Chapter 05
Hana turun dari ojek, ia sampai di gerbang rumah yang cukup besar ini. Yah rumah keluarga Nasution.
Setelah memberikan uang pada tukang ojek yang telah berjasa mengantarkannya dengan selamat sampai tujuan, Hana pun masuk kedalam lingkungan rumah keluarga Januar.
Besar, setara lah dengan rumahnya.
Rumah keluarga Nasution malah terasa lebih mirip hotel ketimbang rumah.
Ini emang bukan pertamakalinya Hana kemari. Gadis yang memakai celana jeans dan kaos yang dibalut jaket berwarna merah itu sudah sering main ke rumah ini.
Hana dan Januar itu sudah berteman sejak SMA. Kedua orangtuanya saling mengenal dan malah bekerja sama. Tapi sayang hubungan mereka sempat renggang ketika Hana dan Mark berpacaran.
Gimana ga renggang, orang Januar udah suka Hana sejak dulu. Meskipun pernah di comblangkan dengan banyak gadis cantik oleh Jaemin, perasaannya terhadap Hana enggak berubah.
Buat Januar, Hana yang nomer uno dihatinya. Kek kopi indicafe.
Hana melangkahkan kakinya ke arah pintu utama. gadis itu mengetuk pintu rumah Januar setelah dia memberitahu Januar kalau dirinya sudah sampai lewat chat.
Kriek.
Pintu terbuka, menimbulkan suara aneh. Awalnya Hana pikir salah satu maid di rumah ini membukakan pintu untuknya.
Namun dugaanya salah.
Yang membukakan pintunya itu malah Mark, mantannya.
Pertegas pake capslock, bold, italic, dan underline. MANTANNYA.
Ya jelas Hana langsung ngomong. "K-kok elu disini?"
"Ini rumah gua, lu amnesia apa gimana dah?" Mark lantas senyum miring. Senyuman lelaki bernama lengkap Markana Laksana Nasution yang biasa dipanggil Mark terasa menyebalkan dimata Hana. Oh iya jelas, segala hal yang Mark lakukan itu menyebalkan dimata Hana. Mark kan mantannya. "atau elu pura-pura amnesia biar bisa ketemu gua--"
"Gua mau ketemu Januar. Bukan lo," potong Hana dengan cepat. Wajahnya langsung berubah menjadi tanpa ekspresi, jahat sekali mamu
Walaupun yah dia masih syok ketika melihat Mark dihadapannya.
Oke lah, Hana ga masalah buat ketemu siapapun, mau itu mantan gurunya yang pernah ngehukum dia karena pake kaos kaki warna biru dongker kek, atau pun ketemu orang yang pernah bikin dia baper 7 hari 7 malem, semua itu ga masalah asal Hana asal jangan ketemu Mark.
Hana enggak suka ketemu orang yang membuat namanya seolah jelek udah itu bikin dia nangis karena kesel. Habisnya setelah putus dari Hana , Mark berubah, menjadi benar-benar playboy dan nakal. Mana di kampusnya ada kabar kalo Mark itu berubahnya gara-gara putus sama Hana.
Padahal yang jalan duluan sama Mina siapa?!
Ingin sekali Hana menampar bolak-balik orang yang menuduhnya telah membuat Mark menjadi buruk.
Terus lagi, tau bakal ketemu Mark disini mah tadi teh Hana bakal nyetujuin permintaan Januar buat ngejemputnya.
Sumpah, demi sempak spongebob punya Jeffrey, HANA LUPA KALO MARK SAMA Januar ITU ADIK KAKAK DAN TINGGAL SERUMAH.
Toh dulu aja Hana nyangkanya Januar sama Mark itu bukan adik kakak. Soalnya ga mirip.
Mark menggelengkan kepalanya. Dia mendekatkan wajahnya ke arah Hana. Ya spontan Hana mundur. "Yah jangan gitu lah. Toh bentar lagi kita nikah."
Hana memiringkan kepalanya. Hah apa? Nikah katanya? "Nikah? Ya kali jir, ngapain gua nikah sama playboy kaya lo?" ucapnya tampak mengejek Mark.. "toh kalaupun ntar gua nikah, gua enggak bakal nikah sama lo. Kalo sama Januar sih iya."
Mark langsung menatap Hana dengan tajam setelah mendengar ucapan gadis itu barusan. Oh ayo lah, kenapa sekarang dia merasa enggak terima Hana berkata begitu?
Harusnya Mark seneng dong? Emang Mark mau nikah sama mantan?
"Lo ga mau kan nikah sama gua?" ucap Hana lagi, masih sama, masih dengan nada mengejeknya. "jangan bilang selama ini elu yang ga bisa move on dari gua Mark."
"Ya kali, ngapain juga gua mesti galmov dari cewek tepos kaya elu. Mendingan Nancy kemana-mana. She is more bohay than you," balas Mark. Dia berusaha menjadi sarkas walaupun susah.
Mark enggak bisa berbicara seperti Hana yang jujur dan membuat orang lain langsung tertohok dengan ucapannya itu. Mark ga bisa sarkas, apalagi sama Hana. Karena yah, jauh di lubuk hatinya, Mark enggak mau Hana begini kepadanya.
"Oh bagus kalo gitu. Seengaknya gua tinggal bilang kalo gua ga akan nikah sama elu," balas Hana, merasa menang sekaligus senang. Hana kemudian mengambil ponselnya dan menelpon Januar. Hana cuman ingin Januar cepat keluar. Badannya terasa mulai gatal begitu melihat Mark.
Hana alergi mantan.
"Jan, dimana? Gua udah di luar."
"Oh oke, gue turun dulu."
Hana lalu mematikan telponnya. Sekali lagi dia mengarahkan tatapannya pada Mark. Heran aja, kenapa Mark masih aja disini?
"Lu ngapain disini? Jadi jongos?"
Jahat amat tu mulut Han.
Ceo muda ganteng nan bersahaja dikatain jongos. Ngadi-ngadi bae.
"Ya suka-suka gua lah, toh ini rumah gua," balas Mark yang tak kalah jahatnya. "perhatian banget sih elu. Jangan bilang elu yang gagal move on, Han."
"Siapa yang perhatian? Gua risih liat lu berdiri disini ngejagain lawang pintu, kek jongos tau ga," Hana berucap dengan ketus. Tadinya Hana akan berbicara lebih sarkas lagi, tapi tiba-tiba saja Januar menghampirinya.
Tiga detik Hana benar-benar diam melihat penampilan Januar yang rapih dengan celana Jeans dan kemeja putih kehijauan. Januar benar-benar tampan. KENAPA EMAKNYA GA NGEJODOHIN HANA SAMA JANUAR AJA LAH?!
Apalagi ketika Januar melewati Mark dan tersenyum ke arahnya, senyum paket manis lengkap dengan matanya juga yang berubah menjadi segaris lengkungan. "Ayo Han," ajak Januar.
Rasanya darah Hana berdesir melihat ketampanan yang hqq dari seorang Lee Januar. Januar manusia bukan sih?
Kok gantengnya ga manusiawi?
"Han." Januar menepuk pelan pipi Hana. Membuat Hana tersadar akan lamunannya. "A-apa Jan?"
"Ayo berangkat, udah lama ya?" tanya Januar.
Hana menggeleng lembut, tak lupa dia juga menyungingkan senyumnya. Membuat lelaki yang di belakang Januar mendengus. Mark jelas enggak suka Hana sok manis di depan Januar. "Enggak kok."
Januar menyelipkan jari-jarinya diantara jari lentik milik Hana, kemudian menggenggam tangan Hana yang kecil itu. "Ayo berangkat."
"Ayo."
Hana dan Januar pada akhirnya pergi ke garasi, Januar mengambil motor gedenya terlebih dahulu. Pake motor aja soalnya kalo pake mobil parkirnya susah. Lagian Januar ingin sederhana bersama Hana.
Sebelum Hana naek, tak lupa Januar juga memakaikan Hana helm terlebih dahulu.
Mereka sempat berbincang sedikit, sama-sama melempar senyum dan pada akhirnya betangkat setelah sama-sama duduk diatas jok. Meninggalkan Mark yang tengah menatapi kepergian keduanya dengan sebal.
"Cih."
"Weh cocok ya mereka," ucap Theo yang tiba-tiba muncul dibelakang Mark.
"E kodok-jodok !" Mark langsung tergagap begitu. Emang gagapnya ga elit si Mark mah kalo kaget teh. Nyebut nama binatang.
"Mulut tuh filter!" Theo mengetuk kecil kepala Mark dengan ujung jarinya.
Mark membalas ucapan Kakaknya. "Abang tuh ngagetin."
"Lu fokus amat ngeliatin mereka sampe ga sadar ya gua juga ngeliatin elu dari belakang sini."
Mark kaget. Dia kira Taeyong udah ke kantor, lagian mana sadar juga Taeyong dari tadi merhatiin mereka. Tapi dia nutupin rasa kagetnya dengan bilang, "Paan sih Bang, lu gaje amat."
"Lu tuh yang gaje. Awal ketemu mantan bilangnya ga mau di jodohin, pas Januar nego pengen nikah sama Hana elunya malah bilang nikung tuh ga baik. Terus tiba-tiba ngebukain pintu buat mantan lu. Jangan bilang elu cemburu Januar sama Hana," kata Theo panjang kali lebar sembari menatap Mark tajam, kini lelaki itu melipat kedua tangannya.
Mark ga ngebales ucapan kakaknya. Males, lagian Mark juga ga ngerti sama perasaannya. Jadi dia milih buat balik badan, hendak masuk ke dalam rumah tapi sialnya Theo menahan tangannya. "Apaan?!"
"Gua mau bilang harusnya elu sadar diri. Ini tuh karma. Soalnya dulu yang ngerebut Hana dari Januar itu kan elu. Padahal lu tau kalo Januar itu suka sama Hana sejak Sma--"
Mark memotong ucapan Theo. "Ya itu salah dia sendiri, kenapa dia ga ngegas. Orang yang sabar itu bakal kalah sama orang yang ngegas."
"Ya harusnya elu juga mikirin perasaan orang lain, apalagi itu adek lo. Bukan maen gas aja terus nikung dia gitu aja. Manusia bukan sih lo?" tanya Theo dengan galaknya. "gua harap lu mikir lagi sebelum bener-bener nikah sama Hana. Pikirin yang terbaik buat dia, bukan cuman buat elo doang. Lu ga boleh egois. Kalo enggak cinta jangan di pertahanin."
Setelah menepuk pundak Mark dua kali, barulah Theo pergi dari hadapan Mark.
'Kalo enggak cinta jangan dipertahanin.' kata-kata Theo terngiang-ngiang di benak Mark. Ah sialan.
Mark emang enggak ngerasa masih cinta sama Hana dengan 100% utuhnya. Tapi sialnya, Mark juga ga rela kalo Hana enggak menjadi miliknya.
Pada akhirnya Mark hanya mengacak rambutnya dengan frustrasi sembari berjalan ke kamarnya.
Hana dan Januar sampai di April Cafe, Kafe baru yang bernuansa pastel yang sangat memanjakan mata.
Sepertinya Januar benar-benar tahu cara membuat Hana bahagia dengan caranya yang sederhana dan manis. Hana benar-benar menyukai tampilan cafe ini.
Keduanya duduk dibangku nomer 12, dekat dengan ac dan jendela. Hana dan Januar duduk berhadapan seperti kemarin.
Tiba-tiba saja ada pelayan yang menghampirinya. "Mau pesan apa?" tanyanya sembari memberikan buku menu.
"Ah, blueberry cheesecake 2, chicken crispy 1, dan minumnya chocolate milkshake," ucap Januar menyebutkan keinginannya sembari melihat ke buru menu.
Hana tersenyum mendengarnya. Januar tidak berubah, dari dulu dia masih tetap menyukai minuman yang berasa coklat. Mungkin itu yang membuat Januar tampak manis, seperti yang Hanin bilang.
Januar mengalihkan pandanganya pada Hana. "Kamu mau apa Han?"
Hana yang merasa tertangkap basah karena ngeliatin Januar terus segera melihat buku menu. Lupa kalau sedari tadi dia kebingungan memilih. "Em, blackforest jar cake 1, tripple chocolate 1, minumnya milk tea aja."
Pelayan itu menyatat pesanan Hana dan Januar, dia mengulang kembali pesanan kedua anak manusia ini. Setelah memastikan tidak ada yang berubah, barulah pelayam itu pamit untuk mengambilkan makanan yang di pesan.
"Cafenya cantik," ujar Hana tiba-tiba. Hana mengambil ponselnya, entah kenapa tangannya gatal ingin mengabadikan momen ini ke snapgramnya.
Januar menyahutnya. "Kamu lebih cantik Han."
"Jangan bercanda, ga lucu."
"Aku serius," tangan Januar memegang tangan Hana. "kamu cantik, lebih cantik dari apapun didunia ini."
"Jangan ngalus lah, kena karma entar lo."
"Aku ga ngalus Han, aku serius."
"Masalahnya lu lebih cantik dari gua. Gimana caranya gua percaya kalo elu itu serius Jan?" kata Hana setengah tertawa. Emang sih, Januar itu cantik, apalagi kalo jadi cewek.
Januar memangku wajahnya dengan 1 tangan. Matanya menatap Hana lurus, lalu dia tersenyum lagi. Januar senang bisa melihat Hana tertawa. Walaupun jujur harga dirinya sebagai lelaki tampan tercoreng karena dibilang cantik. "Iya lah terserah."
"Oh iya, omong-omong soal kemarin," Han mengantungkan ucapannya karena pelayan membawakan pesanan keduanya. setelah pelayan cafe ini pergi baru lah Hana berbicara lagi. "maaf soal kak Jevon kemarin. Lu pasti kesel."
Januar menggelengkan kepalanya. "Enggak kok," sanggahnya dusta. Januar hanya tidak ingin mendengar Hana membahas lelaki lain terutama Jevon dan Mark. Untung aja pelayanan cafe ini gercep. "udah ayo makan."
Netra Hana masih tertuju pada Januar yang mulai memakan cheesecakenya. Dirinya masih merasa tidak enak, tapi sepertinya Januar tidak ingin membahasnya lagi.
Tiba-tiba saja Januar menyodorkan sendok dengan potongan cheesecake diatasnya ke depan mulut Hana. "Ayo makan," ucap Januar lembut.
Hana membalas kebaikan Januar dengan senyuman dan memakan potongan cheesecake dari atas sendok kecil yang disodorkan Januar. "Iya Jan."
Januar enggak pernah bisa untuk enggak berhenti tersenyum terhadap perempuan yang ada dihadapannya. Segala hal yang yang dia lewati bersama Hana jelas membuat Januar bahagia bukan main, apalagi kalo hanya berdua begini. Bahagianya ga nanggung.
"Farhana," Januar memanggil nama awalnya dengan lengkap sehingga Hana menoleh. "Ya?"
Lelaki itu enggak langsung berkata, dia memilih untuk menarik tangan Hana dan mencium punggung tangannya. "Tunggu aku ya, aku bakal ngeusahain biar endingnya kamu sama aku."
"Januar," Hana memanggil lelaki itu dengan lirih. "jangan ngelakuin sesuatu yang sia-sia. Lo tau kan, gua sulit—"
"Iya tau, elo sulit buat jatuh cinta karena ada Bang Jevon kan?" tanya Januar dengan cepat.
Hana menundukan kepalanya, memainkan tangannya sendiri. Dia ngerasa enggak sendiri sama Januar. Kenapa sih dia harus memberikan harapan kosong untuk membahagiakan orang lain?
"Gua tau perasaan elo sama Bang Jevon yang ngebuat elo ngebatasin perasaan elo sendiri. Tapi Han elo juga harus inget kalo kalian sodara kandung, elo enggak akan mungkin sama dia," ucap Januar lalu mengelus tangan Hana dengan jari-jarinya. "mungkin susah buat menyudahi hubungan kalian. Tapi coba drh pelan-pelan, demi kebaikan elo dan Bang Jevon juga."
Hana menganggukan kepalanya, menahan tangis yang sedari tadi hendak pecah. Hana enggak putus cinta, taoi hatinya sakit setelah mendengar ucapan Januar.
"Dan yah kalo lo ngerasa susah, gua bakal bantu," sekali lagi, Januar mencium punggung tangan Hana. "enggak apa kalo elo mau ngejadiin gua sebagai pelampiasan, gua bersedia."
Astaga, kenapa sih Januar baik banget sama Hana? Hana jadi bingung kan harus gimana. Sialan.