja Zara menyapa pria itu, lalu ingatannya mengulang perkataan Paul mengenai untuk tidak mengganggu dirinya saat sudah ada di luar rumah. “Ternyata dia sering datang kemari,” gumam Zara. Tidak lama kemudian, makanan yang Zara pesan, datang. Ia mulai memasukan sesendok makanan ke dalam mulutnya, dan menikmati hidangan itu. Setelah selesai, Zara kembali menuju ke mobil. Ia mengemudikan mobil itu menuju ke Penthouse dan berharap saat tiba di sana, Paul juga sudah kembali dari pekerjaannya. Selama perjalanan, Zara hanya menatap jalanan ditengah kota. Ia juga melihat ada beberapa penjual makanan yang ingin sekali ia makan. Akan tetapi, teringat saat masih kecil Zara memakan makanan itu, perutnya terasa mulas dan ia mengalami diare. “Lezat, tetapi sayang … makanan itu bisa membunuhku dengan cepat,” ujar Zara. Tanpa terasa, akhirnya Zara sudah tiba di basement. Ia tidak melihat mobil milik Paul di sana. Dan akhirnya rasa kecewa kembali muncul dalam diri Zara. Gadis itu berjalan menuju ke pintu lift, dan saat sudah terbuka … Zara pun masuk lalu menekan lantai Penthouse milik Paul. Ting … Langkah kakinya terasa sangat lemas, ia merasa tidak pernah kecewa seperti ini. Meski saat masih belum menikah, ia memiliki seorang kekasih … dan tidak pernah ada kata kecewa dalam hubungan itu. Dan saat itu juga, Zara teringat … ia masih memiliki seorang kekasih yang belum mengetahui tentang pernikahan itu. “Kenapa aku sangat bodoh! Bagaimana nasib Mike?” seru Zara. Ceklek “Nyonya … kau sudah datang rupanya, kenapa tidak langsung masuk?” tanya asisten rumah. “Aku baru saja mau menekan bel pintu,” ujar Zara. “Tuan masih belum datang, tetapi aku sudah menyiapkan makan malam untuk kalian,” ujar asisten rumah. “Ya, terima kasih.” Zara berjalan masuk dengan membawa barang belanjaannya. ia meletakkan semua barang itu di tepi ranjang, lalu menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang empuk itu. “Hah … aku lelah!” ucap Zara. Tidak lama setelah itu, Zara mendengar ada seseorang yang datang. Dan ia buru-buru merapikan kamar dengan meletakkan barang belanjaan di dalam walk in closet. Zara akan membuka pintu kamar, tetapi … pintu itu terbuka lebih dahulu dan menampilkan Paul di sana. “K-kau sudah datang rupanya,” sapa Zara. “Ya.” Paul tidak banyak bicara ia melangkah masuk dengan tangan yang sedang melonggarkan ikatan dasinya. Pria itu juga melepaskan sepatunya, dan masuk ke dalam kamar mandi. Sedangkan Zara yang masih berdiri di depan pintu, hanya bisa terdiam melihat sikap pria yang tidak lain adalah suaminya sendiri. Zara berjalan menuju ke sofa yang ada di sudut kamar, ia menatap layar ponselnya dan merasa curiga. Kenapa tidak ada satupun orang yang ia kenal menghubunginya. Padahal Zara sudah cukup lama tidak tinggal di Hollywood, tetapi … justru temannya yang bernama Jessie seakan tidak peduli. “Apa semua orang yang sudah sukses akan seperti Jessie?” gumam Zara. “Siapa Jessie?” sahut Paul dari pintu kamar mandi. “Hm? Tidak … dia hanya teman lama.” “Apa kau keluar bersama temanmu tadi?” “Tidak, aku keluar sendiri.” “Makanan sudah siap, kita makan dulu.” “Ya.” Akhirnya mereka menuju ke ruang makan bersama, dan menikmati hidangan. Paul tidak banyak bicara, seperti saat ia datang. Sementara rasa ingin tahu dalam diri Zara ingin sekali bertanya. “Apa ada yang ingin kau tanyakan?” tanya Paul. “Hm? Aku melihatmu di restoran.” “Lalu?” “Apa mereka klien?” “Apa kau lupa dengan perjanjian yang sudah ada?” “Tidak, aku hanya ingin tahu saja.” “Mereka rekan bisnisku.” “Baiklah. Lain kali aku tidak akan bertanya lagi.” “Tidak, kau bisa bertanya jika hanya sekedar tanya. Kau tidak boleh merasakan sesuatu saat bertanya padaku.” “Ya, aku mengerti.” Setelah selesai dengan kegiatan makan, Paul mengajak Zara masuk ke dalam kamar. Ia juga menyuruh asisten rumahnya untuk mengantarkan sebotol minuman dan juga gelas kosong. Sampai di dalam kamar, dengan kepolosan Zara, ia pun bertanya,” untuk apa ini semua?” “Aku hanya ingin bersantai, kau tidak harus ikut minum, sayang.” “Baiklah, tetapi … jika aku ingin meminumnya … paa kau mengizinkan?” “Ya, selama kau melakukannya di depanku.” Zara tersenyum dan menemani Paul meminum wine yang sudah di siapkan oleh asisten rumahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN